ENAM BELAS

29.6K 1.2K 8
                                    

Mungkin karena Luna terlalu lelah, badannya terasa sakit. Keadaan tubuhnya juga tidak membaik. Ia menitip pesan kepada Manda untuk menulis dipapan dengan keterangan sakit. Luna masih berusaha menatap ponselnya yang kini matanya begitu sayup dan tidak bisa melihat layar terlalu cerah.

Evan Meganta : Kok saya cari cari di depan gerbang nggak ada? Nggak masuk sekolah?

Luna melirik kearah atas, melihat notifikasi yang membuatnya sedikit tersentak. Luna bingung harus membalas apa. Terpaksa, Luna harus jujur.

Aurora Luna : Nggak Van. Sakit.

Evan Meganta : Kenapa nggak bilang dari tadi? Kan saya bisa nggak sekolah dan nemenin kamu ke dokter?

Aurora Luna : Gue nggak apa apa kok Van. Cuma kurang enak badan aja, nanti sembuh sendiri kok.

Evan Meganta : Masih ada obat dirumah?

Aurora Luna : Masih kok Van. Makasih udah mau perhatian.

Evan Meganta : Oke, setelah pulang sekolah saya kerumah kamu. Mau ngecek keadaan kamu kayak gimana, tolong jangan nolak.

Luna menganggap sikap Evan tidak jauh beda dengan Bintang. Hanya saja Evan lebih lembut dan tahu gimana cara membahagiakan Luna, meskipun Bintang pernah membuat Luna bahagia.

<><><><>

Sedari tadi Bintang mencoba melewati kelas Luna. Sama sekali tidak ada batang hidung Luna dimata Bintang. Bintang tetap dingin, ia menunggu waktu yang pas untuk meminta maaf, sekalipun itu melalui nyanyian atau lainnya.

"Helmi, coba lo ke kelas Luna, Lunanya ada nggak?" kata Bintang yang duduk dibelakang kantin.

"Kata Manda, Luna sakit." sambung Beni membuat Bintang menoleh kepadanya.

"Serius?"

"Iya, Manda bilang ke gue."

"Gue nggak bisa jenguk dia sekarang, karena gue nyusul ulangan semua mata pelajaran hari ini."

"Lo sih nakal. Bolos mulu kerjaannya."

"Lo bisa jenguk Luna?"

"Nggak bisa sekarang Bin, gerbang udah di kunci depan belakang dan samping. Baru bisa pulang sekolah."

"Kalo pulang sekolah gue juga bisa. Eh-, nggak bisa, gue jemput adik gue." Bintang mulai pasrah. "kalo gitu lo pulang sekolah jenguk Luna ya, kasih gue kabar keadannya."

Setelah Bintang menyuruhnya, Bintang pergi dengan membanting pintu tua itu. Beni hanya menggeleng.

"Bin, kata temen temennya Luna sakit!" ucap Helmi yang berlari sedikit memasuki pintu tua itu.

Beni yang ada dihadapan Helmi mengernyit bingung, lalu ketawa karena Helmi terlambat.

"Gue udah kasih tau Bintang, Bintang udah balik." kata Beni sambil terkekeh.

"Sialan." balas Helmi lalu pergi mencari Bintang.

<><><><>

Luna hanya berbaring dikasur empuknya, menonton layar lebar dengan sentuhan film film terbaru asli barat. Sesaat Luna mendengar suara bel dari pintu rumahnya. Luna rasa itu Bintang. Pasti Bintang menjenguknya sekarang. Luna yang masih tidak enak badan langsung berlari dan membuka pintu.

"Kak Bin-,"

"Eh Evan." Luna sedikit tidak merasa enak kepada Evan. Ia keceplosan memanggil nama Bintang walaupun hanya setengah.

"Nunggu Bintang dateng ya? Mau saya telefon biar dia kesini?" kata Evan lembut.

"Nggak gitu Van. Gue kira Kak Bintang, nyatanya lo. Masuk dulu, capek kan?" kata Luna mengajak Evan masuk. Evan dengan senyumannya dan rambut yang tebal serta menggendong tali tas yang hanya satu saja masuk kedalam rumah Luna dan duduk disofa.

