7 : : Hope

3.4K 307 4
                                    

Terkadang apa yang kita inginkan tidak selamanya akan dapat terwujudkan.

-SPARKLE-

...

Langit tampak gelap, bulan, dan titik-titik terang mulai bermunculan menghiasi indahnya langit malam. Viona mengerjapkan mata, kedua mata bundar itu tak hentinya memerhatikan pemandangan malam dari meja belajar di kamarnya. Pernah merasa deg-degan? Pernah merasa darah berdesir mendadak? dan mungkinkah ada orang yang pernah merasakan keringat dingin setiap hal yang tidak ingin dipikirkan malah senantiasa menjadi kepikiran?

Percayalah, perasaan seperti ini benar-benar tidak enak.

Gadis dengan baju tidur biru muda itu menggigit bibir bawahnya dengan erat, kedua alis yang tadinya terlihat  tenang kini mulai tampak menyatu  cemas. "Semoga enggak remidi... semoga enggak remidi..." gumamnya seraya memejamkan mata. Perlahan, ia meraih tas sekolahnya, mencari-cari kertas dengan fakta yang sama sekali tidak ingin ia lihat.

Kertas ulangan dibuka, kedua mata itu suksed membulat seketika lalu menepuk dahi dengan kuat. Seandainya ia memang orang yang suka mengumpat, mungkin sudah ribuan umpatan yang lontarkan sekarang.

Ulangan Bahasa Inggrisnya mendapatkan nilai 20 dan sudah dipastikan itu pertanda buruk. 

🎧🎧🎧

Ya, pertanda buruk bagi seorang Ravion Octakeswara. 

Cowok yang tengah berbaring di atas ranjangnya itu memejamkan mata. Kamar terlihat gelap, tak ada satupun cahaya dari dalam sana. Baik dari lampu kamar maupun dari cahaya malam. Dengan kedua headset di telinganya ia semakin memejamkan matanya erat berusaha mungkin menikmati alunan musik bersuara keras yang didengarnya.

Baiklah, dirinya sedang tidak sakit dan tubuhnya juga sedang tidak ingin menagih obat-obatan itu. Ia seperti ini karena sedang berusaha meredam suara-suara gila yang terdengar dari lantai bawah. Sial, ingin saja Vion mengumpat sekuat-kuatnya sekarang bahkan musik rock bervolume penuh ini saja masih kalah dengan suara-suara di sana. 

Entah acara apa yang diadakan keluarga Keswara itu. Vion mungkin bisa menebaknya, paling acaran arisan Mama, memperingati sepeninggalan Andi, dan atau mungkin hari anniversary antara Papa dan Mama?

Perlahan ia tersenyum sinis, turun dari tempat tidurnya. Kamar terang seketika, lampu warna putih tampak dinyalakan membuat kamar itu menjadi jelas berantakkan. Vion membuka lemari dengan lebar, disambarnya jaket abu-abu dan topi hitam yang bergantung di dalam sana. 

Belum sempat mengenakan, sontak gerakannya terhenti seketika begitu memerhatikan pantulan tubuhnya dari kaca lemari. Tampak menyedihkan? Vion tertawa pelan, menggeleng. Mungkin memang menyedihkan begitu menyadari energi di dalam tubuhnya perlahan-lahan terkuras habis oleh benda yang tidak seharusnya ia konsumsi. 

Tubuhnya yang dulu tampak ideal kini malah sebaliknya, memang masih termasuk tinggi tapi untuk berat badannya sendiri? Entahlah, rasanya semakin menyusut saja, tidak bersemangat, dan belum lagi cekungan kedua matanya yang begitu dalam dan tampak menghitam. 

Tak ingin berlarut-larut secepat mungkin Vion mengenakan jaket, menyambar handphonenya, mengetik pesan untuk orang di seberang. 

Ravion Octakeswara (20.00):

Zak, lo ada di rumah?

Zaky Prasetya (20.00) :

Ada, datang aja.

"Bagus," gumam Vion pelan lalu bergegas turun ke bawah. Sungguh bodoh dirinya bila ia bertahan dalam suasana diasingkan seperti ini.

SPARKLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang