War Zone (Section Z)

927 114 72
                                    

"Apa yang kau lakukan bersama mereka, Ong Seongwoo?"

Situasi sedikit menegang. Jihoon dapat menemukan sorot kacau di mata kekasihnya. Tapi sosok bernama Seongwoo itu menjawab dengan santai tanpa sedikit pun merasa terganggu dengan nada sinis Daniel.

"Kita bisa bicara di tempat lain."

+++

Seongwoo bilang ia tidak punya banyak waktu untuk bercerita panjang lebar, hanya sebatas garis besarnya saja.

Jihoon mengenalinya sebagai teman sebangku Daniel ketika mereka bersekolah bersama di Busan.

Daniel memilih diam alih-alih mendebat Seongwoo tentang sebuah perkara mengenai alasan dibalik sikap sahabatnya itu hingga bergabung dalam sebuah pemberontakan seperti ini.

"Aku tak habis pikir mengapa kau sampai bertindak bodoh seperti ini."

"Setiap orang punya alasannya masing-masing, Kang Daniel" balas Seongwoo santai.

Mereka berjalan setenang mungkin di sebuah rel kereta api lalu masuk ke kawasan perumahan yang sempit.

Seongwoo sangat paham strategi macam apa yang sedang dilakukan para pemberontak itu dan tempat mereka pergi sungguh terasa lebih menenangkan bagi Jihoon.

Jihoon berterima kasih untuk sebuah kebetulan kecil itu walaupun Daniel nampak sangat terganggu jika dilihat dari raut wajahnya yang berbeda.

"Aku tidak bisa membawa kalian lebih lama. Ikutilah jalan ini dan nanti kalian akan menemukan sebuah rumah kecil milik nenekku. Istirahatlah disana hingga aku datang." tutur Seongwoo.

Daniel menoleh pada jalan setapak kecil yang panjang. Mengintip ujung yang tak terlihat di kegelapan. Penerangan mereka hanyalah sinar bulan purnama yang terang.

"Terima kasih. Sampai jumpa lagi jika aku masih bernyawa." sahutan sarkastik Daniel mengakhiri sesi pertemuan mereka. Jihoon menoleh ke belakang ketika Seongwoo sedang mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

"Daniel?" panggi Jihoon lirih. Daniel menggumam singkat tapi intonasinya berubah melembut. Mereka berjalan mengikuti arahan Seongwoo.

"Kau percaya pada Seongwoo?" tanyanya. Jihoon pikir ia pasti salah bicara ketika Daniel berhenti melangkah tiba-tiba. Penerangan bulan kala itu benar-benar membuat bulu kuduk Jihoon meremang.

Daniel menghela nafas. Menoleh ke kanan ke kiri entah untuk tujuan apa lalu menatap tempat dimana Seongwoo semula berdiri. "Aku tidak benar-benar ingin menuruti Seongwoo sekali pun kami dulu berteman baik." ucap Daniel. Ia memegang kedua bahu Jihoon dan sedikit menunduk.

"Kita ambil jalan lain dan bersembunyi sementara di salah satu bangunan disana." lanjutnya, menunjuk satu titik yang tidak Jihoon pahami.

Jihoon menggigit bibirnya. Ia ingin percaya pada Seongwoo tapi kekasihnya nampak tidak memiliki pemikiran yang sama. Sepuluh tahun tak bertemu mungkin saja telah merubah pribadi Seongwoo hingga Daniel punya pemikiran yang berlawanan.

Akhirnya, Jihoon mengangguk dan mengikuti langkah Daniel. Melewati ilalang yang cukup tinggi, menapaki jalan yang sedikit menurun denan tanah lembab.

Jihoon gelisah dalam langkahnya. Sunyi senyap yang terasa disana semakin menyeramkan, hampir sama seperti gejolak kengerian yang berlangsung di tengah kota.

+++

+++

"Jihoonie?"

Jihoon mendengung kecil. Mereka duduk di sebuah batu besar dekat sungai kecil dangkal yang memantulkan cahaya bulan. Daniel membawanya jauh dari tengah kota menuju daerah pinggir pemukiman yang sepi.

MANEUVER (DANIEL, JIHOON)Where stories live. Discover now