1. You are (not) the Most Handsome Boy in The World

1.9K 736 622
                                    

Dear Rofi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dear Rofi

Dulu gue pernah mencintai seorang laki-laki berdasarkan wajahnya, tapi semenjak kenal lo, gue percaya bahwa gak semua laki-laki tampan itu baik, dan gak semua laki-laki jelek itu buruk. Bagi gue lo bukan laki-laki tertampan di dunia ini, tapi seenggaknya lo berhasil memikat hati gue, bahkan tanpa sebuah ketampanan.

Love

Riana Renjani

*****

Nama gue Riana Renjani, gue biasa dipanggil Riana, gue adalah salah satu murid di SMA pelita kebajikan yang saat ini udah berstatus sebagai kakak kelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nama gue Riana Renjani, gue biasa dipanggil Riana, gue adalah salah satu murid di SMA pelita kebajikan yang saat ini udah berstatus sebagai kakak kelas.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru, dan gue udah kelas tiga SMA saat ini, itu berarti gue udah ada di tingkatan paling tinggi dalam jenjang pendidikan sekolah menengah atas, itu juga berarti gue harus lebih giat lagi dalam belajar kalau misalnya gue mau lulus dengan nilai terbaik dan bisa masuk ke universitas impian gue.

Saat ini gue sedang berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju kantin, tadi sebelum berangkat sekolah gue udah janjian sama temen-temen gue kalau nanti kita ketemuan di kantin, jadi saat ini gue sedang mengajak kaki gue melangkah menuju kantin.

"Hai guys!!!" Sapa gue saat sampai di kantin.

"Hai Ri. Ehh gimana liburan lo?" tanya salah satu temen gue yang biasa dipanggil Ica, sebenernya sih namanya panjangnya Raisya azka, tapi di perpendek jadi Ica.

"Gue di rumah doang, gak kemana-mana." Jawab gue yang saat ini udah duduk di samping temen gue, Dhina.

"Sama, gue juga gak kemana-mana, lagian selama liburan gue jarang dikasih duit, jadi gak kemana-mana." Balas temen gue yang namanya Elina, Elina ini emang rada polos bocahnya, jadi gue sama temen-temen gue selalu dibikin ketawa sama tingkahnya.

"Eh lo semua udah pada liat daftar nama sama kelas belum?" tanya Dhina sembari melirik kita satu-persatu

"Gue belum," jawab gue singkat.

"Gue juga belum," balas Elina.

"Gue udah liat tadi di mading, kita semua sekelas lagi." Jawab Ica dengan nada senangnya.

"Serius lo?" tanya Kenny, temen gue yang sebenernya rada-rada pendiem.

"Iya beneran." Balas Ica meyakinkan.

"Kalau gitu kita nanti duduknya deket-deketan ya." Ucap Dhina yang langsung disambut dengan jawaban 'iya'.

Gue sekelas lagi sama temen-temen gue, itu adalah kebahagiaan tersendiri bagi gue, karena waktu kelas dua, gue pernah pisah kelas sama mereka, dan karena hal itu gue gak bisa nemuin temen yang srek sama pergaulan gue, yang sukanya gila-gilaan bareng, bukan yang suka jaim.

Setelah selesai sarapan dan ngobrol-ngobrol di kantin, gue dan temen-temen gue pun langsung pergi meninggalkan kantin untuk segera menuju kelas XII-IPA 2, kelas baru yang akan gue dan temen-temen gue yang lainnya tempati buat belajar.

Gue dan temen-teman gue masuk ke dalam kelas XII-IPA 2 yang masih keliatan kosong, kotor, dan berdebu maklumlah kan abis ditinggal liburan selama dua minggu, dan karena hal itu, Bu Lili selaku wali kelas XII-IPS 2 menyuruh semua murid-murid kelasnya untuk gotong royong membersihkan kelas terlebih dahulu.

Seluruh murid kelas XII-IPS 2 mulai bekerja dengan cara membagi-bagi tugas, ada yang mengepel lantai, ada yang pasang-pasangin inventaris kelas dan panjangan lainnya, dan ada juga yang naik turun lantai dua dan tiga untuk mengambil meja dan bangku.

Gue dan temen-temen gue kebagian tugas yang terakhir gue sebutin, alasan kenapa meja dan kursi ada di lantai tiga, karena sekolah gue baru aja direnovasi, dan semua peralatan kelas ditaruh di lantai tiga, tepatnya di gudang sekolah.

Setelah tiga kali bolak-balik bawa meja dan bangku dari lantai tiga ke lantai dua, gue pun mulai ngerasain capek, jadi gue memutuskan buat duduk dulu di bangku yang ada di gudang.

Gue istirahat dulu sebentar, ngatur napas, sama ngelap keringet, kelas gue masih butuh tiga meja, dan enam bangku lagi, kali ini tugas gue bawa meja, tapi gue gak mungkin bawa meja sendiri, secara mejanya itu meja panjang yang dipake buat dua orang.

Saat gue lagi menundukan kepala untuk meredakan capek, tiba-tiba aja ada sebuah intrupsi untuk gue memegang kuat sisi meja.

"Pegang mejanya yang kuat, biar gue bantuin bawa ke kelas."

Dan ternyata intrupsi itu dateng dari seorang murid laki-laki bernama Rofi Ramadhan, temen sekelas gue yang pinter tapi cueknya minta ampun.

Karena intrupsi dari Rofi, gue pun langsung memegang kuat sisi meja, berdua membawa meja itu ke kelas. Sesampainya di kelas, gue dan Rofi langsung memposisikan meja itu sesuai dengan barisannya.

"Lap dulu keringet lo, lepek tau sampe ke kemeja lo." Ujar gue saat melihat keringat mengalir deras di kening hingga ke leher Rofi, dan juga kemejanya yang basah.

"Biarin lah, bentar lagi selesai ini," balas Rofi yang gak menghiraukan ucapan gue.

"Dih, kalo dibilangin,"

"Yang penting gue masih ganteng."

Setelah mengatakan hal itu Rofi langsung pergi meninggalkan gue, entah untuk melanjutkan kerjaannya, atau untuk pergi ke kantin cari minum.

Kalau ditanya dia ganteng atau gak, jawabannya udah pasti enggak, yang bilang dia ganteng ya paling dirinya sendiri.

To Be Continue...

Minggu, 03 Mei 2020

Dear RofiWhere stories live. Discover now