-ELEVEN pebbles-

3.1K 343 37
                                    

くコ:彡くコ:彡くコ:彡

"Sepertinya cara pandangku terhadapnya akan berubah."

"Ya memang seharusnya begitu dan maafkan atas perlakuannya yang yah.. Kau tahu kan seperti apa."

Ten mengangguk lalu menegak soda yang ia pegang.

"Baiklah, aku akan membantu kalian." final Ten yang membuat Johnny terkejut.

"He-hei! Kau tak perlu ikut campur, ini bukan urusanmu dan kau juga orang luarkan?"

"Memang, tapi tidak seratus persen karena Taeyong pasti ikut-ikutan yang berarti aku juga."

Johnny hanya geleng kepala tak mengerti dengan orang-orang semacam ini. Pikir Johnny, apa mereka tak takut jika dikejar-kejar oleh psikopat? Johnny pun mengiyakan saja mereka yang ingin membantu.

"Baiklah terserah kau saja tapi jangan sampai Winwin ikut campur." Ten mendengus.

"Kau masih tak paham? Kalau berawal dari Taeyong yang ikut membantu, aku dan Winwin pun begitu karena Taeyong."

"Su-sudahlah mendingan kalian tak usah—"

"JOHNNY HYUNG!!"

Johnny dan Ten kaget karena teriakan dari seseorang yang diketahui itu adalah Jaehyun.

"Jaehyun? Ada ap—YAAMPUN!!" Johnny langsung memapah tubuh Jaehyun, Ten sangat terkejut dengan kondisi Jaehyun.

"Hyunghh.. I-itu.. Tae—akh!" Jaehyun meringis ketika kepalanya semakin berdenyut nyeri.

"What? What's the matter?"

"Tae-taeyong hyungh.." alis Johnny berkerut.

"Don't you say if Taeyong.." Johnny sedikit panik.

"That crazy psychopath, he is here and—ugh!" Johnny paham dan memapah Jaehyun untuk bersandar.

"Ten!"

"I-iya."

"Kau bilang ingin membantukan?" Ten mengangguk."

"Kalau begitu kembali kerombongan, panggil Winwin dan noonanya Taeyong, suruh mereka kesini dan kita rundingkan." Ten mengangguk kembali dan langsung bergegas.

"Ah! Dan satu lagi. Orang tua Taeyong jangan sampai tahu, beraktinglah!" Ten mengacungkan jempolnya dan bergegas kembali.

くコ:彡くコ:彡くコ:彡

"Ngh.." Taeyong mengerjapkan matanya dan seketika merasakan kepalanya yang sedikit pening karena pengaruh obat tadi.

Setelah sepenuhnya sadar, Taeyong panik dan takut setelah menyadari bahwa ia tengah berbaring di tengah hutan, matahari sudah sepenuhnya tenggelam dan hanya menyisakan langit biru yang semakin menggelap. Mulutnya dibekap lakban dan tangan kakinya diikat tali, mata Taeyong memanas dan meneteskan cairan bening.

"Oh, sudah sadar?" Taeyong menoleh ke sumber suara.

"Hai Tae—yong—ssi. Salam kenal. Tak usah menangis, aku tak akan membunuhmu." ucap sosok itu sembari tersenyum.

"Tidak sekarang, mungkin nanti." sambungnya dengan senyum yang makin merekah.

Taeyong semakin terisak dalam bekapan mulutnya. Ia panik, ingin bebas tapi juga tak tahu bagaimana.

"Ah bersiaplah karena sebentar lagi kita akan melanjutkan perjalanan." sosok itu bangkit dan pergi entah kemana.

Merasa ada kesempatan, Taeyong pun berusaha untuk melepas ikatan dipergelangan tangannya namun nihil, pola ikatannya rumit dan ia tak mengerti. Akhirnya ia merogoh sakunya dan berharap menemukan benda tajam yang bisa memutus tali, tapi yang ia temukan justru jauh dari perkiraan.

Change | JaeYong |DISC-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang