i

14.3K 736 51
                                    

Jam dua lewat lima belas menit tengah malam, Taehyung tidak lagi tau helaan nafas keberapa saat dirinya menyamankan diri di kepala sofa. Jarinya mengetuk tanpa tujuan di pahanya sendiri, pandangannya kosong walau yang sebenarnya adalah dirinya melawan kantuk yang menyerang. Sesekali, kepalanya menoleh pada pintu cokelat yang dia harap terbuka sambil menampilkan seorang bartender dengan badan kokoh dan rahang tegas; kekasihnya.

Pria bersurai cokelat madu itu tidak ingin tidur, tidak sebelum Jungkook pulang.

Saat udara malam dingin kembali menyapa tubuhnya yang hanya menggunakan kemeja putih tipis, juga diiringi detakan jarum jam yang benar benar bergema di ruangan sunyi, ditambah Taehyung yang notabenya memiliki jam tidur cepat kini menahan matanya untuk melebar; menunggu kekasihnya, kini mata itu perlahan menutup.

Persis, seperti dua hari berturut turut yang lalu, ketika Taehyung kembali menunggu Jungkook seperti ini. Dua hari, Taehyung akan tertidur saat jam dua tengah malam, paginya berakhir menemukan dirinya tertidur di kasur dengan sisi kosong pada kasurnya; Jungkook sudah pergi sebelum dirinya terbangun. Juga pulang saat dirinya tertidur.

Malam ini, itu tidak terjadi. Karena saat Taehyung benar benar masuk ke alam mimpinya, satu gerakan pintu dan deritan pelan membuat matanya melebar. Kemudian, menarik kedua sudut bibirnya; membuat satu senyuman merekah yang lebar, menghilangkan segala rasa kantuknya dan membakar segala bosan ketika sosok itu terpampang jelas.

Kaki itu kini tertapak ke bumi, berlari hanya untuk memberikan satu pelukan pada pemuda bersurai hitam sekelam gagak yang menggunakan jas bartender lengkap.

"Jungkook, aku rindu."

Suaranya pelan karena terpendam di dada Jungkook, namun pria bersurai hitam kelam itu masih bisa mendengarnya dengan jelas. Sadar atau tidak, ada satu senyuman kecil yang terpampang di wajahnya sembari balas memeluk Taehyung; membawa kedua tangannya untuk melingkar pada pinggang pemuda manis itu, kemudian dengan satu gerakan yang tiba tiba namun lembut membawa Taehyung makin dalam kedekapannya.

Ini tidak adil. Jungkook ingin membecinya namun tidak bisa. Membeci bagaimana dirinya terasa seperti ingin membawa pria manis itu kedepakannya tanpa melepasnya, membeci bagaimana Jungkook tidak bisa berhenti menghirup aroma vanilla yang menguar sekali pria manis itu ada didekapannya. Rasanya, Jungkook lemah sekali. Namun, Taehyung yang jauh lebih rapuh dikedapakan Jungkook, membuat pria itu rasanya aman.

"Aku juga," satu kecupan mendarat pada pucuk kepala Taehyung, "maafkan aku."

Taehyung menggeleng sesaat ketika dirinya membuat jarak-karena Jungkook tidak akan membuat jarak sedikitpun ketika Taehyung sudah memeluknya, kecuali ketika Taehyung yang memulai-, pria itu tersenyum manis. "Jangan meminta maaf." Katanya, sambil perlahan melepas dasi bartender yang mengikat di leher tegas kekasihnya.

"Maaf," Ujarnya, sekali lagi.

"Tidak perlu, Jungkook."

"Perlu." Jungkook berucap tegas, sambil membawa Taehyung untuk masuk ke dalam apartemen.

Berakhir, dengan Taehyung yang terduduk di sofa dan Jungkook yang berjongkok di bawah, membawa satu tangan Taehyung untuk dikecup sebelum matanya menatap hazel indah milik Taehyung.

Taehyung hanya mengerjap polos ketika Jungkook menatapnya. Kegugupan itu ada ketika Jungkook menatap begitu dalam menuju matanya, seakan merasa begitu bersalah. Lagipula, ini bukan masalah besar bagi Taehyung walau sendirian di apartemen setelah bekerja itu membosankan.

"Tak apa." Jawab Taehyung, sama.

"Kau kesepian?"

"Tidak." Taehyung menggeleng sambil tersenyum begitu halus, menepuk sisi kosong di sebelahnya; memberi kode Jungkook agar duduk di sampingnya.

DANCING ON MY OWN. / KVWhere stories live. Discover now