[04. Baskara comeback]

1.7K 412 52
                                    

Don't forget to vote!

 
 

CKIITTT

BRUKK!

Cakra terhempas jauh berguling ke pinggir jalan. Motornya yang di tabrak oleh sebuah mobil dari arah samping dengan sangat keras kini berputar seperti gangsing di tengah jalan meninggalkan si pengendara berguling ke pinggir jalan.

"Aghh!" Ringisnya ketika mencoba menggerakkan tangannya. Lengan kanannya terasa begitu sakit saat ia mencoba meluruskannya.

Terdengar seseorang keluar dari mobil itu, sedangkan Cakra sedang berusaha melepas helmnya, menahan rasa sakit yang berdenyut di sekujur tubuhnya akibat terbanting. Mulutnya mengumpat kesal. Ia penasaran siapa yang sudah berani menabraknya. Cakra yakin itu di sengaja.

Beberapa orang pun tiba-tiba muncul. Terlihat dari kakinya yang dekat dengan wajah Cakra.

Karena merasa kesakitan, Cakra tak bisa mengubah posisinya yang masih terbaring menghadap orang-orant tersebut di tengah jalan, sinar matahari juga menyulitkannya untuk mengenali pelaku penabraknya. Dari balik visor helmnya, ia agak familiar dengan sepatu-sepatu itu, seperti tak asing baginya.

Satu kaki kemudian bergerak menghantam perutnya, "bangun lo!"

"Agh!" Cakra kembali meringis kesakitan. Ia makin kesal di perlakukan tak adil, jika saja ia tak di tabrak tadi, mungkin ia bisa melawan dan menangkis tendangan-tendangan tadi.

"Lo siapa anjing?!" Gertak Cakra kesal.

Cowok gondrong itu pun berlutut. Di lepasnya helm milik Cakra dengan kasar, kemudian ia mendekatkan wajahnya sembari menarik kerah baju Cakra.

"Lo lupa sama gue?" Ucapnya menampar-nampar kecil wajah Cakra beberapa kali dengan jeda.

"B-baskara??" Cakra membelalak.

"Gimana? Enak bebas selama setahun? Gara lo gue masuk penjara remaja!!" Teriak Baskara.

Rahang Cakra mengeras, matanya seketika dipenuh kebencian saat tahu orang yang mencelakainya adalah cowok bernama Baskara itu. Tangan Cakra mengepal, ingin sekali ia menghajar cowok itu sampai puas. Sayangnya Baskara selalu bermain curang. Ia sengaja menabrak motor Cakra dan membuatnya terlihat lemah seperti sekarang.

"Lo itu nggak pantes keluar dari penjara!" Balas Cakra berteriak dengan napas tertahan akibat sakitnya pergelangan tangan dan rusuknya.

Baskara terkekeh, kemudian detik berikutnya wajahnya berubah dingin.

"Cuih!"

BUGH!

Sebuah tonjokan mendarat di pipi Cakra "Elo! Dan abang lo yang udah bunuh Gaby!" Teriak Baskara setela menonjok wajah Cakra.

"Ck. Bukannya lo, yang hampir tumbalin dia?" Cakra meludahkan darah yang mengalir di ujung bibirnya.

"Lo minta di habisin ternyata,"
Ujar Baskara datar namun terlihat menyeramkan, meski diam tapi matanya berapi-api, ia bangkit dengan wajah memerah, kemudian detik berikutnya ia mengerang.

"BAJINGAN!"

BUGH!

"Elo!"

BRUGH! BUGH!

"... dan rumah lo itu penyebabnya!!"

Tanpa basa-basi dan belas kasihan ia menendang perut Cakra dengan gerakan bertubi-tubi membuat Cakra sampai memuntahkan darah dari dalam mulutnya.

"MATI LO ANJING!" Teriak Baskara sembari terus menendangi kepala dan punggung Cakra.

BUGH! BUGH!

Sedangkan di balik  semak-semak yang tak siapapun tahu, seorang gadis malah membekap mulutnya sendiri, gemetar takut kalau sampai ia ketahuan. Ia memukul-mukul kepalanya beberapa kali, meruntuki kesalahannya, seharusnya ia tak lewat jalan ini, namun sepertinya memang nasibnya menyaksikan kejadian sadis tersebut.

Mengapa ia takut? Ini semua karena cowok yang mengejarnya malam itu adalah Baskara anak dari SMA Rahwana. Tapi untungnya Nindi berhasil lolos meski ia lupa bagaimana ia bisa lolos malam itu.

