Makhluk aneh

1.1K 203 46
                                    


Sayup-sayup suara deru mesin motor terdengar memasuki pekarangan, tak sulit menebak siapa yang datang. Woojin sedang menyandarkan kepalanya ke kursi sambil memejamkan mata, ketika terdengar suara barang jatuh dari ruang tamu. Perlahan ia membuka mata, masih lemas setelah menghabiskan 15 menit memuntahkan seluruh makan malamnya ke closet. Ia pikir seseorang menjatuhkan barang itu dengan tidak sengaja, dan ia menunggu orang itu melewatinya. Tapi 5 menit berlalu dan orang itu belum juga muncul, penasaran Woojin berdiri dan berjalan ke ruang tamu dengan langkah pelan.

Ia menahan nafas beberapa detik saat mendapati sosok tinggi pucat yang terduduk di lantai, punggungnya bersandar pada kursi tamu sambil menunduk. Tapi kemudian segera dihembuskan nafasnya keras.

"Semua orang sudah selesai, kau bisa pakai kamar mandinya," ujar Woojin.

Laki-laki itu mendongak dan tampaklah ekpresinya yang menahan kesakitan luar biasa. Kedua tangannya memegang erat perutnya. Sekilas tatapan matanya tampak menyedihkan, tapi dengan cepat berubah tenang dan penuh percaya diri kembali. Sekalipun bibirnya bergetar saat bicara dan kesakitannya tampak bertambah semakin mulutnya bergerak, ia terus saja bicara.

"Ini rekor terlama aku menahannya, bagaimana menurutmu?" tanyanya dengan senyum bangga.

"Jangan banyak bicara, kau tampak menyedihkan," jawab Woojin datar. Sejujurnya ia tak habis pikir dengan pikiran Guanlin.

"Terima kasih."

"Mau kubantu?"

"Aku bisa ke toilet sendiri."

"Baik, kubantu." Woojin segera merangkul bahu Guanlin dan membantunya berdiri. Sedikit kesulitan karena ia masih lemas, sementara tubuh Guanlin tak bisa dibilang ringan. Ia papah dongsaengnya itu pelan-pelan menuju ke kamar mandi.

"Bagaimana keadaan Jinyoung?"

"Kau yang harusnya lebih dikhawatirkan."

Guanlin tersenyum tipis, "Aku mau darah rusa, rasanya pasti bisa membuatku lupa rasa mengerikan makanan manusia."

"Mendengar kata-katamu kenapa aku jadi merasa kita makhluk yang sangat menyedihkan ya,"Woojin terkekeh kecil, tapi dengan nada yang getir.

"Memang kan, itulah kita."

$%^&*()

.

.

.

Seonho merebahkan kepalanya ke sandaran ranjang , rasanya nyaman sekali. Setelah mandi dan memakai piyama ia memutuskan membaca sebentar sebelum tidur. Buku setebal batu bata di tangannya itu selalu ia baca sebelum terlelap, minimal satu bab. Dan di rak bukunya masih banyak buku-buku degan ketebalan sama yang belum ia sentuh. Bukan buku-buku ilmiah kegemarannya, tapi novel-novel fantasy pemberian Daehwi setiap ia ulang tahun. Anak itu, ia yang paling lama berteman dengannya, yang paling mengenal bagaimana wataknya, tapi masih saja memberi hadiah buku fantasy? Niat sekali mau mencuci otaknya.

Apa Seonho menyukainya? tidak juga, sebagian isi novel-novel itu sempat ia anggap aneh. Ia bahkan sempat berpikir, para penulis cerita-cerita fantasy ini, apa mereka sinting? Tak waras? Bagaimana bisa imajinasi mereka sedemikian tidakrealistisnya, terlalu mengada-ada. Bagaimana bisa sapu terbang dengan sendirinya, atau muncul makanan secara tiba-tiba hanya dengan mengucapkan mantra? Luar biasa tidak realistisnya kan?

Tapi dari pada menganggap aneh, sekarang Seonho lebih memilih kagum. Ia rasa orang-orang dengan daya khayal tinggi semacam itu, termasuk berotak brillian. Selama ia masih bisa membedakan dunia nyata dan dunia khayalannya, kewarasannya masihlah terjaga, dan ia tak mempermasalahkannya.

Let's PlayWhere stories live. Discover now