BAB 11

11.5K 879 79
                                    

Sarapan kali ini terasa aneh untuk Kushina. Apalagi melihat Naruto dan Hinata yang duduk saling berjauhan. Wajah mereka sama-sama memerah. Tapi Kushina tidak tahu bahwa rona merah itu karena malu. Wanita baya itu hanya melihat keduanya tersenyum malu-malu tanpa tahu apa artinya. Apakah telah terjadi sesuatu yang dirinya tidak ketahui? Kushina merasa aneh.

"Ada apa dengan kalian?" Tanya Kushina karena penasaran. "Apa telah terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui?" Tambahnya penuh tuntutan.

Naruto dan Hinata yang mendengar pertanyaan Kushina semakin merona. Mereka teringat kejadian semalam. Dan sekarang mereka berdua saling melirik, namun mengalihkan pandangan saat kedua iris mereka bertemu."Kalian kenapa sebenarnya?" Kushina semakin penasaran karena tidak segera mendapat jawaban. Wanita baya itu gemas akan reaksi dua orang muda di hadapannya.

Namun sepertinya kedua orang itu tidak ingin memberikan penjelasan apapun.

Karena jengah akhirnya Kushina menghela nafas berat. Mata nya memandang Naruto dan Hinata secara bergantian. "Naruto? Bagaimana kabar sekertarismu?" Tanya Kushina sambil mengunyah makanan di mulutnya. Mengunyah dengan begitu anggun lalu menelannya. Mata ungu kebiruan miliknya memandang sang putra tunggal, dia menanti jawaban.

Naruto yang mendengar ucapan ibunya mengangkat alisnya heran. Tidak biasanya sang ibu itu bertanya tentang orang lain. "Kenapa Mommy bertanya? Tapi aku rasa kabarnya baik" jawab Naruto pelan dan terkesan tidak peduli. Sifat kalem dan dingin yang sudah menemaninya empat tahun belakanngan rasanya sulit hilang dari dirinya. Lagipula apa maksud dari ibunya menanyakan kabar sekertarisnya itu kepada dirinya.

"Dia tidak hamil anakmu kan?" Kushina bertanya dengan santai seolah pertanyaan yang baru keluar dati mulutnya itu seperti saat kau berkata bahwa baju itu terlihat bagus.

Naruto tersedak. Pemuda itu terbatuk-batuk dan memukuli dadanya. Hinata yang melihat Naruto seperti itu berlari mendekat dan menyerahkan segelas air dan membantu mengusap punggung lebar Naruto. Air pemberian Hinata diteguknya hingga habis. Dengan sedikit kasar Naruto meletakkan gelas itu keatas meja. Membuat ibunya dan juga Hinata sedikit berjengit.

"Mommy bicara apa sih! Kenapa dia harus hamil anakku? Mommy kira aku se brengsek itu!" Teriak Naruto keras. Bahkan suara Pemuda itu berdengung di telinga Hinata yang saat ini berdiri disampingnya.

Hancur sudah topeng kalem yang Naruto gunakan. Gurat emosi dan tidak terima terlihat jelas diwajah tampannya.

"Ya siapa tahu saja kan?Seperti di cerita-cerita percintaan panas antara bos dan sekertaris? Lagi pula Asuma berkata padaku bahwa kau diam-diam sering melihat dada palsunya yang besar itu saat kalian berpapasan." Jelas Kushina panjang lebar. Wanita itu hanya ingin memastikan keakuratan informasi dari bawahannya.

Hinata yang mendengar itu menganga dan memandang Naruto penuh tuntutan. Naruto yang melihat itu menjadi kelabakan. Antara malu dan juga marah pada perkataan sang ibu. Hinata bisa salah paham padanya. Dan Naruto takut jika Hinata membencinya. Dengan segenap tenaga Naruto mulai membuka suara.

"Ak-Aku me-memandangnya karena.." Naruto tiba-tiba tergagap mata birunya melirik Hinata dan turun kearah dada gadis itu. Wajah Naruto merona. Dengan sangat terpaksa akhirnya dia memilih untuk jujur. "Aku memandangnya karena dada itu mengingatkanku pada ini!" jawab Naruto seraya meremas dua bongkahan montok yang berada di sampingnya. Dada Hinata.

Kusjina dan Hinata kembali kaget atas perilaku Naruto yang sangat memalukan.

"Kyaaa.. hentai! "

Plak!!  Hinata menampik kera tangan Naruto yang mulai meremas dadanya sambil memandang sang ibu penuh emosi. Situasi ini sangatlah canggung.

IOIB ANOTHER SEASONWhere stories live. Discover now