"Evan mau minum apa?" kata Luna yang duduk disebelah Evan.

"Mending kamu diem disini, jangan kemana mana. Belum sembuh nggak boleh banyak gerak. Biar saya bikinin kamu makan dan minum." balas Evan berdiri melewati depan Luna dan tersenyum.

"Idaman." kata Luna dengan suara kecil.

Evan datang dengan nampan dengan sebuah makanan dan minuman. "Saya minta maaf ya." kata Evan sambil menaruh makanan diatas meja.

"Kenapa minta maaf sih Van? Lo nggak salah kok."

"Karena saya ajak kamu kemarin jalan jalan, kamu sakit." kata Evan menumpu tangannya dipaha.

"Saya suapin ya?" tanya Evan. Luna sudah tidak bisa menolak, Evan dengan cepat mengambil piring dan meluncurkan sendok dimulut Luna.

Luna menerima suapan dari Evan. Evan tersenyum. Sementara Luna menyantapnya dengan kikuk. Sungguh, Luna tidak pernah merasakan ini. Ia belum pernah berpacaran dengan siapapun. Bukan karena semua cowok tidak suka kepadanya, tetapi dari diri Luna, Luna menolak pemberian cintai itu sekalipun yang menembaknya adalah cowok rival.

Luna terus meneguk salivanya agar tidak terlihat salah tingkah dihadapan Evan. Evan sangat cepat membuat Luna nyaman dengan dirinya. Dua hari bersama Evan cukup membuat hatinya yang sepi karena tidak ada yang menemaninya menjadi terisi. *w juga mau kayak Luna, Van.

Lalu Evan memberikan minum kepada Luna. Luna menerimanya dengan sedikit kaku. "Tadi sekolahnya gimana?" kata Luna.

"Lancar dong, karena seseorang." kata Evan tersenyum.

Luna mengernyit. "Siapa?"

Evan tertawa. "Saya selalu inget kamu saat pelajaran sekolah, jadinya lancar. Coba kalo nggak? Berantakan otak saya."

Luna tersenyum malu sambil menunduk. Mulut yang baru saja disuap oleh Evan membuatnya tersedak. Evan sedikit terkejut dan segera memberi Luna minum. Setelah Luna sedikit membaik, Evan tertawa.

"Makan pelan pelan. Nggak ada yang ngejar juga kan?" kata Evan sambil tersenyum.

"Hm-hm. Iya." kata Luna.

Evan yang baru saja menyuapi Luna kembali, tiba tiba ponselnya berdering disaku celananya. Evan menaruh piringnya lalu mengangkat telefon itu.

"Hallo?" kata Evan.

"Oke, saya kesana sekarang!" kata Evan dengan tergesa gesa. Raut wajah Evan berubah seketika menjadi gelisah. Luna sedikit bingung, ada apa dengan Evan. Luna enggan untuk bertanya karena mungkin itu salah satu privasi Evan.

"Saya balik dulu, ada urusan penting. Kalau ada apa apa hubungin saya, secepatnya saya kesini." kata Evan lalu merangkul tasnya dan berjala cepat ke luar rumah Luna.

Diikuti dengan Luna yang hanya berdiri didepan pintu, melambaikan tangannya balsan dari bel mobil Evan.

Evan menginjak pedal gas dengan cepat. Sehingga sedikit terdengar suara ban mobilnya setelah keluar dari rumah Luna.

"Evan kenapa ya?" tanya Luna sendiri.

<><><><>

Hi gang,

Selamat Pasisolam ya <3

Maaf kemarin aku nggak upload karena capek banget, heuheu.

Aku nggak tau kenapa sejak ada Evan, Luna lebih klop sama Evan dibanding Bintang. Tapi aku berusaha untuk bikin scene Bintang lebih banyak. Karena aku udah mikir endingnya gimana.

Yaudah deh segitu aja dulu,

Ditunggu VOTE and COMMENT nya  ya,

Salam,
Angel.
17 Maret 2018.

Dear, Bintang✔️Where stories live. Discover now