"Aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat berpikir, setiap kali melihatmu."
Malam yang cukup menyusahkan bagi Arkan, wajah wanita itu selalu terbayang di pikirannya. Niatnya ia datang sepagi ini ingin menunggu wanita itu, dia ingin tau wanita tersebut menempati kelas berapa. Sebenarnya banyak niat lain yang ingin dia tanyakan. Tetapi mungkin lain kali saja.
Saking seringnya berangkat kesiangan, Satpam saja terkejut melihat Arkan sudah stay di depan gerbang bersender di motor ninja miliknya. Satpam saja terpesona dengan ketampanannya, masih mau di ragukan lagi?
"Huft! Lama banget! Kalo gini mending gue sarapan dulu di rumah," keluh Arkan berkali-kali menatap arloji miliknya.
Tak lama seorang cewek yang ia tunggu itupun datang, memang cantik, saat turun dari angkutan umum saja sudah terlihat bagaimana pesona yang di keluarkan gadis tersebut. Bodoh! Malah berdiam diri bukan menghampiri nya.
Arkan pun langsung berjalan dengan santai ke arahnya. Karena sekarang sudah mulai ramai, banyak orang di sekitar sana terkejut karena Arkan menghampiri Abila di depan gerbang. Bagaimana bisa? Seorang Arkan yang biasanya tidak pernah menghampiri seorang cewek, kini? Tiba-tiba saja datang ke Abila dengan ketampanannya.
"Hai!" sapa Arkan tersenyum manis.
Abila memutar bola matanya lalu membuang napas nya gusar. Apa-apaan reaksi dia? Seakan meremehkan sapaan manis Arkan, sontak semua yang ada di sana terkejut bukan main, berani-beraninya dia mengabaikan sapaan yang di dambakan para wanita ini.
"Ada apa? Kalo nggak penting gue duluan," balas Abila langsung berjalan meninggalkan Arkan.
"Woah! Liat itu Abila, sok banget dia, mentang-mentang cantik!" ujar seorang yang membicarakan Abila.
Bukan hanya satu atau dua orang, tetapi sudah banyak orang yang menilainya buruk. Zaman sekarang mana ada orang yang mengabaikan sapaan manis dari cowok seganteng Arkan? Mungkin itu cuma akal-akalan doang supaya Arkan kepincut dengannya.
"Apa-apaan dia?!" ujar Arkan lalu berlari menghampiri Abila kembali.
Arkan pun berhasil meraih tangan Abila, tapi itu tak bertahan lama. Tiba-tiba Ardian datang lalu memukul wajah Arkan seperti yang cowok itu lakukan pada Ardian. Hal itu membuat Arkan meringis pelan.
Padahal alasannya menarik lengan Abila untuk memberikannya kalung wanita itu yang terselip di sepatunya, tetapi Ardian malah memukulnya dan membuatnya malu di depan umum.
"Ardian!" bentak Abila yang membuat Ardian meminta maaf.
"Maaf," ujar nya pelan.
"Hah? Hahaha." Arkan ingin membalas pukulan Ardian padanya tapi, harus menahan diri.
"Udah ngomongnya? Ayo, Bil," ajak Ardian menarik lengan Abila.
Ardian membawa Abila pergi, Arkan melupakan sesuatu yang seharusnya ia tanyakan. Lupakan masalah itu, kini Arkan sedang mencoba mengusap luka nya di bibir akibat pukulan dari Ardian, masih pagi seharusnya tidak begini.
"Bil? Namanya Bil?" ujar Arkan pasrah diikuti ringisannya.
•••
Abila berada di Toilet, ia sangat-sangat bahagia akan kejadian tadi, apa benar bahwa Ardian melindunginya? Bahkan sampai menggandeng tangannya. Sampai dia lupa bahwa dia sedang masa pencarian kalungnya yang hilang sejak kemarin.
"Huwaa!! Gue bisa gila kalo begini!" teriak Abila merona.
Salsa memasuki toilet dan mendengar teriakan histeris dari Abila, sedang apa wanita itu. Awalya khawatir takut hal yang tidak-tidak terjadi, namun sepertinya bukan hal serius temannya itu jadi seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN [ SUDAH TERBIT ] ✔️
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT. TIDAK TERSEDIA DI GRAMEDIA ] Kata berjuang tak lagi cocok untuknya. Melupakan itu lebih pantas di utarakan.