Twenty Seven

244 35 0
                                    

Cinta dibentuk oleh satu jiwa, dihuni oleh dua raga.

Cinta ktu bukan apa yang dipikirkan oleh akal, tetapi cinta adalah yang dirasakan oleh hati.

Shawn Mendes - Kid In Love

*****

Satu tahun lebih telah berlalu. Hubungan mereka sampai sekarang hanya sebatas teman tapi mesra, belum lebih dari itu. Namun, mereka berdua begitu dekat dan seperti tidak bisa dipisahkan. Di sekolah, kemana Meyril berada biasanya ada Adnan. Hobi mereka berdua juga terus berjalan, walaupun belum bisa mewujudkan mimpi mereka.

Hari ini Meyril berjanji untuk mengantar adiknya ke sekolah dasar. Kebetulan sekolahnya sedang mengadakan acara karena sudah menyelesaikan ujian semester, maka mereka dibolehkan masuk terlambat. Rencanya ia akan mengatar menggunakan salah satu angkutan umum, namun digagalkan oleh Adnan.

Pemuda itu sudah berdiri di depan rumahnya. Meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk mengatar Ari. Adiknya itu juga langsung menghampiri Adnan dan kesenangan. Meyril lupa memberitahu, Adnan sudah sering ke rumahnya, bertemu kedua orang tuanya dan bermain dengqn Ari. Apalagi semenjak pemuda itu mendapatkan surat izin mengemudi, intensitas kedatang Adnan bertambah banyak.

"Kalian benar-benar cuman teman?" tanya Mama lagi untuk kesekian kalinya.

Adnan tersenyum lebar, "Adnan minta doanya Tan biar bisa lebih dari itu. Semoga Meyril juga mau, Tan."

Senyuman Mama langsung merekah. "Tante doakan."

Sungguh tidak adik. Keberadaannya di sini terabaikan. Mereka bahkan tidak peduli dirinya berada di sini saat membicarakan tentangnya. Meyrl sudah terbiasa dengan itu. Termasuk Ari yang dekat sekali dengan Adnan dan tidak mau main dengannya saat pemuda itu datang. Tentu saja itu semua karena Adnan selalu menyogok Ari dengan berbagai macam hal, seperti mainan, mengajarkan berolahraga dan makanan.

"Ayo, nanti Ari telat," ajak Meyril yang sudah tidak betah.

"Hati-hati di jalan. Pelan-pelan saja bawa mobilnya," pesan Mama sebelum mereka masuk ke dalam mobil.

"Siap, Tan!" jawab Adnan cepat.

Mereka benar-benar melupakan dirinya. Namun, Meyril bersyukur, setidaknya Adnan tidak dibenci keluarganya. Susah juga kalau Adnan sampai tidak disukai kedua orang tuanya. Tentunya Meyril tidak berharap apa-apa, mengingat hubungan mereka yang tidak jelas ini.

Perasaannya kepada Adnan sudah bertumbuh. Benar kata hatinya bahwa yang dipikirannya itu bukanlah perasaannya. Selama ini Meyril sudah jatuh hati ke Adnan tanpa disadarinya. Menyukai orang lain itu hanyalah pelariannya agar tidak kehilangan pemuda itu.

"Meyril?" Adnan menjetikkan jarinya di depan wajahnya. Lamunannya seketika buyar. Meyril melirik Adnan yang fokus ke jalanan, ternyata pemuda itu baru menyadari kehadirannya. "Kamu kenapa diam saja?"

Pertanyaan yang bagus, tetapi Meyril lebih memilih menahan untuk tidak menjawabnya. Di kursi belakang masih ada Ari yang akan mendengarkan mereka, "Nggak apa-apa. Kan memang nggak ada yang harus dibicarakan."

Adnan hanya meresponnya dengan mengangguk, bahkan pemuda itu tidak bicara lagi sampai mereka mengantar Ari. Ia turun dari mobil, begitu juga Adnan. Setelah melihat Ari benar-benar masuk ke sekolahnya, mereka kembali ke dalam mobil tanpa pembicaraan.

Sejak kapan Adnan jadi pendiam seperti ini? Ia heran sendiri. Sifat Adnan hari ini sedikit berbeda dan Meyril tidak tahu penyebabnya. Apa ada masalah?

Tangannya dicekal saat ia mau membuka pintu. Sepertinya Adnan baru mau membicarakan itu setelah mereka sudah berada di sekolah. Kenapa tidak dari tadi?

AdnanWhere stories live. Discover now