DUA BELAS

3.7K 419 56
                                    

Sorry for typo's

Happy reading

🌸🌸🌸

"Dirimu layaknya permata, yang selalu indah dipandang mata juga selalu berharga untuk dijaga."

🌸🌸🌸

 
¤¤¤

Cukup tahu betapa gadis dihadapannya ini teramat menginginikan kebebasan, termasuk bebas keluar dari rumah sakit yang menjadi persinggahannya beberapa bulan ini. Sehun menatap iba, namun ia yang bukan siapa siapa tentu tak bisa melakukan apa apa.

"Aku ingin pergi dari sini Oppa, kumohon. Katakan pada Mommy jika aku telah benar benar bosan berada disini, aku mau kembali dirumah atau dimanapun. Asal jangan ditempat ini." Rengekan demi rengekan telah keluar dari mulut Yoona sejak setengah jam yang lalu, selepas ia, Sehun dan Yixing kembali dari kafe.

Melihat mata jernih Yoona menjadi berair membuat Yixing terus menghela nafas, ia bisa saja menuruti apa yang Yoona inginkan. Namun ia tak tahu bagaimana reaksi yang akan ibunya berikan. Meski pernah ia mengatakan akan menjaga Yoona melalui caranya sendiri dengan artian tak selalu mengikuti kemauan Song Yoon Ah, tetapi bukan berarti ia akan selalu bertindak ceroboh berketerusan.

Jika ia benar benar membawa Yoona keluar dari Rumahsakit, lantas akan kemana ia membawanya. Apakah rumah? Tapi ia takut jika Yoona akan kembali dimasukan kedalam ruangan mengerikan itu. Lalu kemana, sungguh Yixing tak tahu lagi harus bagaimana sekarang ini.

"Sayang, mengertilah jika sekarang ini belum saatnya kau pergi dari sini. Kau harus benar benar sembuh terlebih dulu, bukankah kau ingin bisa sembuh agar bisa merasakan hidup bebas? Jadi tolong bersabarlah untuk beberapa waktu lagi." Mungkin ini kalimat pembujuk yang entah keberapa kali ia ucapkan.

Sehun yang duduk cukup berjarak dari Yoona dan Yixing berjalan mendekat, "Yoona, ada benarnya apa yang dikatakan kakakmu. Jadi bersabarlah sebentar lagi, lagi pula tidak mungkinkan jika kakakmu akan membohongimu." Mampukah Sehun meruntuhkan keinginan Yoona yang telah membumbung tinggi itu.

Tidak sama sekali, Sehun tidak mampu. Karena yang terjadi justru air mata Yoona mengalir dengan pandangan menyedihkan. "Mengapa kau juga tak mengerti diriku Sehun, mengapa kau justru mendukung Yixing Oppa. Ayolah Sehun, bantu aku. Bawa diriku pergi dari sini, tunjukan jika memang kau teman yang baik untukku." Yoona menatap lekat mata Sehun, "Kau tahu bukan betapa aku selama ini tersiksa, sebelumnya aku dikurung pada sebuah ruangan yang hampa. Lalu sekarang aku harus berada pada rungan yang sama sekali tidak aku suka. Setidaknya jika Oppa dan Mommy ku tak memahami diriku, maka kuharap kau mampu lebih memahamiku."

Jika tak ada Yixing diruangan ini ingin rasanya Sehun memeluk serta menghapus air mata Yoona. Kesakitan itu begitu tampak nyata pada netra gadisnya, yang mampu membuat Sehun iba.

"Sehun, bawa aku pergi dari sini. Kumohon bawa aku pergi, tolong aku Sehun." Kini kedua tangan Yoona menarik narik kaos yang Sehun kenakan dibaguan dada secara brutal dengan air mata yang telah beruraian kesana kemari. "Jangan takut pada Mommyku ataupun Oppaku, jangan pedulikan mereka. Mereka tak pernah memahami diriku, hanya dirimu sekarang yang bisa aku andalkan. Hanya dirimu Sehun, hanya dirimu."

Belati yang runcing mungkin kalah tajam dengan ucapan Yoona yang mampu menusuk dalam ulu hati Yixing, ia dianggap tidak memahami Yoona sebagai kakaknya. Bahkan Yoona menganggap hanya Sehun yang bisa diandalkannya, ya hanya Sehun bukan dirimu Yixing.

HIDDENKde žijí příběhy. Začni objevovat