Sheet 19 : Sleepover

196 32 0
                                    



.

23 November 200X

Dear Diary,

Seharusnya di musim dingin seperti ini saljulah yang harusnya turun, bukan hujan deras bak badai seperti ini. mengingat hujan... mengingatkanku akan kenangan masa lalu, oh iya, dulu saat kelas satu aku dan Sasuke-kun sangat suka bermain di bawah guyuran hujan sepulang sekolah. Walau pakaian kami sama-sama basah kami tidak perduli, kami seperti anak-anak yang telah menemukan kebahagiaan yang hilang.

Semuanya terasa tidak berguna sekarang ini...

Ketika kutengok dari arah jendela, aku tidak menemukan sosok Sasuke-kun yang sendirian di bawah hujan. Ia dengan sebuah payung berwarna biru muda menerjang hujan itu bersama sosok lain yang aku tak tahu. Tapi dari posturnya aku sangat yakin jika seseorang yang berbagi payung dengannya itu adalah seorang gadis.

Heh, memangnya aku berharap dia bersama laki-laki. Mungkin tidak ada salahnya jika Sasuke-kun homoan bersama seseorang saat ini daripada melihatnya sepayung dengan seorang gadis. Dan aku yakin sosok itu bukanlah bibi Mikoto, aku tahu karena Bibi pasti memiliki tubuh yang lebih sintal daripada postur yang sepayung dengan Sasuke-kun. Mengingat itu, pantas saja setiap akhir pekan Paman Fugaku akan mengusir kedua anak laki-lakinya untuk menginap di luar rumah. Hm, mau bermesraan di saat usia sudah kepala empat, eh?

Ah, ya tak usah perdulikan hal tak penting itu!

Ngomong-ngomong, aku bisa menengok Sasuke-kun yang melangkah menuju rumahku. Ia sepertinya hendak berteduh. Dan benar saja sedetik kemudian bel rumahku berbunyi dengan brutal...

"A... bolehkah kami berteduh sebentar?" Sasuke-kun menatapku dengan tatapan melas. Sepertinya dia kepayahan akibat basa kuyup, eh? Aku bisa mengangkat alis tinggi-tinggi ketika kulihat gadis yang bersama Sasuke-kun.

Si malaikat gadungan, Hinata Hyuuga. Entah kenapa melihatnya membuat mood ku segera merosot ke titik terendah. Dongkol tepatnya! Dia ternyata mau memancingku...!

Dan sebagai seorang Tuan Rumah yang baik aku membiarkan mereka masuk. Hinata dan Sasuke-kun-ah, ralat si ayam! Mendudukkan diri mereka ke atas sofa. Aku segera beranjak ke dapur seperti biasa tuk membuatkan minuman hangat. Ayolah, sejahat-jahatnya aku dan sejelek apapun moodku aku takkan bertingkah superduper menyebalkan ataupun mengabaikan orang-orang yang ada di sekelilingku...

"Jadi, kenapa kalian bisa kehujanan?" tanyaku to the point tanpa basa-basi. Ingin rasanya kumarahi mereka jika perlu kuusir sekalian, hei itu terlalu kejam!

"Um, ka-kami se-sebenarnya..."

"Aku dan Hinata jalan-jalan dan tiba-tiba hujan turun, kukira aku akan membawanya pulang ke rumahku, tapi ternyata hujan turun lebih deras dan kebetulan kami lewat di depan rumahmu!" Sasuke menjelaskan dengan gamblang. Ia menatap Hinata yang sepertinya mengigil kedinginan, "apakah kau punya selimut? Hinata kedinginan!" perintah Sasuke seenak jidatnya. Huh, memangnya ini rumahmu apa? seenaknya menyuruhku?

Tapi sebagai Tuan Rumah yang baik, sekali lagi kutegaskan aku terpaksa melakukannya dengan –setengah- hati.

"A-ano, Sasuke-kun, kurasa aku a-akan dijemput Kak Neji. Kebetulan malam ini ada acara keluarga..." Hinata berkata setelah melihat ponselnya yang bergetar. Aku hanya menatapnya bosan. Dia tak mengangapku rupanya.

"A-ano Sakura-chan..." seketika rasa amarahku lenyap, kenapa ya? "Te-terima kasih sudah membiarkan aku berteduh di rumahmu sebentar... ma-maaf kalau merepotkan. Terima kasih banyak!" Hinata membungkuk sopan. Dengan senyum malaikat yang seketika membuat siapapun luluh sekaligus rasa sakit dan panas menjalar di hatiku.

Setelah itu Hinata pergi setelah Kakaknya yang bernama Neji itu menjemputnya, menyisakan aku dan Sasuke yang sendirian di rumahku. Ah, ya, Ayah dan Ibu baru pulang dari Oto besok.

"Ah ya, mana Paman Kizashi dan Bibi Mebuki?" tanya Sasuke heran. Ia menoleh-noleh dengan gelagat mencurigakan.

"Ayah dan Ibu baru pulang besok, mereka sekarang sedang di Oto." Aku menjawab cuek. Dan kemudian menatap jam di dinding yang menunjukkan waktu delapan malam.

"Jadi, kau sendirian di rumah?" tanya Sasuke-kun. Aku mengangguk. Sasuke-kun kemudian mengambil ponselnya dan mengubungi seseorang.

"Halo Bu?" sepertinya dia menghubungi Bibi Mikoto?

Mungkin saja dia minta di jemput karena hujan tidak juga berhenti sejak tadi...

"Sekarang aku dirumahnya Sakura, iya, dia sendirian jadi malam ini aku tidak akan pulang! Tenang saja! aku tidak akan macam-macam! Oke, bye-bye!"

Aku hanya bisa melongo ketika Sasuke-kun menutup panggilannya dengan Bibi Mikoto. Jangan-jangan-

"Aku akan menginap di sini!" kata Sasuke-kun dengan senyum cerah tak memperdulikan aku yang menatapnya horor.

Inilah satu hal yang tak kusukai dari Sasuke-kun... dia...

Aku baru saja hendak beranjak ketika tiba-tiba Sasuke-kun menarik pergelangan tanganku. dia menyeringai aneh, "Sebelum tidur, bagaimana kalau mandi dulu? Mandi bareng maksudnya..." Kata-katanya tidak selesai karena aku sudah mengeplak kepalanya kemudian aku kabur entah kemana. Yang terpenting aku harus secepatnya kabur dari si ayam ini.

Dear Diary, semoga Tuhan melindungiku dari siluman ayam mesum ini!

.

Dear Diary, kau tahu, aku senang Sasuke-kun tetap menyayangiku. Oh ya, walau kami hanya sahabat. Dia bilang aku seperti adik kecil baginya, jujur aku sedikit sakit mendengarnya. Tapi itu lebih baik bukan? Sasuke-kun bilang, dia suka tidur denganku karena aku hangat. Katanya tubuhku hangat seperti anak-anak. Karena itu semalam penuh dia memelukku terus, tak mau lepas sampai esoknya. Aku senang sekaligus malu, ini... entah ke berapa kalinya kami harus berbagi ranjang. Satu selimut dan satu bantal... ini menyenangkan tapi aku tahu ini sangat salah, berdoa saja besok Ayah dan Ibu tidak pulang di pagi hari. Mereka pasti akan jantungan dan mengira aku sudah tidur sembarangan dengan laki-laki. Padahal kenyataannya tidak begitu, Sasuke memaksa walau aku sudah menolak. Diusirpun tidak bisa karena seenak jidat pemuda ini tiba-tiba melompat ke atas ranjang dan memelukku seperti panda raksasa, bahkan ia sudah terlelap seperti kerbau dalam waktu singkat.

Dear Diary, aku sangat senang, tapi aku takut kalau hatiku terus terlena atas perhatiannya. Aku benar-benar harus menjaga jarak dari Sasuke-kun secepatnya.

.

50 Sheet of Paper DiaryWhere stories live. Discover now