9. You Know How You Should Behave

559 219 229
                                    

Dear Rofi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dear Rofi

Lo tahu bagaimana seharusnya lo bersikap, pada perempuan, pada orang yang patut dikasari, pada orang yang patut disegani, dan pada orang tua gue tentunya.

Love

Riana Renjani

*****

Gue dan Rofi pulang dari jalan-jalan sekitar jam tujuh malam, tadinya gue udah mau ngajak Rofi pulang sebelum adzan magrib, tapi tadi Rofi lagi asik-asiknya main bola sama anak kecil di lapangan taman, alhasil gue cuma bisa duduk sambil nungguin R...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue dan Rofi pulang dari jalan-jalan sekitar jam tujuh malam, tadinya gue udah mau ngajak Rofi pulang sebelum adzan magrib, tapi tadi Rofi lagi asik-asiknya main bola sama anak kecil di lapangan taman, alhasil gue cuma bisa duduk sambil nungguin Rofi selesai main bola sama anak-anak tadi.

"Gara-gara lo nih, gue jadi pulang malem," ucap gue dengan nada setengah marah pada Rofi.

"Ya lo juga gak ingetin gue, udah jam berapa," balas Rofi tanpa rasa bersalah.

"Lo tuh seharusnya tau jam dong,"

"Mana gue tau, kan gue gak pake jam tangan, lagipula ponsel gue kan sama lo mana bisa gue tahu udah jam berapa,"

"Terus lo nyalahin gue gitu? Bukannya perempuan itu selalu benar ya? Udah mana dari tadi jawab mulu lagi," gue masih berucap dengan nada setengah marah, bahkan udah hampir marah kali saking keselnya gue sama Rofi.

"Entar kalo gue diem salah, lagian gak gitu Riana, gue juga tau kok kalo perempuan emang selalu benar."

"Bagus kalau lo tau."

"Ya udah maaf, iya gue salah."

Gue yang emang udah bener-bener kesel sama Rofi, sengaja mempercepat jalan gue, beda beberapa langkah dari Rofi, gue langsung di deketin sama segerombolan remaja cowo yang penampilannya urakan.

"Eh cantik, mau kemana malem-malem?" tanya salah satu dari lima pemuda urakan itu.

"Ma..ma..u pulang..." jawab gue dengan terbata-bata, ya gimana gak, jarak antara mereka ke gue itu deket banget, mana mereka semua bau rokok dan alkohol lagi, kan gue jadi makin takut.

"Pulang ya? Gue anterin yuk." Tanpa basa-basi pemuda lainnya mengatakan hal itu dan dengan spontan memegang pergelangan tangan gue.

"WOI APA-APAAN NIH?"

Gue baru inget kalo gue gak sendiri.

"Lo siapa hah?" tanya pemuda yang tadi memegang tangan gue.

"Gue temennya, kenapa?" balas Rofi dengan tatapan mata yang tajam, gak kaya biasanya.

"Yah baru temen, belum jadi pacarnya kan? Belum jadi suaminya kan? Berarti gue boleh lah deketin dia, lagian cewe semulus dia tuh jangan dianggurin lama-lama, emangnya lo gak tergiur apa liat pahanya?"

"Maksud lo apa?"

Gue yang melihat adegan di hadapan gue ini sontak kaget saat tiba-tiba aja Rofi mencengkeram leher pemuda itu sampai terangkat sedikit.

"Ehh santai dong,"

"Pergi atau lo mau gue lebih kasar dari ini?"

"Oke, oke kita pergi."

Segerombolan pemuda cowo tadi langsung pergi begitu Rofi melepaskan cengkeramannya.

"Makasih ya udah nolongin gue," ucap gue mulai berjalan mendekati Rofi.

"Iya sama-sama, lain kali pake baju yang lebih tertutup biar gak mengundang nafsu." Balas Rofi sembari menunjuk bagian kaki gue yang gak tertutup celana, yang hanya gue balas dengan anggukan.

