PART SEPULUH

4.2K 461 11
                                    

*beberapa istilah, panggilan, dan sebutan dalam Bahasa Bali :

Kakiyang = kakek
Nini = nenek
Bagus = ganteng
Becik-becik = baik-baik

..... .

Andra menapakkan kaki-kakinya satu per satu dengan gerak cepat pada susunan anak tangga supaya dapat segera melewati angkul-angkul (pintu gerbang khas Bali) di depan kediaman kakek dan neneknya.

"Pelan-pelan Andra. Nanti jatuh, Sayang," ingat Riana yang mengikuti putranya bersama sang suami di belakang.

"Cadel hati-hati, Nak. Kakiyang-nya Andra nggak akan ke mana-mana juga, loh." Dion turut ikut mengingatkan sang buah hati.

Andra tidak menghiraukan pesan dari ibu maupun ayahnya. Senyum balita itu merekah, ketika mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman dan menangkap sosok Kakiyang serta pamannya yang sedang duduk-duduk santai di area bale begong (gazebo Bali). Andra dengan semangatnya kemudian berlari dari pintu angkul-angkul menuju bale bengong, melewati jalan bebatuan setapak yang membentang di tengah-tengah rerumputan hijau halaman rumah.

"Om Swastyastu, Kakiyang dan Om Gili." Andra mengucapkan salam dalam nada riang seraya mengatupkan kedua tangan di depan dada.

"Om Swastyastu." Riana dan Dion juga memberi salam dengan sikap sopan saat sudah berada di areal bale begong.

"Om Swastyastu," balas Pak Suarta serta Giri bersamaan menyambut kedatangan keluarga mereka.

Kegembiraan serta senyuman lebar terlihat jelas di wajah Andra, tatkala menyalami tangan kakeknya, mengikuti apa yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh ayah dan ibunya. Andra lalu lanjut menyalami tangan sang paman. Batita itu merasa sangat senang berkunjung ke rumah kakeknya, sore ini. Langkah kaki Andra lantas terhenti di hadapan sang kakek yang sedang duduk bersila. Adanya sambutan dari Pak Suarta yakni berupa senyum dan tatapan hangat, maka Andra pun segera berhambur ke dalam pelukan kakeknya itu. Sementara, Dion dan Riana memilih untuk duduk saling berdampingan.

"Kakiyang, Andla kangen."

Pak Suarta tertawa pelan mendengar kecadelan sang cucu secara langsung hari ini, meski putra bungsunya cukup sering bercerita ketika mereka berdua melakukan komunikasi lewat telepon, yaitu tentang ketidakbisaan sang cucu mengucapkan huruf 'R'.

"Putu Andra selalu kangen dengan Kakiyang?" tanya Pak Suarta lembut.

Andra yang kini mengambil tempat duduk di atas pangkuan sang kakek mengangguk cepat. "Ya. Andla selalu kangen sama Kakiyang. Kangen sekali."

"Kakiyang juga kangen dengan Putu Andra. Gimana kabar Putu?" Pak Suarta memulai obrolan ringannya bersama sang cucu.

"Andla baik, Kakiyang. Becik-becik (baik-baik)." Andra melontarkan dua patah kata dalam Bahasa Bali yang diajarkan ibunya untuk membalas saat ditanyai kabar.

Pak Suarta pun belum ingin memudarkan senyum hangatnya. Walaupun sosok beliau lebih identik dengan kesan yang serius, keras, dan dingin. Namun, saat di depan cucu-cucunya, kehangatan beliau akan muncul secara alamiah.

"Kakiyang, apa kabal juga? Kakiyang sehat, yah?" Batita itu balik bertanya dengan rasa ingin tahu cukup tinggi.

"Kakiyang sehat, Putu," jawab Pak Suarta kemudian.

"Putu Andra sudah rajin sembahyang tidak?" lanjut beliau melontarkan sebuah pertanyaan.

Andra mengangguk mantap. Balita itu juga nyaman duduk di atas pangkuan sang kakek. "Ya, Kakiyang. Andla seling (sering) sembahyang sama Papa dan Mama."

Pak Suarta mengulum senyum lembut mendengar jawaban polos dari cucu kesayangan. "Putu Andra harus rajin sembahyang. Menuruti ucapan Papa dan Mama Putu Andra. Tidak boleh nakal dan melawan," pesan beliau cukup serius.

DION & RIANA FAMILYWhere stories live. Discover now