The Day After Tomorrow

1.1K 139 68
                                    

Note : Disarankan memutar mulmed ketika membaca.

Sekedar keisengan semata.

❄❄❄

Hai,

Aku Park Jihoon.

Wanna One Park Jihoon.

Atau, setidaknya aku pernah menyandang nama itu.

Aku tak akan mengatakan bahwa aku tak pernah menangis. Tentu saja para penggemar pernah mendapatiku hampir menangis ketika nama grup kita disebutkan sebagai pemenang dalam sebuah acara musik saat promosi debut kita dulu.

Hyung,

Kau tentu ingat saat itulah hyung yang merangkulku dan tertawa padaku hingga aku menahan diri untuk tak meneteskan air mata bahagia.
Momen itu adalah salah satunya.

Aku sangat senang karena tak ada lagi yang menganggap kita sebagai musuh diatas panggung, seperti dulu saat kita masih berstatus sebagai trainee yang memimpikan untuk sebuah debut.

Aku pun sempat terharu saat tak sengaja menemukan sebuah akun penggemar. Mereka berkata akan mengingat memori saat pertama kali aku menjadi perbincangan media dengan kedipan mata di penampilan terakhir lagu "Pick Me".

Hyung, aku tahu kau pasti akan debut. Dan kini hyung menjadi sangat terkenal.

Kang Daniel akhirnya bisa memenuhi mimpinya untuk terus menari di atas panggung, di bawah sorotan gemerlap lampu panggung dan sorakan penggemar.

Daniel hyung,

Aku pernah punya pemikiran yang tiba-tiba saja datang seperti badai musim dingin.

The day after tomorrow.

Bagaimana jika esok adalah hari terakhir kita sebagai satu kesatuan grup bernama Wanna One?

Bagaimana jika esok adalah saat terakhir kita semua tidur di bawah satu atap yang sama dan pergi dengan mobil yang sama untuk promosi album?

Dan,

Bagaimana jika esok adalah hari terakhirku duduk di sampingmu untuk bermain game, hyung?

Hari itu akan segera tiba, bukan?

Cepat atau lambat.

Aku selalu menerka apa yang akan kulakukan satu hari setelah agency mengeluarkan pernyataan itu.

Seperti yang telah kukatakan, bahwa mungkin saat itulah aku akan menyebut diriku sebagai Park Jihoon "former member Wanna One".

Kita akan kembali pada agency kita masing-masing seperti langkah pertama kita dahulu.

Daniel hyung,

Kuharap ketika waktu itu telah tiba, kita akan tetap bisa bermain game bersama ketika kau sedang tak punya kegiatan padat.

Aku masih ingat ketika kau menolak ajakan member untuk menonton sebuah film dan akhirnya tetap tinggal di dorm untuk memenuhi ajakanku bermain game.

Kau tahu hyung? Saat itu aku sangat senang karena menghabiskan banyak waktu dengan bermain bersamamu.

Tetaplah sehat hyung walaupun kutahu kau pasti akan menjadi lebih terkenal dengan segudang jadwal yang menanti.

Kau akan semakin terkenal dan tentu akan semakin banyak orang yang tak menyukai hal itu.

Ingatlah bahwa kau punya banyak orang yang mendukungmu.

Seperti kata sebuah teori yang pernah kudengar bahwasanya di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Kuharap, waktu itu akan berjalan sangat lamban tapi aku bukanlah dewa yang mampu mewujudkan hal itu.

Aku hanya bisa menyimpan dengan baik setiap memori kita bersama, hyung.

Satu lagi, kuharap Hyung menghentikan kebiasaan burukmu itu, hyung.

Daniel hyung,

Aku akan membalas ucapan yang kau katakan saat kita berdua berdiri di podium produce 101 kala itu.



Saranghae.


My Love Niel hyung...

+++
+++

Jihoon melipat kertas surat yang baru saja ia tulis lalu memasukkannya dalam sebuah amplop berwarna violet dengan hiasan bintang-bintang putih kecil di sudut kanan bawah.

Tangannya bergerak untuk mengeratkan letak jaketnya. Saat ini Jihoon sedang tidak mempunyai kegiatan karena pihak agency memberinya waktu beristirahat.

Kakinya melangkah ringan walau keadaan hatinya sedang dirundung badai besar yang tiba-tiba hinggap dan bertahan disana.

Tidak jauh dari rumahnya ada sebuah kotak surat berwarna merah yang cukup besar. Sebuah kotak khusus yang akan mengirimkan surat setelah satu tahun dari tanggal pengiriman.

Jihoon meraih saku jaketnya. Memegang sebuah amplop surat, membaliknya lalu mendorong ujungnya untuk tenggelam bersama tumpukan surat yang lain.

Jarum jam penunjuk detik mungkin telah berlalu dalam satu putaran penuh dan Jihoon masih bertahan untuk berdiri di depan kotak merah itu. Ia mengernyit dan seketika merasa gusar. Ia sempat menebak bagaimana reaksi Daniel ketika menerima surat konyol ini.

Berpikir untuk berlari ke kantor pos dan meminta surat atas nama Park Jihoon dihanguskan.

Tapi, hal semacam itu akan sulit. Jadi, Jihoon akhirnya melempar tawanya pada kotak merah itu dan pergi untuk kembali ke rumahnya.

Lusa.

Satu kata sederhana.

Jihoon tak pernah tahu bahwa satu kata itu kini bermakna sangat dalam baginya. Satu kata yang mengantarkan berjuta emosi yang membuncah layaknya letupan kembang api tahun baru.

Lusa akan segera tiba. Saat dimana masa liburannya habis dan ia kembali untuk beraktifitas sebagai member Wanna One yang akan melakukan promosi album baru.

Dan tentu saja, lusa ketika ia menjadi salah satu bagian dari sejarah grup Wanna One pun akan tiba. Semua kisah haru, bahagia, konyol dan menggelikan akan dikemas dalam satu buku kisah yang manis sekaligus sesak untuk dikenang.

Jihoon akan merindukan hyung favoritnya itu suatu hari nanti. Ia pasti akan rindu wajah dan tingkah kekanakan Daniel. Rindu ketika mereka bermain peran menjadi tokoh game dan berpura-pura berperang konyol.

Rindu ketika Daniel membenahi letak poninya yang berantakan. Rindu ketika Daniel menaruh tangannya di paha Jihoon saat mereka menghadiri acara yang sama dan tentu saja rindu berlari di atas panggung yang sama.

Jihoon tersenyum dan melangkah lebih cepat bersama guratan senyumnya.

Untuk saat ini, Jihoon ingin menolak kehadiran lusa yang penuh gejolak emosi itu dan menikmati setiap ketukan detiknya bersama hyung favoritnya, Daniel.

+++
+++



Iseng, tiba2 terpikir "lusa" setelah Desember 2018 usai.


Sekian.

09.03.2018
01.41 wib

Vanie

MANEUVER (DANIEL, JIHOON)Where stories live. Discover now