Setelah gue dan Rofi memutuskan untuk gak membahas hal itu lagi, gue dan Rofi pun kembali berjalan, Rofi bilang dia mau nganterin gue pulang, jadi sekarang gue dan Rofi sedang berada di jalan yang mengarah ke rumah gue.

"Permisi..." ucap Rofi saat kita melewati beberapa bapak-bapak yang seperti baru pulang sholat isya.

"Iya." Ucap beberapa bapak-bapak itu sembari tersenyum ke arah gue dan Rofi.

Gue kagum sama Rofi, karena baru aja beberapa menit yang lalu dia marah-marah sama orang yang gak dia kenal, dan sekarang dia bisa tersenyum seramah itu sama orang yang bahkan gak dia kenal juga.

"Nah Rofi ini rumah gue, lo mau mampir dulu gak?" tanya gue saat gue dan Rofi sampe di depan rumah gue.

"Orang tua lo belum pulang An?" tanya Rofi saat dia melihat keadaan rumah gue yang sepi.

"Belum," balas gue singkat.

"Kalo gitu gak usah deh."

"Eh Riana kok kamu baru pulang?" tanya seseorang yang suaranya udah gak asing lagi bagi gue, ya iyalah kan itu suara Mama, mama yang tiba-tiba muncul di belakang Rofi berhasil bikin gue ketar-ketir, karena gue izin sama Mama gak akan pergi sampe malem, tapi nyatanya gue malah baru pulang jam segini, dan yang lebih parahnya lagi Papa juga ada di samping Mama, Papa kan gak tau kalo gue pergi sama cowo hari ini.

Gue yang udah mau membuka suara buat balas pertanyaan mama, tiba-tiba aja di gagalkan karena Rofi udah lebih dulu mengeluarkan suaranya.

"Eh, Om, Tante, saya Rofi, saya temennya Riana, maaf kalau saya bawa anak gadisnya Om sama Tante pulang malam." Ucap Rofi sembari menyalami tangan kedua orang tua gue.

"Tapi Riana gak apa-apa kan?" tanya Papa gue pada Rofi.

"Ohh Om tenang aja, Riana gak kekurangan satu hal pun kok Om, bahkan saya berani jamin kalau anak gadis Om ini pulang dengan selamat tanpa lecet sedikitpun."

"Ya udah kalau gitu, Rofi mampir dulu yuk." Ajak Mama gue sembari meyuruh gue membukakan pintu rumah.

"Iya Fi mampir dulu, mumpung orang tua gue udah nyampe rumah," sambung gue.

"Loh emang kalo kita belum pulang kenapa?" tanya Mama.

"Rofi gak mau mampir Ma,"

"Ohh gitu, ya udah kalo gitu sekarang mampir dulu yuk sebentar, Tante buatin minum,"

"Gak usah Tante, saya mau langsung pulang aja, takut ngerepotin,"

"Kata siapa ngerepotin?" tanya Papa gue.

"Kata Riana." Balas Rofi yang main asal jawab sama asal tunjuk.

"Riana gimana sih, masa temennya mau mampir malah dibilang ngerepotin."

Kan gue yang jadi kena semprot.

"Gak kok Om cuma bercanda." Sambar Rofi lagi disaat gue mau menjawab ucapan Papa, lagian Rofi kerjaannya bercanda mulu, serius dikit apa ya.

"Ya udah yuk Rofi sekalian kita makan malem," ucap Mama gue lagi.

"Gak usah deh tante." Tolak Rofi dengan sopan pake banget.

"Serius?"

"Iya Tante, Rofi mau langsung pulang aja, kalau gitu Rofi pamit dulu ya Om, Tante, Riana, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah itu Rofi pun pergi meninggalkan gue dan kedua orang tua gue yang masih berdiri di depan rumah. Hari ini ada satu hal lagi yang bikin gue kagum sama Rofi, Rofi tahu bagaimana dia harus bersikap.

To Be Continue...

Kamis, 07 Mei 2020

Dear RofiWhere stories live. Discover now