Bab 16

8K 489 2
                                    

Seusai sekolah, Arsen, Nesa, dan Tomo sudah berada di "Nesania", sebuah kafe milik keluarga Nesa. Kafe yang menjual makanan dan minuman enak khas anak gaul Jakarta ini terletak di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Kafe ini bisa dibilang kafe dengan desain interior yang cukup keren. Dinding luarnya sengaja menggunakan dinding kaca agar para konsumen bisa melihat pemandangan dan keramaian di luar sana.

Kemudian, barang-barang di kafe itu juga tergolong unik, antik, dan keren. Barang-barangnya, seperti meja, kursi, piring, gelas, dan bahkan lampu hiasnya sedikit bergaya retro dan klasik. Tetapi, tetap keren dan enak untuk dipandang mata.

Kafe itu masih belum memiliki konsumen saat mereka berada di sana. Terang saja belum ada pengunjung yang datang karena "Nesania" memang baru mulai buka pukul 5 sore.

Waktu pengoperasian kafe ini dari jam 5 sore sampai sekitar pukul 3 pagi. Sementara itu, saat pagi dan siang hari kafe ini tutup. Kawasan Kemang memang paling ramai didatangi malam hari.

Oleh karena itu, jam pengoperasian kafe sengaja diatur seperti itu. Karena belum ada pengunjung, Arsen, Tomo, dan Nesa pun bersiap untuk check sound dan mempersiapkan beberapa peralatan lainnya yang akan dipakai untuk nge-band nanti malam.

Mereka pun mencoba perlengkapan dan alat-alat musik mereka di atas panggung mini yang ada di sudut kafe itu.

"Jreng! Jreng! Jreng!"

Arsen mencoba mengecek suara gitar listrik warna merah miliknya. Rasanya suaranya sudah cukup bagus dan jernih.

"Arsen, Tomo, gimana suara alat musik kalian masing-masing? Udah Oke kan?" Tanya Nesa kepada kedua temannya yang sedari tadi sibuk mengecek suara alat musiknya masing-masing.

"Gitar gue sih udah oke." Sahut Arsen.

"Iya. Sama. Bass gue juga udah oke. Lo sendiri Nes, lo udah nyiapin suara indah lo kan untuk manggung nanti?" Tanya Tomo kepada Nesa.

"Pastinya dong." Seru Nesa sambil mengacungkan jempolnya.

"Oh iya, mana drummer baru kita? Kok belum kelihatan juga. Dasar! Anak baru kok udah ngaret." Tanya Arsen yang nampak jengkel terhadap anak baru yang baru-baru sudah terlambat.

"Tenang. Dia bentar lagi dateng kok! Naaah, tuh dia orangnya!" Kata Nesa yang tiba-tiba menunjuk ke luar kafe.

Karena dinding kafe terbuat dari kaca, otomatis Nesa bisa melihat jelas kedatangan drummer baru yang sedang menuju pintu masuk restorannya.

Arsen pun menolehkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Nesa. Begitu melihat drummer baru itu, matanya pun terbelalak.

Rasanya bola matanya hendak meloncat ke luar saat itu juga. Dia benar-benar tidak percaya kalau drummer baru band nya adalah Adit, orang yang jelas-jelas ingin dia singkirkan dari hidupnya.

Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah karena di sebelah Adit ada sosok seorang gadis yang ikut bersamanya. Adit menggenggam tangan gadis itu dengan tangan kanannya dan merangkul pundak gadis itu dengan tangan kirinya seakan sedang menuntun gadis itu berjalan.

Pintu kafe itu pun dibuka. Adit masuk bersama gadis buta itu. Ya, dia bersama Pelangi.

Adit masih berjalan dengan tetap menuntun dan merangkul Pelangi. Dia membantu Pelangi berjalan karena hari itu Pelangi tidak membawa tongkatnya.

Cara berjalan Pelangi yang perlahan-lahan -selangkah demi selangkah- dengan tatapan mata yang kosong membuat Nesa dan Tomo kebingungan dengan gadis itu.

Tatapan mata Pelangi yang kosong jelas sekali menggambarkan kalau tidak ada sekilat cahaya pun yang ditatapnya. Tatapan itu benar-benar kosong dan dua manik bola mata hitam itu menatap entah ke mana-mana.

[END] Blind RainbowWhere stories live. Discover now