"Kau masih marah Kit?" Singto menemukan Krist di bawah pohon di tepi danau yang ada di belakang kampus, sedang terbaring dengan mata terpejam tapi Singto tau dia tidak sedang tidur. Krist membuka matanya dan pandangan mereka bertemu, tatapannya tajam menusuk manik mata Singto.
"Menurutmu?"
"Masih."
"Lalu kenapa masih bertanya?"
"Katakan dengan apa aku harus menebus maafmu?"
"Kenalkan dia padaku." Krist berujar mantap, dia sebetulnya penasaran siapa orang yang sedang didekati Singto. Singto mengehela napas lelah, dia masih tidak yakin untuk mengenalkan Krist pada Chimon. bagaimana caranya dia menjelaskan? Sementara dia mebiarkan segala pikiran Krist berkembang semaunya, menggangap Chimon adalah wanita incarannya padahal itu tidak benar sama sekali, dia hanya penasaran. dia tau persis hatinya dan saat bersama Chimon dia tidak menemukan getaran apapun kecuali menemukan seorang teman yang tau sama tau, hingga tak perlu kecanggungan untuk berbagi cerita yang paling sensitif.
"Ya sudah kalau tidak mau." Krist bersiap berdiri meninggalkan pria yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tapi sebelum dia melangkah tangan singto sigap meraihnya.
"Ok! nanti malam datang ke dormku, aku akan mengenalkannya padamu?" Krist terkesiap sebentar, menelan ludah gugup "Kau sudah membawanya ke dormmu?" perasaannya sedikit was-was.
"Belum, tapi malam ini dia berencana berkunjung." diam-diam Singto memikirkan cara paling sederhana untuk mengatasi kemarahan krist, dia berencana menyuruh salah satu sepupu jauhnya yang sama sekali tidak dikenal Krist untuk datang nanti malam. Diam-diam dia tersenyum mengingat betapa cerdiknya dia dalam keadaan terdesak.
"Baiklah, aku akan datang nanti malam."
Krist kembali duduk di sebelah Singto menatap jauh ke depan "Kadang aku takut," Cetusnya tiba-tiba
Singto menoleh, menunggu Krist melanjutkan ucapannya.
"Saat kau menemukan cintamu, apakah kau masih punya waktu untukku? Apakah kau masih mau aku ributin dengan hal remeh yang tak penting? apakah kau masih mau menampungku saat aku malas pulang? apakah kau masih mau menjagaku saat kau sudah menemukan prioritasmu."
Krits terlalu malu untuk menyuarakan isi hatinya, dia memilih diam hingga Singto yang memecahkan keheningan yang tercipta "Takut apa?" dia bertanya sebab lelah menunggu dalam diam.
Krist menggeleng, "Bukan apa-apa, aku pergi dulu. sampai jumpa nanti malam."
***
Chimon duduk di sebelah Singto, mereka sedang berada di taman tak jauh dari kampus Singto dan krist, tak sengaja bertemu dan berakhir dengan mengobrol sebentar, Singto sepertinya sedang galau. Chimon diam mendengarkan teman barunya itu bercerita tentang sahabatnya yang berlaku aneh akhir-akhir ini. Hanya dengan menatapnya saja Chimon tau ada kekhawatiran yang berlebihan dari Singto terhadap sahabatnya yang merangkap cinta diam-diamnya itu. Kadang dia gemas sendiri, apa susahnya sih menyatakan cinta, kalau di terima syukur gak di terima ya berusaha agar di terima dari pada dipendam gak bakal jadi apa-apa juga.
"Bagaimana kalau kita pacaran saja." Cetus Chimon tiba-tiba
"Ha? maksudmu?"
"Ya kita pacaran saja, aku sedang kosong kau juga kosong kan dari pada kau sibuk memikirkan dia."
Singto tertawa, "Konyol, aku tidak pacaran hanya berdasarkan kosong atau tidaknya, lagi pula hatiku sedang tidak kosong ada Krist di dalamnya," ucapnya sambil tersenyum "Maaf menolakmu." lanjutnya dengan santai, Chimon hanya mengendikkan bahunya.
"Mau sampai kapan menunggu?"
"Sampai aku tidak mencintainya lagi."
Chimon melirik ngeri, "Sepertinya itu sama dengan selamanya"
Lagi-lagi Singto tertawa, "Sepertinya. Aku tidak bisa mengendalikan hatiku, aku selalu jatuh cinta setiap kali aku melihat dia, kemarin aku mencintainya, hari ini aku mencintainya dan yang aku tau rasa cintaku hari ini lebih besar dari rasa cintaku hari kemarin."
Chimon menggeleng prihatin, dia penasaran seperti apa sih rupa orang yang mampu membuat pria di depannya ini tergila-gila sampai nyaris gila seperti ini.
"Rupanya seperti apa sih?"
Singto merogoh sakunya dan mengeluarkan hp kemudian membuka galery dan menunjukkan foto Krist pada Chimon, "Manis juga,"
"Sangat."
Chimon menoleh dan mendapati krist berdiri agak jauh dari tempat mereka duduk, tatapannya fokus ke Singto, dia tau betul jenis tatapan apa itu dan mengutuk dua orang yang sembunyi di balik topeng persahabatan ini. "Baik lah biarkan aku yang bekerja"
Chimon berdiri dan mendorong Singto ke pohon yang ada di taman lalu menempelkan bibirnya di bibir Singto, ekor matanya melirik Krist yang menegang lalu berlalu entah kemana. Singto Mendorong Chimon dan menatap tak suka, "What are you doing!".
"Hanya melakukan eksperiment, suatu saat nanti kau akan berterimakasih padaku." Singto mengusap bibirnya dengan kesal, tak mengerti Chimon berkata apa tapi tak juga ingin memperpajang lagi. Dia berlalu meninggalkan Chimon.
**
Mook mendesah bosan, dia sudah menunggu lama tapi orang yang mau dikenalkan Singto belum juga datang, "Jadi tidak sih?" Keluhnya entah sudah kesekian kali sedang Singto sejak tadi sibuk dengan phonselnya, mencoba menghubungi Krist namun tak juga berhasil.
Kiit kau kemana sih?
Malam semakin larut, Mook memutuskan untuk pulang saat Singto semakin gelisah, tak ada gunanya menunggu karena Mook yakin siapapun yang sedang mereka tunggu tidak akan datang karena ini sudah sangat larut.
Singto bergegas saat mendengar ketukan di pintu dormnya, Mook sudah pulang sejak tadi.
Pintu terbuka, Singto terdorong ke belakang saat tubuh Krist menerjangnya, dia tidak siap menerima pelukan tiba-tiba itu.
Krist meletakkan kepalanya di bahu singto dengan perasaan campur aduk, Singto yang masih bingung hanya bisa menepuk-nepuk punggung krist dan satu tangannya mengeratkan pelukan itu.
'Kit... ada apa? "
.....
"Hey kit ada apa ayo cerita."
"Aku hanya ingin seperti ini sebentar, tolong diamlah."
Singto menurut, dia diam sesekali tangannya mengusap punggung pria manis yang ada di dekapannya.
"Terimakasih." Pelukan itu terurai, mata mereka beradu, tak sanggup menatap mata teduh itu kit menjatuhkan pandangannya dan sial tatapannya jatuh tepat di bibir singto membuat dia mengingat ciuman itu lagi. Dan tanpa dikomando hatinya serasa di remas. Sakit.
"Kit...."
"Aku memang bodoh Sing, aku terlambat menyadari."
"Menyadari apa?"
"Sing bolehkah aku meminta sesuatu padamu?"
"Katakan kapan aku tidak memenuhi permintaanmu?"
"Sing aku mohon menyingkirlah dari hadapanku." Napas singto tercekat mendengar permohonan krist.
"Kenapa?"
"Karena rasanya menyakitkan tapi melihatmu."
"Apa aku melakukan kesalahan?"
Krist menggeleng, dia memaksa tersenyum.
"Bukan kau yang melakukan kesalahan tapi aku yang terlalu bodoh, aku hanya ingin belajar bagaimana caranya hidup tanpamu. Selama ini Aku terlalu tergantung padamu."
Napas singto tersengal, dia sedikit emosional. Dia menatap tajam ke arah krist raut wajahnya tak terbaca, membuat Krist was-was.
"Apa kau tak pernah sekalipun memikirkanku? Kenapa hanya perasaanmu yang kau pikirkan. Kau ingin aku menyingkir? Baik aku akan memenuhi maumu. "
Krist berlalu tanpa membantah, meninggalkan Singto yang terdiam tak berdaya.
Tbc....
Drama oh dramaaa

YOU ARE READING
Finding You
Fanfiction'Menemukanmu bukan ragamu, tapi hatimu " Bagaimana jika orang yang kamu cari-cari selama ini tepat di hadapanmu? Dan saat kau menyadarinya kau tak lagi punya kesempatan meraihnya. Masihh seputar Sinto Krist yang tak jenuh bikin baper. Agak sedikit...