Do something instead of killing time. Because time is killing you.
(Paulo Coelho)
⏱️
"Maksudnya apa, Pa? Dia ke rumah sakit kamu?" tanya Kinara dengan nada menuntut. Lewat mata Prama, Kinara tahu, suaminya telah menyembunyikan banyak hal.
"Dengerin Papa dulu, Ma," Prama menepuk sofa di sampingnya. Kinara menurut, ia butuh penjelasan Prama, sejelas-jelasnya.
Sejenak, Prama menghela napas sebelum mulai bercerita. "Keadaan Mahesa dan Kenandra tidak sesederhana itu."
"Ken...andra?" suara Kinara tersekat, mengeja nama yang ia hafal di luar kepala. Rindu menjelma menjadi genangan di kelopak matanya. Hening menguasai mereka sesaat, sebelum sebuah cerita mengalir dari bibir Prama.
⏱️
Angin malam yang berhembus menampar-nampar pipi Azalea lembut. Gadis itu duduk di tepi birai, seraya menatap bulan pucat di atasnya. Melihat titik-titik bintang di angkasa, mau tak mau Lea teringat pernyataan Mahesa kemarin. Tanpa ia cegah, pipinya mulai mengeluarkan rona kemerahan.
Kemarin, setelah mendapatkan pengakuan mengejutkan, Lea sama sekali tidak memberikan reaksi. Satu-satunya yang ia lakukan hanya mengerjapkan matanya bingung. Waktu seolah bergerak lebih lama dari biasanya, sampai Mahesalah yang pertama kali memutus kecanggungan.
Pemuda itu tersenyum lembut, manatap Azalea dengan sorot yang teduh."Tidak usah dijawab sekarang, saya yakin kamu membutuhkan waktu untuk berpikir." Mahesa menyelipkan rambut Lea di belakang telinga, sebelum mengamit lengannya.
Sungguh, segala hal yang Mahesa lakukan pada Azalea kemarin terasa sangat tidak nyata. Hingga Azalea merasa bahwa dirinya tengah berkhayal karena terlalu banyak menonton serial drama Korea. Bahkan sesampainya mereka di depan rumah Azalea, gadis itu masih mengucapkan terima kasih dengan linglung.
Tapi entah kenapa ketika kesadaran Lea mulai kembali, gadis itu justru semakin kebingungan. Bayang-bayang Kenandra tiba-tiba muncul tanpa permisi.
Lea mengacak rambutnya kesal.
"Ah, kenapa juga sih gue harus mikirin itu curut satu? Udah tahu orang gila, masih dipikirin!" sungut Lea pada dirinya sendiri.
Sebenarnya, ia tak membutuhkan waktu untuk memilih. Mahesa dan Kenandra tentu saja tidak berada di level yang sepadan untuk membuat Azalea pusing tujuh keliling.
Oke, mereka memang kembar identik, tapi siapa juga yang mau pacaran sama cowok gila yang tega ninggalin dia ditengah jalan tol?!
Jangankan mengakui Ken sebagai pacarnya, bertemu lagi saja rasanya Lea tak sudi. Gadis itu masih cemberut ketika dering ponsel memecahkan lamunannya. Tubuhnya sontak menegak membaca nama yang tertera di layar.
Mahesa.
Mahesa menelponnya?!
Lea bangkit dari tempatnya, menggigiti ujung kukunya, sementara kakinya bergerak gelisah di dalam slipper.
Dengan gerak sepelan mungkin, gadis itu menswipe layar ponselnya, lalu menjatuhkan tubuh di atas kasur.
"Ha...lo," panggil Lea terbata, sebisa mungkin menahan jeritannya ketika mendengar suara Mahesa.
"Hallo," jawab Mahesa tenang.
Ini gila!
Kenapa mendengar suara Mahesa saja sudah membuat dadanya meledak-ledak?!
KAMU SEDANG MEMBACA
About Forever
RomanceKita adalah sepasang ganjil, yang digenapkan oleh tangan Tuhan. Sekeping hati, yang tiada lengkap tanpa sepetak dari yang lain. Mulanya, kukira semesta mempertemukan hanya untuk membuat kita saling jatuh cinta. Namun di antara takdir yang telah diko...