Part 1. Awal

102K 4.1K 80
  • Dedicated to All Readers
                                    

Awal...

Aisa  melangkahkan kaki memasuki sebuah toko  ternama bermerk asing yang terkenal. Toko obat-obatan terlengkap yang berkonsep minimarket ini berada satu wilayah dengan ruko Zara, sepupu Aisa.  Toko serba ada dari menjual  alat kesehatan, kosmetik, selain obat tentunya. Pengunjungnya juga cukup banyak. Aisa berdiri di depan counter  pembayaran yang kosong,  menoleh kiri kanan mencari penjaga counter, berhubung testpack tidak di pajang di rak melainkan terletak di bagian rak belakang counter kasir.

 "Mbak, Testpack-nya satu." Aisa memanggil pramuniaga toko itu.  Sedari tadi  dia masuk  dan memerhatikan si pramuniaga sibuk mengobrol akrab dengan seorang lelaki yang berdiri tidak jauh darinya.  Si Mbak pramuniaga yang memakai rok mini ketat di atas lututnya memakai make up menor.  Aisa yakin kalau si mbak pramuniaga  itu duduk,  dalaman icik kiwirnya akan terlihat jelas. Pastinya menjadi tontonan gratis buat lelaki yang ada di hadapan pramuniaga itu. Lelaki itu berdiri membelakangi Aisa, postur tubuhnya tinggi, memakai kemeja lengan panjang warna biru gelap. Tampilan khas orang kantoran. Perusahaan mana yang membiarkan karyawannya berkeliaran pada jam kerja begini?  Aisa mengetuk-ngetukan jari di meja counter dengan tidak sabar. Bah! Apa toko ini selalu seperti ini tidak peduli dengan pembeli malah sibuk pacaran. Pramuniaga lainnya pada kemana ya?

"Mbak,  TESTPACK DONG!" kali ini dengan nada suara agak keras, sehingga sebagian pembeli ada yang menoleh kearah Aisa. Bodoh ah!  Wajarkan dia sedikit bersuara keras, kalau tidak begitu tak ada yang datang melayaninya.

Sontak si Mbak pramuniaga menoleh terkejut, dan menunduk malu karena dia ketahuan tidak memedulikan pembeli. Si lelaki itu juga menoleh, memutar tubuhnya  menatap Aisa dengan kening berkerut seakan kesal pembicaraannya terganggu. Aisa melengos tak acuh.

"Maaf, Mbak. Testpack merek apa? Yang strip atau yang compact?" tanya si mbak dengan manis.

"Compact. Terserah merk yang mana saja yang bagus dan akurat."

Si Lelaki itu tiba-tiba mendekat, bau harumnya yang  segar khas lelaki menyeruak di penciuman Aisa. "Hai... Halo... beli testpack ya, Mbak. Untuk apa?" tanya lelaki itu ramah bak sales obat.

"Buat ngukur demam!" jawab Aisa asal.  Sudah tahu nanya, cibir Aisa dalam hati.

"Deuuuh galak bener, Mbak, maksudku testpacknya buat mbak ya? Mbak hamil? Kalau hamil sekalian sama supplement untuk ibu hamilnya, pasti bayinya lahir sehat." Lelaki itu berpromosi

Apa disini juga jual sikat kawat ya buat nyikat mulut ini orang. Dugaannya tepat orang ini pasti sales obat. Bicaranya lincah sekali.  Aisa menggerutu dalam hati.

Aisa menoleh memandang sebal,  "Tidak! Saya tidak hamil, dan tidak membutuhkan supplement apa pun. Makasih, " jawabnya singkat. Sialan,  gara-gara Zara yang tidak tahu membeli testpack di mana, maka dia harus berhadapan dengan mahluk dodol ini. Sejenak Aisa terdiam,  wajah semi oriental itu membuatnya terpesona, bibir maskulin seksi, matanya sipit tapi tidak segaris, agak sedikit lebih besar. Lelaki itu juga mempunyai rahang  yang tegas dan kuat, yang dihiasi bulu yang tercukur rapi.  Begitu pas membingkai wajahnya, hidungnya pun mancung, kulitnya tidak terlalu putih.  Untuk ukuran seorang sales lelaki ini lumayan. 

Aisa dia tampan! Mirip Mike He, actor Taiwan kesukaanmu itu!  Aisa menggeleng mengusir pikiran  yang sudah melantur terlalu jauh. Tidak boleh, Aisa! dia itu lelaki, semua lelaki mata keranjang! batinnya memperingatkan. Aisa menarik  napas perlahan, lalu mengembuskannya pelan seperti ketika ia latihan yoga. Menenangkan para kedua dewi batinnya yang bersiap cakar-cakaran.

Lets Get Married ( Tersedia E-Book)Where stories live. Discover now