Operasi Beby

7.1K 21 9
                                    

Wifi gratis memang menjadi senjata andalan kebanyakan cafe - cafe untuk menarik para pelanggan. Tak terkecuali dengan salah satu cafe dihadapan Beby. Lebih tepatnya Beby, Lidya dan Desy.

"Lo yakin beb?" Tanya Lidya.

"Sangat - sangat yakin." jawab Beby mantap.

"Lo gak liat apa? Kalo gini sih pasti bakalan ketahuan." Kata Lidya tak yakin. Cukup beralasan dikarenakan cafe tersebut terlihat sangat ramai bahkan saat dilihat dari luar.

"Des, keluarkan." Perintah Beby tanpa mengindahkan Lidya.

"Baik, Beb." Desy kemudian mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari dalam tas jinjingnya. Kemudian diberikan kepada Beby.

"Nape lu mesem - mesem?" Tanya Beby melihat ekspresi Desy.

"Mueheheh" jawab Desy sembari memberikan senyum. Senyuman mesum.

"Rrr.... Oke Lid. Ini rencananya" kata Beby sembari membuka gulungan kertas itu, mengalihkan pandangannya dari Desy.

"Wow" cengang Lidya. Sementara Desy terlihat merekahkan senyum mesumnya.

Terlihat didalam kertas sebuah gambar yang mendeskripsikan bagian - bagian didalam cafe yang akan mereka masuki. Terdapat juga sebuah tulisan di bagian tengah - atas kertas itu. Bisa dibilang itu merupakan judul dari aktifitas yang akan mereka lakoni.

"Operasi Beby??!!" Kata Lidya dengan muka sengak, sementara Desy buru - buru memakai kacamatanya.

"Operasi Beby??!!" Ulang Desy dengan wajah tak jauh beda dari Lidya. Dia baru menyadari tulisan tersebut setelah memakai kacamatanya. Tadi pada saat dia melihat kertas itu pertama kali, dia mengira judulnya bertuliskan ' Rencana Desy yang Cantik'. Maka dari itu dia terlihat mesem - mesem sedari tadi. Luar biasa memang mata minimalis si Desy.

"Jadi kemungkinan tempat duduk kita ada empat." Sambil menunjuk empat gambar meja di masing - masing pojokan. Dia sama sekali tidak mengindahkan kata - kata dari Lidya dan Desy. Sementara Lidya dan Desy meracau tak jelas. Mereka sewot karena di cuekin Beby.

"Kemudian.." lanjut Beby kemudian mengalihkan pandangannya sekilas ke arah cafe lalu kembali fokus pada kertasnya. "Dikarenakan meja pojokan yang terisi ada tiga, maka satu - satunya tempat sisa meja di pojokan kanan dalam. Oke ada pertanyaan?" Tutup Beby kemudian memandang ke Lidya dan Desy secara bergantian. Sementara yang dipandang terlihat melongo ke arah cafe.

"Lo berdua kenapa?"

"Kayaknya operasi lo batal deh" kata Lidya sembari menunjuk cafe dengan dagunya.

"Ngg?" Heran Beby. Dia pun menoleh dan terdengarlah kata umpatan dari mulutnya.

"Sabar mba, sabar."

"Ah bacot lo Lid" sewot Beby kemudian menghela nafas.

"Bentar. Itu bukannya Shani yah?"

"Ngg?" Lidya dan Beby berbarengan menoleh ke sumber suara.

"Tuh disana." Desy sembari menunjuk kearah cafe. Lidya dan Bebypun menoleh kearah sana. Dan benar saja, terlihat seorang Shani tengah berada di meja yang tadi ditargetkan Beby. Luar biasa memang kacamata si Desy.

"Hmmm" gumam Beby sembari mengangguk - anggukkan kepala. Sementara Lidya mulai merinding. Dia merasakan hal buruk akan terjadi. Dan Desy? Kita bisa melihatnya sedang memuja - muja kacamatanya. Semoga saja dia tidak membuka sekte pemuja kacamata nanti.

