Selection ; Ongniel

Garden

'Selamat pagi, tampan. Aku bukan cenayang yang selalu bisa tau apa yang sedang kamu lakukan. Tapi firasatku mengatakan kalau kamu tidak akan pergi untuk makan siang. Jadi, roti ini untuk kamu. Anggap saja kompensasi dari rindu. Karena dua hari kita tidak bertemu? Nanti pulang sekolah jangan dulu pulang, ya? Aku mau ketemu.
Oh ya, Aku sayang kamu ❤'

From your one and only, ong seongwu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Daniel fikir, Seongwu tidak akan dapat dia menangkan hatinya. Hingga butuh dari lebih sekedar usaha untuk membuat pemuda itu sudi meliriknya yang begitu kentara jatuh cinta. Rasanya memang sakit, karena awal mereka berkenalan, Seongwu seolah tidak menginginkan atensinya mendekat. Pemuda itu lari, tiap kali Daniel berusaha mendekati.

Namun, tuhan itu memang adil.

Ujung kesabaran yang membuatnya nyaris menyerah, membuat Seongwu luluh. Daniel merasa dirinya adalah manusia paling beruntung ketika sore itu didalam kelasnya, ditemani rintik hujan, Seongwu tersenyum kecil sembari bertanya dengan nada rendah.

"Daniel, boleh aku jadikan kamu pacarku?"

Daniel adalah pejuang yang tidak gampang puas, di titik itu dia hanya mengangguk. Selama mereka berjalan dengan status pacaran pun, banyak hal baru yang Daniel ketauhi dari sosok itu. Dulu ketika dirinya masih menjadi sosok pengagum tanpa reaksi. Sekarang dia lebih sering dilambungkan dengan berbagai afeksi.

Seongwu, adalah seseorang yang penuh kejutan.

Tujuh hari usia hubungan mereka, Seongwu menghampirinya di kelas tujuh menit setelah bel istirahat berbunyi. Pemuda itu menyerahkan kantong plastik berwarna merah. Yang membuat Daniel tertawa ketika melihat isinya. Dua kotak susu berperisa strawberry dan dua bungkus snack gandum yang sempat dia gilai beberapa pekan yang lalu. Daniel ingat, saat itu Seongwu berkata dengan pipi memerah.

"Maaf, aku booking kamu dulu ya? Di sini? Jangan ke kantin, ramai. Aku mau lihat kamu makan. Tapi aku doang, yang lain jangan"