PART TIGA

7.8K 701 1
                                    

Riana memastikan sekali lagi tulisan yang tertera di depan ruangan dimana Pradana dirawat agar tidak salah, sebelum dirinya memutuskan untuk memasuki kamar inap tersebut. Setelah yakin, tangan kanan Riana bergerak maju guna meraih gagang pintu ruangan dan segera memutarnya. Dorongan secara perlahan-lahan lantas ia lakukan pada daun pintu supaya tidak mengganggu Pradana dan Dipta yang sedang beristirahat.

Suasana di sekitar lorong rumah sakit masih terbilang sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat melintas areal ini. Waktu pun baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Dapat dikatakan wajar jika belum ada keramaian berarti di sini. Sesuai dugaan, ketika baru saja menginjakkan dua kakinya di dalam kamar, Riana sudah disambut oleh kesunyian. Indera penglihatannya pertama kali mendapati pemandangan Dipta yang tampak tertidur pulas di sofa panjang.

Riana kemudian mengalihkan fokus pandangannya pada Pradana yang juga terlihat terlelap dengan damai di atas ranjang pasien. Selang infus terpasang di tangan pria itu. Dan, tiba-tiba perasaan tak enak pun menghinggapinya. Melihat keadaan Pradana yang seperti ini turut menciptakan rasa bersalah pada diri Riana. Sepulangnya dari kediaman pria itu, seharusnya ia terus melakukan pemantauan. Bukan malah, larut akan kesibukan pekerjaan. Secara tidak langsung pun, ia rupanya sudah mengabaikan pesan dari ibu Pradana. Riana mengembuskan napas panjang, percuma jika ia merasa menyesal sekarang. Semua yang tak diinginkan olehnya terjadi. Mungkin, saat ini ia lebih memikirkan bagaimana membantu Pradana agar cepat pulih.

Pagi ini, Riana datang sendirian menjenguk Pradana. Sebab, Dion yang awalnya berencana untuk ikut datang ke rumah sakit mendadak tidak dapat menemani. Suaminya itu ternyata memiliki janji bertemu klien pada jam yang sama. Dion sempat tak mengingat jadwal yang telah dibuatnya tersebut. Dan beberapa minggu belakangan, Riana tidak merasa heran lagi jika sifat pelupa suaminya itu memang kerap kambuh. Dion senantiasa lebih mementingkan projek hingga dini hari dibandingkan hal lain yang nyatanya juga lebih penting dan juga memerhatikan kesehatannya sendiri. Riana pun semakin jengah bagaimana mencari cara agar suaminya tak terlalu asyik dengan kegiatan coding tersebut yang sama sekali tak ia pahami.

............

Dipta terpaksa membuka kedua kelopak matanya, saat guncangan-guncangan yang dilakukan seseorang pada lengan kirinya sehingga mengakibatkan ia merasa terganggu. Alunan suara si wanita yang terus memanggil-memanggil namanya turut mengusik ketenangan Dipta untuk melanjutkan acara tidurnya, padahal rasa kantuk masih membuat dirinya ingin memejamkan mata. Dalam waktu dua detik, Dipta pun mengubah posisinya yang semula berbaring di sofa, kemudian bangkit dan duduk bersila dengan tubuh tegak seraya melayangkan tatapan kesal ke arah sahabat perempuannya yang menyebalkan.

"Apa, Ri? Apaan?"

"Kamu kayak kebo kalau tidur, Vio. Susah banget aku bangunin kamu," protes Riana tanpa memerlihatkan sedikit pun ketidakenakan karena ulahnya.

Ternyata memang benar jika yang berdiri di hadapannya adalah Riana, bukan bagian dari halusinasi atau mimpi yang tertinggal. Entah kapan, wanita itu tiba di sini, ia sendiri tak tau dan sadar karena saking nyenyaknya tertidur. "Gue baru bisa tidur jam dua pagi."

"Pelanin kalau ngomong, Vio. Nanti bisa ganggu Pradana yang lagi istirahat," ingat Riana karena merasa volume suara sang sahabat yang keras saat berbicara.

"Suara gue emang begini, Ri. Ya, masa gue harus bicara pakai bisik-bisik segala," tanggap Dipta cuek dan tak mengindahkan perkataan sahabatnya.

"Okelah, terserah kamu," balas Riana pasrah. Ia tidak sedang ingin berdebat.

"Terus ngapain bangunin gue tadi?"

"Sekarang udah jam delapan. Nggak kerja?" Riana malah balik mengajukan pertanyaan.

Dipta menggeleng singkat. "Nggak. Gue libur. Udah ada salah satu pekerja yang gue minta buat tanggung jawab di lapangan."

Riana menganggukkan kepala pelan tanda mengerti. "Aku kira kerja. Tadi, makanya aku bangunin kamu, Vio."

DION & RIANA FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang