Part 7

1.6K 166 53
                                        

Karena segala hal butuh jeda, seperti kata yang membutuhkan spasi untuk dimegerti demikian aku yang membutuhkan jarak untuk mengerti isi hati sendiri.

Lagi....Krist menghilang begitu saja, Singto bahkan sudah bertanya ke semua teman-temannya dan mencari kemana-mana masih tetap tak menemukan pria manis yang sudah membawa kabur hatinya itu.

Ini hari ke 10 Singto tidak melihat dan berhubungan dengan Krist bahkan lewat telephone maupun sosial media membuat Sing frustasi, dia nyaris menyerah untuk mencari. Malam ini dihabiskannya di kafe menikmati kopi yang bisa membuatnya terjaga. Nyaris tengah malam dia akhirnya memutuskan untuk pulang ke dormnya, menutup pencarianya dengan kecewa sama seperti hari sebelumnya.

Pintu dormnya terbuka dan Singto mematung  menemukan apa yang dicarinya berhari-hari terlelap nyaman di atas kasurnya. Napasnya menderu perpaduan antara lega, marah juga rindu dan yang paling dominan tentu saja rindu. Dia naik ke tempat tidur setelah lebih dulu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakainnya. Wajah lelap Krist jadi tumpuan matanya, perlahan dia menggerakkan punggung jari telunjuknya menyusuri kening Krist hingga berhenti di hidung mancung pria manis yang telah memporak-porandakan akal sehatnya.

Jemari kini berpindah ke pipi Krist, mengelus lembut berkali-kali hingga bulu di tubuhnya meremang, bibir krist tak luput dari belaian Singto dia hampir gila ingin menganti jarinya dengan bibirnya, dan satu kecupan mendarat di pipi Krist dekat dengan bibirnya dia semakin serakah, rasanya hanya pipi saja tidak cukup membayar kegelisaannya selama ini. Dia mendaratkan kecupan hangat di bibir Krist yang setengah terbuka, menyesap bibir manis itu perlahan, Buru-buru dia menarik kepalanya sebelum dia semakin hilang kendali dan segera mencoba tidur, untuk pertama kalinya Singto mensyukuri kebiasaan Krist yang tidur seperti orang mati.

Singto membuka matanya dengan berat, dia baru tertidur setelah subuh hingga membuatnya bangun terlambat, beruntung ini hari minggu. Dia menoleh dan tak menemuka Krist di kasurnya . Terburu-buru dia bangkit dari atas tempat tidur mencari di setiap sudut kamarnya, dia mencari ke kamar mandi bahkan dia mencari ke kolong tempat tidur dan di dalam lemari siapa tau Krist sedang iseng mengajaknya bermain petak umpet.

"Kiitt kau dimana?" Singto frustasi ketika sudah mencari tapi tak menemukan anak itu dia mencoba menelpon namun panggilannya tidak tersambung sama sekali.

Tadi malam itu bukan mimpikan? 

Dia duduk di lantai dan bersandar pada tempat tidur, berusaha menenangkan hatinya yang tiba-tiba saja terasa sangat sakit bahkan dia merasakan matanya perih dan pipinya basah begitu saja. dia merasa dipermainkan oleh nasib, ditertawakan takdir.

Jatuh cinta kenapa harus sesakit ini.

"Au....Sing kau kenapa?" Singto mengangkat kepala dari lututnya dan menemukan Krist berdiri dengan kantong plastik di tangannya.

"Ai Sing kau menangis? ada apa?" Krist panik melihat Singto yang tadi ditinggalkannya sedang tidur terlelap dan sekarang dalam kondisi kacau.

Singto mengulurkan tangannya menggengam tangan Krist satunya yang tak membawa apapun "Kau dari mana?"

"Aku pergi membeli sarapan tadi, kau tertidur pulas jadi aku tak membangunkanmu." Tiba-tiba saja dia merasa seperti orang bodoh, menangis tanpa alasan.

"Ayo makan," Singto berdiri, meraih kantong plastik yang dibawa Krist menyiapkan makanan di atas meja berpura-pura tidak terjadi apapun dan mengabaikan wajah ingin tau Krist. 

"Kau sudah sikat gigi belum Sing?" 

Singto menggeleng

"Kau mau makan tanpa sikat gigi dulu?"

Finding YouМесто, где живут истории. Откройте их для себя