Kita Bertemu

13.2K 539 12
                                    

           

Dan Kita Bertemu

Telah lama hatiku mati, tak pernah ada lagi hati yang berdebar

Tak pernah hadir lagi detak jantung yang bergerak dua kali lebih cepat

Namun karena Allah kita bertemu, hingga hadir kembali sebuah getaran dalam dada

Getaran penuh sesak hingga aku tak kuasa menahan tangis yang membuatku ingin menyalahkan takdir.

-Syauqillah Syadzahra-

***

"SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI ASTAGFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIH (Maha Suci Allah dengan memuji kepada-Nya saya mohon ampun dan bertobat kepada-Nya)" senandung Syadza di sepertiga malam terakhir ketika dirinya tengah bersiap membangunkan seluruh penghuni rumahnya saat ini.Di sudut ruangan seorang pemuda yang lebih muda dari Syadza tengah menggerutu kesal pada kaka sepupunya yang biasa bersenandung ketika pukul 03.00 pagi ini,

"Arrghh kak Aisya!!" teriaknya keras dari dalam kamar. Seorang gadis yang merasa dirinya dipanggil hanya tersenyum miring tak perduli. Haikal semakin kesal ketika suara bising semakin mendekati pintu kamarnya,  Haikal sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Terkadang bukan karena apa, hanya saja Haikal terkadang merasa merinding sendiri ketika di sepertiga malam terakhir mendengar seorang wanita bersenandung di pagi buta seperti ini. Semakin lama dan semakin jelas,  nada indah yang mengalun dari getar bibir sang Gadis pencinta Malam terdengar semakin merdu,  kalimat tasbih yang dilantunkan tak terdengar disetiap penjuru rumah,  namun hanya nada Indah yang mengalun hingga Haikal tersadar bahwa senandung yang ia dengar setiap sepertiga malam bukan berasal dari setan seperti jaman sekarang.  Senandung itu berasal dari bidadari kedua dirumahnya. Lama berkelut dengan pemikirannya,matanya ia arahkan pada jarum jam yang menunjukan pukul tiga kurang sepuluh detik. Haikal menghitung dalam batinnya.

Satu

Dua

Tiga

Belum selesai Haikal menyelesaikan hitungannya teriakan sang Bidadari rumahnya ini sudah berada di depan kamarnya.

Tamat riwayatku aargggh! Gerutu Haikal dalam hatinya.

"Haikal! Buka pintunya" panggil Syadza lembut sambil mengetuk pintu. Lima belas detik tak ada balasan dari sang penghuni kamar, 

"Haikal bangun, sudah waktunya kita shalat Tahajud" kembali tak ada balasan,

"Haikal,  bangun. Jangan menyia-nyiakan malam Haikal. Kau tau, Allah begitu rindu pada hambanya yang selalu bercerita ketika malam"

"Haikal masih tidur tante" pekik Haikal

"Astagfirullah''

''Haikal, segera bangun atau!''

Ceklek.

Belum sempat Syadza menyelesaikan kalimatnya terdengar bunyi kunci. Dengan sedikit lambat pintu terbuka, menampakan wajah pemuda 18 tahun yang cukup tampan dengan kulit putih dan bola mata coklat terang, Alis tebal dan hidung mancung.

"Afwan kak,  Insyaallah tidak akan diulangi lagi" tutur Haikal sembari mengusap wajahnya yang terasa kusut.

"Tak apa, tumben sekali harus Sya yang bangunkan?" tanya Syadza yang sudah berjalan menuju tempat wudhu bersama Haikal yang mengekor dibelakang.  Dengan kondisi tubuh normal bangun tidur sampai Haikal tidak sadar jika Syadza sudah berhenti tepat didepannya.

Buk!

"Astagfirullah Haikal!" pekik Syadza ketika punggungnya tak sengaja tertabrak Haikal cukup keras hingga tubuhnya terhuyung ke depan dan hampir saja jatuh jika Syadza tidak langsung memegang tembok pembatas antara kamar mandi dan ruang dapur.

Syauqillah Syadzahra Where stories live. Discover now