Keempat

3.7K 357 24
                                    

Evan tersenyum sambil membawa dua kantung penuh dengan makanan ringan dan satu kantung kecil berisi jus jeruk kemasan dan dua buah es krim kesukaan Aga. Adiknya itu pasti senang sekali melihat Evan membelikan banyak cemilan untuknya, membayangkan ekspresi senang Aga saja mampu membuat Evan senyum-senyum sendiri sepanjang jalan.

Evan merogoh saku jaketnya, mencari kunci mobil yang seingatnya dia masukkan ke dalam saku jaket. Ekspresi Evan sontak berubah saat dia tidak bisa menemukan apa yang dia cari, bahkan di kantung manapun. Dia reflex berlari mendekati mobilnya yang sebenarnya memang sudah dekat dan langsung membuka pintu mobilnya, tepat seperti dugaannya, dia lupa mencabut kunci mobilnya.

"Aga!" teriak Evan panik. Adiknya itu tidak ada di tempat yang sama seperti saat terakhir kali dia meninggalkannya, begitu juga dengan Bunny. Tanpa sadar Evan meraba tempat duduk Aga, dingin, pasti adiknya itu sudah lama meninggalkan mobil. Evan menjambak rambutnya, kesal. Salahnya yang bingung memilih cemilan dan lama antri di depan kasir. Tidak, bukan, kesalahan terbesarnya adalah melupakan kunci mobilnya sampai adiknya bisa keluar dari mobil tanpa sepengetahuannya.

"Aga!" teriak Evan dengan mata memandang ke segala penjuru, mencoba mencari Aga di sekitar situ. Dia langsung memeriksa lorong-lorong terdekat meskipun Evan tau tidak mungkin Aga berada di tempat gelap dan sepi seperti itu. Tangan dan kaki Evan sudah gemetar, ketakutan. Matanya ikut memanas, merasa gagal menjadi kakak. Dia bisa membayangkan ketakutan seperti apa yang tengah dirasakan adiknya sekarang ini. terlebih dia berada di tempat yang sama sekali tidak dia kenal.

Meskipun sayup, telinga Evan mampu menangkap suara musik tidak jauh dari tempat itu. Evan buru-buru berlari mengikuti asal suara sambil mengeluarkan ponselnya dan mencari foto close up Aga untuk ditunjukkan pada orang-orang yang ada disana, berharap ada yang melihat Aga. Evan menarik orang pertama yang dia lihat sambil menunjukkan foto Aga lewat ponselnya. Sayang orang itu hanya memberikan gelengan pelan sebagai jawabannya, begitu juga dengan 5 orang lain yang Evan temui.

Jauh di dalam tikungan jalan, Aga berjongkok dengan tubuh bergetar hebat. Kedua tangannya menutup erat telinganya, mencoba menghalau suara-suara yang masuk, tapi Aga salah. Suara itu bukan dari luar, tapi justru dari dalam kepalanya. Teriakan-teriakan itu menggema di kepala Aga, membuat anak berumur 16 tahun itu berteriak histeris sambil menangis. ketakutan memenuhi hati dan kepalanya sekarang, dan tidak ada satu hal pun yang bisa Aga lakukan selain menjerit.

"Hei, kamu kenapa?"

Samar, Aga melihat seseorang berdiri di depannya. Dia juga bisa merasakan sentuhan lembut di bahu kanannya, laki-laki yang berdiri di depannya juga lah yang menyentuhnya. Aga bisa merasakan itu meskipun samar, tapi sayangnya teriakan-teriakan itu menguasai seluruh inderanya, membuatnya tidak bisa membedakan mimpi dan kenyataan.

"Jangan... Tolong jangan...." racau Aga, masih dengan tangan yang setia menutup kedua telinganya. Di depannya, laki-laki bertubuh jangkung itu benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Gang ini sepi, terlebih dengan keramaian yang ada di jalan raya sana. Sepertinya akan sulit bagi laki-laki bermata coklat teduh itu untuk mencari bantuan.

"Hei, tenang. Gak ada siapapun disini." Orang itu masih berusaha menenangkan Aga yang justru semakin bergetar ketakutan. Teriakan-teriakannya menjadi semakin intens, bahkan tubuh Aga kini sudah meringkuk di jalanan, seperti kucing yang bergelung dalam dinginnya malam. Laki-laki itu semakin panik saja. dia sadar pasti terjadi sesuatu pada anak laki-laki di depannya ini. tangannya reflex merogoh saku celananya. Ekpresinya langsung berubah kasar

"Shit! Pake gak kebawa lagi!" makinya menyadari dia tidak membawa ponselnya sekarang. Niatnya untuk menghubungi ambulan kandas sudah. Dia berbalik, hendak berlari meminta bantuan saat tiba-tiba seorang laki-laki menabraknya dengan kasar dan langsung bersimpuh di sampingnya.

Esperanza ✓Where stories live. Discover now