1

422 11 0
                                    


Yuka berjalan ke sebuah hotel berbintang di daerah Tokyo. Ia baru saja selesai pemotretan. Managernya telah membuat jadwal yang sangat padat seharian ini. Itu karena Yuka telah membuat managernya marah, seminggu lalu. Yuka makan lebih banyak dari yang seharusnya, sehingga berat badannya naik satu kilo. Sebagai seorang model yang sedang naik daun, Yuka diharuskan menjaga penampilannnya.

"Aku lelah." Yuka masuk ke lift, ia menekan tombol lantai 5, dimana kamarnya berada.

Di dalam lift itu hanya ada dia, dan seorang laki-laki. Yuka berdiri agak jauh, ia sedikit takut. Selama ini ia tidak pernah sendirian di tempat umum. Tapi kali ini, ia pulang lebih dulu dari managernya karena ia sudah sangat lelah. Kakinya bahkan seperti ingin lepas dari tubuhnya.

Yuka semakin takut ketika ia merasakan laki-laki di sebelahnya tengah memperhatikannya. Lift mecapai lantai 5, Yuka bernafas lega begitu pintu terbuka.

"Nona... kau sendirian?" laki-laki itu ikut keluar.

Yuka mengabaikannya. Ia tetap berjalan.

"Huh... kau sombong sekali, nona. Berapa aku harus membayarmu?" laki-laki itu mencekal lengan Yuka.

"Lepas!... " Yuka ingin menangis.

"Tubuhmu indah. Dan wajahmu.... sangat cantik. Kau model terkenal itu bukan?" Tangan laki-laki itu terulur ke depan wajah Yuka. Saat ingin membelai pipi mulus Yuka, seseorang datang mencekal tangan laki-laki itu.

"Aw!!..." laki-laki itu berseru kesakitan. "Siapa kau?!"

Yuka segera melepaskan diri karena cekalan laki-laki itu melemah. Lalu ia bersembunyi di belakang punggung seseorang yang datang membantunya.

"Kau ingin pergi sendiri? Atau aku panggilkan petugas hotel untuk mengusirmu?"

Laki-laki itu menatap dengan kesal. Lalu ia pergi.

"Terima kasih." Ucap Yuka.

"Kalau kau tidak ingin di ganggu, sebaiknya jangan berpakaian terlalu terbuka." Ucapnya datar, lalu ia melangkah pergi.

Yuka memperhatikan penampilannya sendiri. Memang sedikit terbuka.

"Tunggu..." seru Yuka.

Orang itu berhenti lalu berbalik menatap Yuka.

"Siapa namamu?" Yuka bertanya.

Orang itu terdiam. "Toru." Ucapnya kemudian.

Yuka tersenyum, "Terima kasih, Toru-san."

Toru (OOR)Where stories live. Discover now