Dapat Jackpot

1.9K 131 7
                                    

*Happy Reading!

Karra's POV

Setelah enam bulan berlalu, artinya sudah satu tahun aku bekerja disini. Dan hari ini aku kembali ke grup kak Mirna. Senang sekali aku, it feels like home. Rasanya kayak balik kerumah sendiri. Tidur di kasur sendiri. Ah nyaman sekali. Apalagi cukup lama aku tak melihat wajah imut sang pemilik hati. *eh
Semua juga tampak bersemangat hari ini, terbukti dengan keadaan berisik meski masih pagi. Terdengar ocehan2 saling bersautan. Juga senyum2 manis diantaranya.

"Kamu ngecap ya?" tanya kak Mirna setelah aku hadir mendekatinya.

"Iya kak. Kan tadi kk suruh aku ngecap," jawabku tanpa ragu.

"Iya yah, aku lupa. Maklum faktor U. Kamu disini aja, biar nanti yang lain yang gantiin posisi kamu," ujanya kembali.

"Oke kak," jawabku singkat sambil bergaya hormat ala tentara yang cukup mengundang tawa teman2ku.

"Ria atau Ibel, terserah mau siapa, tolong gantiin tugas Karra ya.." suruh kak Mirna pada salah satunya. Cukup lama kami fokus pada pekerjaan, lalu ia berkata kembali.

"Aku dengar dari grup sebelah kamu sudah bisa pegang mesin label ya?" tanya kak Mirna memecah fokusku.

"Ehm, lumayan kak. Namanya juga belajar. Sedikit2 pasti jadi bisa," ujarku malu2.

"Ehmm.. Kalo gitu gimana kalo hari ini kamu tunjukin sama kami kalo kamu sudah bisa pegang mesin label, gimana?" tawarnya padaku.

"Ehh.. Kak..."

"Nina, sini kamu. Hari ini kamu free. Aku mau liat Rezky duet sama nih anak baru yang katanya udah bisa pegang tuh mesin. Balik sini cuzz.." potong kak Mirna sebelum aku selesai dengan kalimatku.

"Siap kak, asik hari ini aku santai.." ujar kak Nina sumringah.

"Ya Tuhan.. Kenapa jadi seperti ini. Tidak tahukan Engkau jika aku pasti gugup berhadapan dengan makhluk mu yang super dingin ini. Apalagi sekarang harus berduet kerja bareng dia. Tolong aku..." jeritku yang tentu saja hanya dalam hati.

Setelah menghembuskan nafas secara kasar, aku mulai melangkah mendekati mesin label yang tentu saja sudah ada kak Rezky disana. Dengan tenang, ia terus saja bekerja tanpa sedikitpun mengajakku berinteraksi.

"Sungguh, sepertinya ini adalah hari yang berat buat aku. Huaaaa....." tangisku yang tentu saja masih dalam hati. Dengan canggung kulakukan pekerjaanku sama seperti yang diajarkan kak Rahma.

"Sungguh, jika disuruh memilih, mungkin aku lebih suka di grup sebelah saja, walau suasana kurang nyaman, tapi masih ada kak Rahma yang sangat mengerti aku. Aiisshhh...." rutukku yang lagi2 masih dalam hati.

"Kenapa sih, dari tadi kalo ga bengong, nunduk, ya geleng2 tuh kepala?" tegur kak Rezky tiba2 dengan nada datar tapi cukup sukses membuatku cengo.

"Hah..." cengoku dengan jantung bergemuruh.

"Lucu banget sih," senyumnya seraya mencubit pipiku dan lagi2 sukses mengubah warnanya jadi memerah.

"Kalo lagi kerja tuh fokus. Gue ga mau ya ntar ada kesalahan," lanjutnya tegas.

Selalu KamuWhere stories live. Discover now