Yumna Naladhipa Nareswara

3.3K 194 35
                                    

Silau cahaya tiba-tiba muncul dan membuat tidur nyenyak perempuan yang belum diketahui namanya itu terganggu, matanya mengerjap, menetralkan pandangannya yang masih buram.
Tapi seseorang berusaha membangunkannya, memaksa tubuh yang dirasa sangat lemah itu terangkat, kepalanya pusing karena efek minuman keras tadi malam, dan perutnya merasakan mual, lalu muntah begitu saja, membuat seseorang yang memaksanya bangun itu menjadi bergidik ngeri.

"Kamu itu gimana sih," ucap perempuan yang bernama Mira, dia dimintai tolong oleh Mufti untuk menjaga perempuan itu selama belum sadarkan diri. Berjalan sendiri dimalam hari seraya mabuk, dan tidak memiliki kartu identitas, membuat Mufti mengkhawatirkannya. Kemudian ada Mira yang bersedia membantunya, dan Mufti pun meminta bantuan untuk membawa perempuan itu kerumahnya.
"Kalau bukan karena Pak Mufti, sudah aku tendang kamu dari sini." gerutunya didalam hati, dia menjauh dari perempuan itu dengan perasaan jijik.

"Dimana laki-laki itu?" tanya perempuan itu sembari memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing.

Dia masih ingat betul, ketika kepalanya mulai terasa berat, perempuan itu hendak menyebrang, namun memang dasarnya sudah mabuk, perempuan itu tidak tau jalan lagi, hingga sebuah mobil hampir saja menabraknya, dan pemilik mobil itu pun keluar, dengan wajah yang begitu khawatir.

Flashback on

"Afwan, kamu tidak apa-apa kan?"

Perempuan itu tidak memperdulikannya, dia masih berjalan sembari sempoyongan.

"Kamu terlihat tidak baik-baik saja, saya antar pulang ya?" Mufti masih berusaha, padahal dia tau keadaan perempuan itu tidak memungkinkan untuk diajak bicara baik-baik.

Mufti melihat sekitarnya, dan perempuan itu menjadi pusat perhatian, termasuk beberapa mata laki-laki yang melihatnya, dengan pakaian yang perempuan itu kenakan sekarang.

Mufti berlari kecil menuju mobilnya, mengambil jaket coklat yang ada di kursi depan, kemudian menjangkau perempuan yang masih dengan tingkah awalnya.

"Afwan, afwan." Mufti meminta maaf beberapa kali sembari mengenakan jaketnya dipundak perempuan itu, meminta maaf jika tidak sengaja menyentuh permukaan tubuh perempuan itu. Tapi respon perempuan itu membuatnya terhenyak, dihempaskannya tangan Mufti yang berusaha membenarkan jaket dipundak perempuan itu, dan membuang jaket tersebut.
Jika menjadi Mufti, maka orang lain akan memilih pergi saja dan meninggalkan perempuan itu, daripada dipermalukan seperti itu.

"Siapa lo? Pergi, tinggalin gue sendiri." sentaknya, berusaha menjauh dari Mufti, yang saat itu dianggapnya menyebalkan.

Mufti pun mengambil jaketnya, lalu berdiri kembali, tanpa berusaha untuk membantu perempuan itu. Meski begitu, langkahnya tidak habis untuk mengikuti. Rasa khawatirnya pada perempuan itu jauh lebih besar.

Flashback off

Perempuan itu memijat pelipisnya, "Aku telah mempermalukannya." ucapnya berbisik.

"Oh sudah sadar toh, jadi lebih baik intropeksi diri jika mau mendekatinya. Sikapmu saja sudah membuatnya malu." sahut Mira yang bisa mendengarnya. Dia mengambil jaket berwarna coklat, dan menyodorkannya pada perempuan itu.
"Berbahagialah karna dia masih bersikap baik padamu."

Perempuan itu ingat pada jaket kulit berwarna coklat itu, perasaannya menjadi tidak karuan mengingat kejadian tadi malam. Dan rasa paling besar yang dia rasakan sekarang adalah penyesalan, dalam hatinya yang paling dalam ada keinginan untuk meminta maaf atas sikapnya, yang perempuan itu sadari tidak bisa semudah itu dimaafkan, apalagi pada orang yang baru mengenalnya.

"Siapa laki-laki itu?" tanyanya.

"Kenapa? Jangan mengganggunya lagi. Ayo bersiaplah, aku akan mengantarmu pulang." ucap Mira tidak memberi jawaban dari pertanyaan perempuan itu.
"Lain kali jangan menyusahkan orang lain." tambahnya sembari keluar kamar.

Inni Uhibbuka Fillah, AliWhere stories live. Discover now