Beby menepuk pundak Lidya "Ok lid" kemudian dia mengeluarkan hpnya dan mengetikkan sesuatu disana "Lo harus hapalin ini" sambil memperlihatkan layar hp ke Lidya.

"APAA??!!"

***

Terlihat seorang gadis sedang memasuki sebuah cafe. Gadis tersebut terlihat mencari - cari meja yang pas untuk kegiatannya.

"Duh, dimana yah?" Batinnya. Dia harus menemukan tempat yang sekiranya cocok untuk kegiatannya nanti. "Kalo disana, terlalu ribut. Kalo disitu, ada bapak - bapak bermuka mesum. Kalo disitu, waduh ada fans jekate, pasti bau tuh badannya."

Setelah beberapa saat, akhirnya dia menemukan tempat yang pas. Sebuah meja di sudut cafe terlihat sangat ideal bagi kegiatannya nanti. Diapun duduk dan langsung memanggil pelayan.

"Saya pesen ini ya mas." Kata Shani sambil menunjuk salah satu minuman dalam menu yang ada di meja.

"Maaf mba, kalo yang itu tidak tersedia." Jawab si mas.

Shani mengernyit heran "Loh, kenapa mas?"

"Soalnya itu bukan menu cafe ini mba." Kemudian mengambil kertas menu asli cafe tersebut dibawah menu cafe yang tadi ditunjuk oleh Shani. "Ini menu cafe disini mba."

Sementara Shani malu setengah mati. Kebiasaannya yang membawa lari kertas menu telah terungkap. Dia merutuki kecerobohannya. Rencana mengambil menu cafe saat akan pulang nanti ia urungkan. Takut si pelayan akan curiga kepadanya.

"Ngg saya pesan yang ini aja mas" sambil menunjuk salah satu didalam menu. "Sama pass wifinya mas."

"Oh oke mba. Ada yang lainnya?"

"Gak ada mas."

"Ok. Mohon ditunggu ya mba. Dan menunya jangan di tilep juga ya mba." Si mas cengengesan.

"Errrr iya iya"

***

"Udah lu hapalin, Lid?" Tanya Beby. Yang ditanya pun manggut - manggut.

"Yaudah yuk masuk." Beby, Lidya dan Desypun masuk kedalam cafe tersebut. Mereka kemudian mengarah ke meja yang telah ditargetkan. Meja yang sedang diduduki oleh seorang Shani. Dan Shani? Dia terlihat sedang fokus ke hpnya.

"Hmm... bukan yang ini." Kemudian menscroll. "Yang ini juga bukan." Kemudian kembali menscroll. "Ah, bukan." Kemudian menscroll lagi. Hal itu terus dia lakukan sampai - sampai dia tidak menyadari Beby, Lidya dan Desy telah duduk di depannya.

"Dia kenapa?" Tanya Desy yang dibalas dengan gelengan oleh yang ditanya.

"Lid coba lu liat." Titah Beby

"Lah gue lagi. Desy aja napa."

"Yaudah. Des, coba lu liat."

"Sip." Kemudian diapun melaksanakan tugasnya. Namun..

"Lah, lu ngapain?" Tanya Lidya heran melihat Desy mencondongkan muka kearahnya.

"Lah aku kira kamu Shani" kemudian menoleh dan kembali mencondongkan mukanya ke arah lain, jangan tanyakan lagi kearah siapa.

"Yaelah Des, makanya tuh kacamata jangan di lepas." Sewot Beby sembari mengarahkan muka yang sudah berjarak beberapa centi darinya kearah yang benar. Muka Desypun dengan perlahan mendekat.

"Hmm.. bukan.... yang ini juga bukan...  hmm... ya... mmmm.... yang mana la-- EH K*NT*L!"

"HAAAAAAAHHH!!!"


Bersambung...

Oshimu Sangean MasWhere stories live. Discover now