Part 4

34.8K 1.6K 11
                                    

Happy Reading 💝💝💝


"Astaga! Kenapa masih tidur, Al? Bukankah kau ingin kencan malam ini?"

Alona membuka mata ketika mendengar suara pekikan menggema di kamarnya. Ia mengerjapkan mata menyesuaikan pandangan akibat cahaya lampu yang baru saja dinyalakan ibunya.

"Dia sedang sibuk, Mom." jawab Alona setelah beberapa kali menguap. Jika bukan karena ibunya, ia pasti akan melemparkan bantal pada orang yang sudah mengganggu tidurnya saat ini.

"Dia yang sibuk atau kau yang sibuk dengan tidurmu? Sudah lima jam dan mommy yakin jika tidak dibangunkan kau akan tidur sampai pagi. Astaga, padahal saat mengandungmu mommy begitu sulit tidur. Kenapa setelah kau lahir jadi puteri tidur begini?" Vania berdecak kesal melihat kelakuan Alona. Tadinya ia sudah bersusah payah untuk bisa membatalkan makan malam dengan keluarga Dave agar Alona bisa berkencan dengan kekasihnya. Tapi sekarang, yang Vania temukan adalah Alona sibuk sendiri dengan dunia mimpinya. Ya Tuhan, kenapa tidak sedikitpun sifat Vania menurun pada putrinya?

"Ada meeting penting yang harus dihadirinya." sahut Alona malas.

"Memang apa pekerjaannya? Kenapa kau tidak menyuruh membatalkan meetingnya saja? Seharusnya dia lebih mengutamakan mu dibandingkan pekerjaan itu." Vania mengeluarkan ocehannya. Sungguh ia tidak terima putrinya diabaikan hanya karena sebuah pekerjaan.

"Jika dibatalkan, itu artinya dia tidak profesional, Mom. Lagian dia tidak bisa karena bekerja bukan karena berselingkuh." cibir Alona. Mungkin tadi ia habis bermimpi indah hingga kebohongan itu bisa mengalir lancar dari bibirnya.

"Tidak," sanggah Vania cepat. "Pria yang baik adalah pria yang selalu memprioritaskan wanitanya. Daddy mu saja dulu selalu mengutamakan kepentingan mommy. Bahkan ketika mommy minta dibelikan es cream, saat itu juga ia membawakannya ke rumah untuk mommy, walau sedang dalam meeting sekalipun. Ah, mengingat itu membuat hati mommy jadi berbunga-bunga." lanjut Vania sambil tersenyum-senyum dengan mata berbinar.

Alona memutar bola mata jengah, telinganya terasa panas akibat perkataan yang baru didengarnya. Tentu saja ayahnya akan melakukan semua itu mengingat sikap ibunya yang suka merajuk dan mengomel jika kemauannya tidak dituruti.

"Sudahlah, Mom! Lagian masih ada hari esok." Alona bangkit dari ranjang berniat untuk membersihkan dirinya yang masih memakai setelan kerja.

"Makanya kenalkan dia pada mommy. Biar mommy ajarkan dia cara menjadi pria baik dan romantis." ucap Vania antusias.

"Jika waktunya sudah tepat akan aku kenalkan, Mom."

"Baiklah, mommy tidak akan memaksamu. Tapi, jika kau tidak segera mengenalkannya, mommy akan kembali menjodohkanmu dengan Dave." Vania berdiri dan memberikan tatapan peringatan pada putrinya.

"Tetap saja itu namanya pemaksaan." Terdengar helaan napas berat serta sentakan kuat kaki Alona.

"Benarkah?" tanya Vania dengan wajah polos. "Kalau begitu kau tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya." ucapnya sambil tertawa geli.

"Iya, Mom. Iya. Apapun untuk mommy." jawab Alona pasrah. Tidak ada yang bisa mengalahkan ibunya ketika berdebat. Bahkan ia juga tidak bisa meminta dukungan dari ayahnya yang selalu tunduk pada ibunya. Geez, Alona tidak bisa membayangkan betapa besar kesabaran ayahnya untuk bisa menghadapi sifat menyebalkan ibunya. Semoga saja nanti ia bisa menemukan pria sebaik ayahnya.

***

Sekali lagi Sharon memastikan penampilannya di depan cermin. Dengan menggunakan mini dress berwarna hijau tosca serta make up tipis yang melengkapi penampilannya untuk berkencan malam ini.

Billionaire's CoupleWhere stories live. Discover now