A2

5.8K 314 120
                                    

Cinta tak pernah salah begitu pula ketulusan tidak akan pernah sia-sia. Hanya ego manusia membuat cinta dan ketulusan terkesan tidak berarti

Happy Reading❤️

Seperti biasanya, Adel selalu berjalan dengan penuh percaya diri melewati koridor menuju kelasnya. Headset masih terpasang di telinganya. Adnan diam-diam mengikuti Adel di belakang.  Senyum Adnan tak pernah hilang walau hanya sekedar melihat Adel dari belakang saja. Entah mengapa ia merasa kalau gadis itu sangat menarik.

Adel menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul di depan kelas, Jenneth dan Luna.

"Del, kemana aja?" tanya Luna begitu melihat Adel yang baru saja bergabung dengan mereka. 

Adel melepas headsetnya kemudian menjawab, "Seperti biasa, library."

"Belajar mulu. Gak capek, Del?" tanya Jenneth. Ia merasa bingung dengan teman satunya ini. Meskipun terlihat urak-urakan, tetapi nyatanya Adel sangatlah rajin belajar. Sangat berbanding terbalik dengan Jenneth dan Luna.

"Lebih capek menghadapi orang munafik di sekitar gue," jawab Adel asal. Luna tertawa mendengar jawaban Adel. Gadis itu memang selalu berkata maupun bersikap sesukanya.

"Pulang sekolah nongkrong, yuk?" ajak Jenneth.

"Gak deh. Gue ada urusan," tolak Adel sehalus mungkin.

"Yahh...." sungut Jenneth.

"Sorry ya, guys," kata Adel yang merasa bersalah karena menolak ajakannya Jenneth.

"No problem, Del," jawab Luna sambil menepuk pundak Adel.

Bel telah berbunyi menandakan kalau jam pelajaran terakhir telah berakhir. Buru-buru Adel memasukkan bukunya kedalam tas kemudian melangkah keluar kelas. Ia kemudian menuju ke tempat dimana mobil mewahnya terparkir.

Adel tiba di rumahnya yang lebih mirip istana. Seorang pelayan pria menghampirinya. Ia kemudian menyerahkan kunci mobilnya kepada pelayan tersebut. Setelah itu Adel melangkah masuk kedalam rumah dan membiarkan pelayan tadi memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Aiden yang baru turun dari tangga langsung berlari menghampiri kakaknya itu.

"Sista!" seru Aiden.

"What's happen, ma bro?" tanya Adel.

"Ajarin Aiden matematika dong..." rengek Aiden sambil menarik-narik tangan Adel. Adel memutar bola matanya kesal.

"Emangnya guru les kamu itu udah gak mampu jawab soal?" tanya Adel meremehkan.

"Aku mau ganti guru les..." tutur Aiden.

"Terus? Kenapa bilang ke aku?" tanya Adel dengan santainya.

"Cariin Aiden guru penggantinya, ya?" bujuk Aiden dengan puppy eyesnya.

"Iya, ma bro..." jawab Adel pasrah.

"Thanks, sista! I love you so much." Aiden langsung bersorak gembira. Adel tersenyum kemudian pergi menuju kamarnya.

Adnan menghentikan motornya tepat di depan kostnya. Adnan terdiam melihat sosok yang kini berdiri di kostnya tersebut.

"Ada perlu apa anda kemari?" tanya Adnan dingin pada wanita itu begitu ia turun dari motornya.

"Adnan, kamu masih marah pada saya?" tanya wanita itu.

"Saya tidak punya hak untuk marah pada anda," jawab Adnan dingin.

"Maafkan saya..." lirih wanita tersebut. Adnan menatap wanita tadi sambil tersenyum sinis.

"Anda tidak salah. Yang salah disini adalah kehadiran saya," sahut Adnan dengan nada bicaranya yang datar. "Lebih baik anda pergi."

Mi dispiace (COMPLETE)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon