Bagian 4

9 1 0
                                    

Aku berdiri berdampingan dengan Dita di atas Keikyu Line, kereta bandara itu mengangkut kami hingga Shinagawa Station kemudian dilanjutkan ke Ebisu Station dengan Yamanote Line. Aku berdiri memandangnya dia lebih anggun dengan jilbabnya yang menutup kepala hingga pundaknya. Sesampainya di Ebisu Station kami berjalan bersama seperti dulu ke tempat makanan halal yang ada di sekitar Meguro. Kami duduk berhadapan. Menikmati menu makan masing-masing.

"Aku sudah kembali ke Tokyo Dita. Aku di sini bukan hanya untuk mengisi seminar. Aku masih berharap jawaban atas pertanyaanku padamu" tanyaku. Sejenak dia nampak berhenti mengunyah makanannya.

"Wah kamu masih ingat Dit?, hehe sebentar sebelum aku jawab. Satu tahun setelah kau pulang Ayahku meghubungiku Dit. Dia mengirimi aku surat" Dita memintaku menunggu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian menyodorkannya padaku. Sebuah amplop berwarna coklat berisi surat dari ayahnya.

Teruntuk Anandaku

Dita yang papah Cintai

Dita...Ayah sangat menyesal telah memaksamu menikah dengan si Luhut dulu. Papah benar-benar tidak tahu jika dia benar-benar orang bejat...dia tidak berniat baik menikahimu. Dia hanya menginginkan agar papah melepas lahan yang ada di bogor karena menghalagi jalan sebuauh hotel yang akan dibangun milik pengusaha asal Tiongkok. Dan dia menerima suap untuk izinnya. Syukur itu terbongkar oleh seorang anak muda yang bernama Adit seorang magister pertanian dari Bandung yang katanya kenal sama kamu.

Papah bersyukur kenal dengannya. Dia baik dan memiliki jiwa social yang tinggi. Saat itu papah ingin kamu berjodoh dengannya. Tapi, tak perlu keras berusaha papah berdoa. Dia datang sendiri mengutarakan niatnya untuk memperistrimu. Maaf papah mengijinkannya. Dan semoga kamu pun sama kali ini dengan papah.

Jika dia datang. Terimalah dia.

Semoga pengabdianmu di sana mendapatkan barokah dari Allah nak. Sekali lagi papah mohon dimaafkan.

Wassalam

Papah

Aku baca surat itu. Namun cukup menjawab penasaranku. Semua ini adalah settingan papahnya Dita. Mulai dari seminar, dan akomodasinya. Hanya scenario penjemputanku oleh Dita yang murni bukan settingan.

"Maaf aku belum pantas untuk menjadi pendamping hidupmu waktu itu. Aku perlu waktu berpikir, untuk memantaskan diriku dan yang terpenting ridho wali, ridho dari papahku Dit. Dan sekarang, Insya Allah aku siap mendampingi hidupmu. menjadi guru pertama untuk anak-anakmu. Dan menjadi sayap yang mengantarkanmu ke surga"

"Terima kasih tuhan engkau bayar kesabaranku dengan hal yang sangat indah bagiku. Jadikan kami pasangan yang selalu taat padamu"

Telponku berdering....

"Assalamualaikum" Aku buka dengan salam

"Waalaikum salam, bagaimana perjalanannya Dit?" Suara lelaki paruh baya berada di ujung telpon. Suara itu aku kenal. Dia papahnya Dita. "Jangan kaget. Lusa bersiap-siap untuk menikah dengan Dita anakku di atas kapal bajak laut di Ashinoko" Masya Allah secepat itukah? Aku benar-benar tidak siap. Mahar dan keluargaku bagaimana? "tidak usah memikirkan keluargamu. Besok, om pastikan keluargamu sudah berada di sana" Papahnya Dita seakan tahu apa yang aku pikirkan.

Terus Mahar Bagaimana?

"Dit Insya Allah aku bisa menerimamu dengan Mahar apapun yang kamu kasih, Rasulullah pernah bersabda sebaik-baiknya mahar adalah yang paling ringan" Masya Allah nikmat mana lagi yang akan kau dustakan?. Dita begitu paham dengan keadaan mendesak ini.

Dua hari kemudian di atas kapal Ashinoko. Aku mengucapkan Akad. Hanya ada keluargaku, Dita dan beberapa pejabat kedutaan yang hadir saat itu. Gunung Fuji terlihat jelas seakan mendoakan kami berdua yang sesaat dalam keabadian menuju keabadian yang sesungguhnya.

Hah Kesabaran akan selalu berbuah keceriaan yang tak bisa diukur dengan apapun. Dan hasil tidak pernah menghianati sebuah ikhtiar. Hanya kesabaranlah yang bisa membuat semuanya indah pada waktunya.

Cinta tak mengenal tempat dan seseorang. Dia hadir pada waktu yang tepat dan seseorang yang tepat. Bukan pada saat dan seseorang yang diinginkan.

CS.Maulana lahir di Bandung 23 November 1985. Kini aktif sebagai pengajar di SDAlazhar Syifa Budi Parahyangan kabupaten Bandung Barat. Penulis seringbersilaturahim di facebook dengan akun cepi sapta maulana dan surel  ucesma@gmail.com.

Baca Juga kisah Tsabit, Arif dan Hani yah! Seru dan Insya Allah banyak hikmah di dalamnya.

SESAAT DI KEABADIANWhere stories live. Discover now