22

2.1K 80 0
                                    

"LO GILA YA?APA LO BEGO?ATAU LO EMANG BEGO HAH?"

"LO GAK DENGER TADI ANAK-ANAK OSIS KASIH PENGUMUMAN?"

"LO NGAPAIN COBA TADI DI PERTIGAAN DEPAN SEKOLAH?"

"LO LAGI CARI MATI TADI?"

Runtutan kata-kata itu langsung gua luapin ke Olin setelah kita balik ke sekolah, tepatnya gua narik Olin ke pinggir lapangan yang cukup jauh dari kerumunan anak-anak dan guru tapi tetep gak ngaruh karena intonasi gua yang sudah dapat dikatakan naik beberapa oktaf tingginya. Olin?dia nerima semua ucapan gua barusan, nunduk semakin nunduk kepalanya dengan tangan yang saling bertaut dan bergerak satu sama lain sesekali bergerak menghapus air matanya. Gua yakin dia saat ini nangis karena bahunya bergetar.

"udah lah Lex" ucap Jun mencoba menjauhkan gua dari hadapan Olin yang semakin kencang getaran bahunya

"AARRRRGGGHHHHHH. Terserah lo Lin" ucap gua yang lebih memilih mengikuti Jun untuk menjauh dari Olin. Gua udah gak bisa lagi ngendaliin emosi gua setelah tadi berhasil ngebawa Olin balik lagi ke sekolah, gua gak habis pikir kenapa anak itu ada diluar sekolah padahal tau kondisi diluar sekolah gak kondusif dan dia juga tau dia gak seberani itu ngadepin semuanya.

Alex hanya khawatir dengan Carol, Alex hanya tak ingin Carol kenapa-kenapa tadi, bahkan Alex sendiri gak tega saat liat Carol tadi sembunyi dibalik pohon. Baru berjalan beberapa langkah menuju ke gerbang untuk memantau situasi Olin berbicara "gua juga gak mau kejebak kayak tadi. Bener-bener gak mau Lex" setelah itu yang terdengar hanya suara isak tangin dari Olin yang sedang ditenangkan oleh sahabatnya dan bahkan terdengar beberapa siswa menanyakan keadaannya.

Alex tetep jalan ngejauhin Olin, bukan karena Alex tidak punya hati karena setelah memarahin dan buat nangis langsung Carol dia pergi begitu aja. Kalian jangan pernah berpikir Alex setega itu. Enggak sama sekali. Alex seperti ini karena Alex gak bisa liat Olin nangis lagi, Alex hanya takut kalau ia balik badan badan ia sendiri yang tidak bisa dikontrol.

"Lex, lo gak kenapa-napa kan?" tanya Jun memastikan keadaan Alex

"enggak. Btw makasih ya udah bantuin gua" ucap Alex

"hahaha kaku amat bos. Apakabar gua besok kalau balik-balik bawa pria idaman SMA Xaverous babak belur, yang ada gua tinggal nama. Hahahahha" ucap Jun santai yang membuat Alex ikut tertawa dan pasti menjadi pusat tatapan beberapa orang.

"ingetin gua buat kasih penghargaan ke Marco" ucap Alex yang langsung diangguki oleh Jun. Kebiasaan kita bertiga, jika salah satu atau salah dua dari kita bertingkah akan diberi penghargaan terbaik.

Sekarang pukul 15.15 WIB sudah 15 menit yang lalu anak-anak SMA Bina Mulya berhasil dipukul mundur oleh prajurit SMA Xaverous dan sejak saat itu juga murid-murid lain diperbolehkan pulang dan prajurit beserta panglimanya dipanggil ke ruang BK untuk pemrosesan. Alex dan Jun masih stay di sekolah untuk jaga-jaga sampai sekolah benar-benar aman dan anak-anak yang masih di proses itu pulang ke rumah dengan tenang. Tentu saja Alex juga nungguin Marco, si panglima perang hari ini.

Olin?dia udah balik 15 menit yang lalu dianterin sama Tya. Alex yang minta tolong anterin sampe depan rumahnya dan nemenin dia sampai dia tenang, ya tentunya gak minta tolong secara lisan.

(setelah balik ke deket gerbang, Alex chat Tya via line)

Alex : ty, anterin Olin balik ya

Tya : gak perlu lo suruh juga gua anterin Lex

Alex : tapi pastiin dia bener-bener sampe rumah ya sampe tenang

Tya : yaa pak ketua

Alex : gua serius

Tya : (read)

Alex : sekalian sampaikan maaf gua soal yang tadi ke Olin

Tya : ya lo juga sih bego

Alex : gua Cuma takut

Tya : sayangnya gua sama Dea udah paham. Urusan maaf ntar gua sampaikan tapi ada baiknya lo minta maaf langsung

Alex : gak janji gua

Tya : terserah lo

"LO GILA YA?APA LO BEGO?ATAU LO EMANG BEGO HAH?"

"LO GAK DENGER TADI ANAK-ANAK OSIS KASIH PENGUMUMAN?"

"LO NGAPAIN COBA TADI DI PERTIGAAN DEPAN SEKOLAH?"

"LO LAGI CARI MATI TADI?"

Kata-kata Alex yang diucapkan tepat didepan gua dengan jarak yang lumayan dekat dengan nada yang orang bego pun tau dia lagi emosi banget. Demi Tuhan gua takut liat Alex, gua takut liat Alex yang marah seperti ini didepan dia sekarang. Gua takut. Gua gak pengen nangis, sebisa mungkin gua nahan air mata gua biar gak nangis di depan Alex, gua gak pengen dia mikir gua anak manja yang cemen karena nangis perkara di bentak. Tapi gua gak bisa. Tanpa perlu di aba-aba air mata gua lolos satu persatu semakin lama semakin banyak sampai akhirnya gua liat Alex diajak pergi sama sahabatnya itu

"gua juga gak mau kejebak kayak tadi. Bener-bener gak mau Lex" ucap Carol setelah Alex berjalan beberapa langkah ninggalin Carol. Setelah itu Carol menangis terisak dengan perasaan campur aduk. Carol juga tidak ingin terjebak di situasi seperti tadi. Kalian pikir saja mana ada cewek yang mau kejebak ditengah tawuran antar sekolah, senakal-nakalnya itu cewek juga gak akan mau diposisi Carol tadi. Apalagi kejadian tadi yang pertama kali untuk Carol, ditambah Alex yang tiba-tiba marah semarahnya ke dia. Carol sendiri bingung, sebenarnya untuk lebih besar untuk kejadian yang mana air matanya ini, untuk kejadian terjebaknya dia di tawuran tadi atau untuk marahnya Alex ke dia setelah tadi membuat hati dan pipinya hangat sesaat.

"lo balik sama gua aja ya Rol. Lo juga De. Gua anterin" ucap Tya yang langsung diangguki oleh Dea, sedangkan Carol dia masih terdiam

"yuk Rol" ajak Dea dan membantu Carol berdiri danberjalan ke arah mobil Tya setelah tadi mendapat laporan dari anak OSIS danguru kalau mereka sudah diperbolehkan pulang. Tya dan Dea sangat tau kalausahabat mereka ini tidak bisa yang namanya melihat kekerasan atau dikerasin dansoal kejadian hari ini mereka berdua tidak bisa menjamin besok Carol bisalangsung masuk sekolah tapi itu tidak penting bagi mereka karena yang lebihpenting saat ini adalah mengantar pulang, menemani dan menenangkan Carol.

Perfect Enemy [Completed]Where stories live. Discover now