"Kok dia udah bebas sih??" Gumam Nindi ketakutan.

"Habisin dia" terdengar titah Baskara memberikan waktu bermain pada teman-temannya.

Nindi mengigit roknya dalam keadaan berjongkok, memejamkan mata lalu menutup kedua telinganya. Ia tak mau mendengarkan adegan sadis itu. Meskipun ia agak tomboy dan keras kepala, tapi tetap saja ia takut dan juga tidak tega melihat Cakra yang sedang sekarat di tendang beramai-ramai. Walau Cakra playboy... dan Nindi masih agak kesal padanya.

Sekitar 15 menit kemudian barulah Nindi berani keluar dari tempat persembunyiannya, sebab Baskara dan antek-anteknya sudah meluncur pergi. Nindi kemudian menghentakkan kakinya kesal ketika hendak berjalan menjauh dari lokasi tadi, ia bingung untuk memilih pulang dan mengabaikan cowok itu atau menyelamatkan bajingan sialan yang sudah berani mencium bibirnya.

"Aish!" Nindi berputar balik. Ia berlari ke arah Cakra dengan sangat terpaksa.

Matanya membulat sempurna saat melihat keadaan cowok itu.

Sangat-sangat mengenaskan.

"Yaampun! Cakra!" Nindi mencoba membuat cowok itu tetap dalam keadaan sadar. Di tepuk kecil pipi Cakra pelan.

Sesaat ia terdiam melihat cowok itu, ah dia masih saja terlihat tampan dengan wajah babak belur.

"To-tolongin gu..." gumam Cakra hampir tidak terdengar.

Lamunan Nindi buyar, ia yang panik tak tahu harus apa, langsung saja menarik lengan cowok itu ke bahunya, ia akan mencoba membopong Cakra.

"Eh tunggu dulu!" Nindi melepas pegangannya hingga Cakra kembali terjatuh.

"Ashh!"

Ia berlari ke arah motor milik Cakra yang juga masih terbaring dengan mengenaskan seperti pemiliknya.
"Sayang banget nih motor mahal"

Setelah mengecek kalau motornya baik-baik saja, akhirnya ia mencoba membangunkannya lalu menstrarternya agar menyala.

Cakra bisa melihat betapa bersusah payahnya gadis itu menangani motor besar yang tak setara dengan tubuh kecil Nindi. Kening Cakra berkerut, mengapa gadis itu tahu cara menyalakan motornya?

Ia penasaran tapi ia bisa apa? Bicara saja tidak bisa, tubuhnya sekarang benar-benar sangat sulit ia gerakkan.

Nindi kembali berlari ke arah Cakra, membantunya berdiri dengan tenaganya yang tersisa.

"Anjir berat banget"

Dengan langkah kecil namun cepat, Nindi berhasil mencapai motor Cakra.

Selanjutnya ia mendudukkan cowok itu, sebelah tangannya menahan tubuh Cakra sedangkan yang lainnya memegang stir motor. Kini ranselnya dan ransel Cakra di selempang depan agar mempermudahnya menyetir.

Dagu Cakra menumpu di bahu Nindi. Cowok itu masih setengah sadar, samar-samar ia tersenyum. Dengan mandiri kedua tangannya melingkar di pinggang Nindi.

"Jangan di lepas, oke!" titah Nindi menoleh ke samping.

Cakra bisa mencium aroma vanilla dari rambut Nindi, meski ia menguncir rambutnya. Itu tetap membuatnya merasa sangat nyaman.

Brum brum!

Tanpa memakai helm, Nindi melajukan motor Cakra dengan sangat gagah, karena faktanya helm Cakra sudah hancur. Cakra sampai terpesona melihat aksi gadis itu. Apalagi satu tangannya berpindah memegang tangan Cakra erat, memastikan agar cowok itu tak jatuh.

"Gue tahu lo cewek waktu itu kan?" Ucap Cakra dengan suara serak.

"Eh eh jangan bisik-bisik, gue gelian!"

Mereka hampir jatuh jika Nindi tak menjaga keseimbangannya.

Sialan memang. Cakra malah tersenyum sambil mendusel di leher Nindi. Ia bisa melihatnya dari spion. Kini Cakra memilih diam menikmati angin sore yang terasa menyejukkan menerpa wajahnya, tak lupa mengeratkan pegangannya di pinggang gadis itu. Lupa kalau sebenarnya ia sedang kesakitan.


TBC.

_Sudah vote?_

PANTHERO SECRET [END]Where stories live. Discover now