Di Dalam Hutan

983 155 51
                                    

Setelah perjalanan yang cukup panjang, tiga pasang kaki berhenti di mulut hutan. Helaian rambut depan Haknyeon yang mulai panjang melambai pelan tertiup angin. Mata tajamnya menatap ke sela-sela pepohonan tinggi menjulang di hadapannya.

"Jadi kita akan mencarinya di sana,"ujarnya.

Tak ada yang menyahut. Hutan gelap, suram, nan berkabut di hadapan mereka membungkam semua kata.

"Apa perlu kita berpencar?"tanya Samuel dengan raut gelisah.

"Tidak...,"jawab Guanlin tegas, "Kita masuk bersama."

Mata Samuel mengedar ke seluruh penjuru hutan. Bermain dengan hutan bukanlah hal baru, tapi menghadapi hal-hal tak menyenangkan di dalam sana bukan hal mudah. Dark forest menyimpan banyak misteri dan hampir tak terjamah manusia.

Sebagian orang dengan keberanian dan kemampuan bertahan hidup tinggi paling hanya menyusur sampai seperempat wilayah hutan. Sisanya memakan bulat-bulat rumor angker yang membuat bulu kudu merinding hingga mencium udara di hutan ini saja mungkin enggan. Tak ada manusia yang tahu sepenuhnya apa yang tersembunyi di jantung hutan - kecuali Donghyun mungkin. Orang itu tampaknya tahu cukup banyak hingga bisa memberi peringatan yang cukup detail.

"Apa saja yang kita cari Guan?"

Guanlin mengulurkan kertas catatan Donghyun pada Haknyeon, moodnya tidak dalam keadaan baik untuk repot-repot menjelaskan.

"Ada banyak bahan di sini," gumam Haknyeon.

Guanlin menghela nafas keras, "Komponen paling penting ada di 4 urutan teratas, Selain 4 itu, mudah dicari karena tersebar di hutan ini."

"Sebaiknya kita bergerak sekarang, perasaanku gelisah sejak tadi hyung,"ujar Samuel.

Bukan hanya Samuel, sejujurnya Guanlin juga merasa was-was. Ia berusaha tetap tenang agar bisa berpikir tapi jantungnya tak bisa berdetak normal sejak ia meninggalkan Jinyoung. Perasaanya mengatakan mereka harus cepat kembali. Harus !

@#$%^&*()

.

.

.

Bukan hal mudah melewati lebatnya hutan di malam hari. Mata mereka bertiga memang bisa menyesuaikan dengan minimnya cahaya --- terutama Haknyeon ---tapi semakin berlari ke dalam hutan, kabut semakin tebal dan pepohonan makin lebat. Sulit untuk tak sekedar tersangkut cabang atau dedaunan.

Setengah jam lamanya mereka berlari kencang menembus kabut pekat yang basah, menerobos semak-semak, meloncati cabang-cabang pohon di bawah sinar bulan yang redup tertutup kabut.

Guanlin menajamkan pandangan ketika di depan sana, terlihat celah dengan cahaya terang samar. Ia mempercepat langkah dan langsung diimbangi kakak beradik di belakangnya. Cahaya samar itu ternyata berujung pada jurang terjal.

Haknyeon mendekati bibir jurang lalu melongok ke bawah. Tampak tumpukan bebatuan terjal dan aliran sungai sempit di dasar jurang. Kerasnya suara air di tengah keheningan megindikasikan derasnya arus sungai.

"Mulai dari sini situasi akan lebih berbahaya, jangan sentuh apapun yang mencurigakan dan jaga penciumanmu baik-baik sam," Guanlin memperingatkan sungguh-sungguh. Matanya menatap tajam celah-celah pepohonan di seberang jurang. Ia menarik nafas pelan, namun suasana tenang alam berpadu hembusan angin yang merayap kulit serta gemericik air yang menggelitik telinga, tetap tak mampu menentramkan perasaanya barang sedetikpun.

"Kita berangkat," Guanlin mendahului meloncat menyebrangi jurang.

Ketiganya kembali menerobos hutan. Haknyeon berhasil mensejajari Guanlin dengan niat menanyakan tujuan pertama mereka , tapi yang ia lihat justru membuatnya was-was. Pandangan tajam Guanlin fokus mengarah ke depan dengan raut gusar yang jarang sekali ia perlihatkan. Ini buruk. Mood Guanlin yang hancur bisa memperparah situasi yang sudah genting ini. Jika otak cerdasnya tidak bekerja dengan baik, mereka bertiga dipastikan akan dalam kesulitan besar.

Let's PlayWhere stories live. Discover now