CHAPTER 3 CAMPING MENYERAMKAN

4.8K 298 4
                                    

Meskipun langit tampak cerah beberapa hari ini, tak pernah sekali pun langit terlihat mendung dan menitikkan air hujan yang membuat semua orang bersemangat melakukan berbagai aktifitas mereka. Akan tetapi tidak demikian dengan Vina. Dia merasa sangat lelah setelah 3 hari ini terus berpindah-pindah tempat, memasang dan membongkar tenda hanya demi memenuhi keinginan Cella. Vina mencoba untuk bersabar dan tak mengeluh karena dia tidak ingin melakukan sesuatu yang percuma. Vina sangat mengenal sifat sahabatnya itu, meskipun dia terus mengeluh sama sekali tidak akan membuat Cella merubah keputusannya. Jika dipikir-pikir, Cella selalu bersikap egois tapi entah mengapa Vina selalu menerimanya dan masih bertahan menjadi sahabatnya. Vina sendiri sama sekali tidak mengetahui alasannya dia terus bersahabat dengan Cella yang egois dan aneh itu, satu hal yang Vina tahu dia merasa nyaman ketika bersama Cella karena itu dia akan selalu bersahabat dengannya.

Hari keempat mereka berkemah, Vina tak sanggup lagi menahan rasa lelahnya karena itu dia hanya duduk diam memandangi sahabatnya yang sedang asyik berenang di sebuah danau. Kali ini mereka berkemah di dekat sebuah danau, tentu saja Cella yang menyarankan tempat itu. Bertolak belakang dengan Vina, Cella terlihat sangat menikmati liburannya. Dia merasa keputusannya mengajak Vina berkemah merupakan sebuah keputusan yang paling tepat dalam hidupnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa telah melakukan hal yang benar. Cella menyesali tidak sejak dulu dia mengajak Vina bersenang-senang seperti ini. Berkemah berdua di tempat-tempat yang jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, menghabiskan waktu di alam terbuka yang jauh dari udara tercemar oleh polusi, menyaksikan berbagai pemandangan alam liar yang indah yang jauh berbeda dengan gedung-gedung pencakar langit yang setiap hari dia lihat, bagi Cella inilah surga dunia yang sesungguhnya.

Cella menghentikkan sejenak keasyikannya yang tengah berenang di air danau yang sangat menyegarkan itu, dia melirik ke arah sahabatnya yang tengah duduk di pinggir danau dengan malasnya. Sebenarnya Cella amat menyadari bahwa sahabatnya itu sama sekali tidak menikmati liburan mereka, lebih tepatnya dia hanya terpaksa pergi berkemah dengannya. Tetapi Cella dengan sengaja tetap mengajaknya. Sebenarnya Cella tidak berniat buruk, dia hanya ingin menyadarkan sahabatnya bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sementara, dan dalam menjalani waktu yang cepat sekali berjalan ini, dia ingin mengajak Vina untuk lebih menikmati hidupnya dengan melakukan semua hal yang menyenangkan seperti yang tengah dia lakukan saat ini. Cella sangat paham kepribadian Vina, Vina seorang gadis cantik, populer dan juga cerdas. Dia pun ramah dan baik hati sehingga membuat siapapun senang bergaul dengannya. Akan tetapi ada beberapa kekurangannya, dia sangat serius belajar, hampir setiap saat dia menghabiskan waktunya untuk belajar. Cella mengetahui bahwa alasan Vina terus belajar karena dia ingin membuat ibunya bangga. Vina sangat menyayangi ibunya, terlepas dari ibunya yang sering terlihat murung setiap kali Cella bermain ke rumah Vina. Ayah Vina telah tiada sejak Vina masih sangat kecil. Bagi ibu Vina, seorang diri membesarkan kedua putrinya tentu sangatlah berat. Dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kedua putrinya sekaligus menjadi seorang ibu dan ayah.

Cella merasa dia pun akan berusaha membahagiakan ibunya jika berada di posisi Vina, hanya saja sebagai seorang sahabat Cella ingin membantu Vina untuk sesaat menikmati kebebasan dari belajar ataupun berlatih musik. Cella keluar dari dalam air dan berjalan mendekati Vina yang tampaknya sedang melamun. Sebuah ide jahat pun terlintas di benak Cella, dia tahu betul bahwa Vina tidak menyadari kehadirannya. Dengan jahilnya dia mendorong Vina sehingga dia pun jatuh ke dalam air.

"FIIUUUH ... APA YANG KAU LAKUKAN? KENAPA MENDORONGKU?" teriak Vina dengan raut kekesalan di wajahnya.

"Hahaha ... sudah jangan marah, salahmu sendiri melamun terus. Ayo kita berenang!!" Cella melompat ke dalam air sehingga membuat air menciprati wajah Vina, tentu hal itu membuat Vina semakin kesal. Cella berusaha membuat Vina kembali bersemangat dengan melakukan beberapa hal yang kekanak-kanakan. Dia menciprat-cipratkan air ke wajah Vina, awalnya Vina semakin emosi perlahan namun pasti akhirnya Vina bisa tersenyum kembali. Mereka pun berenang bersama, kini Vina bisa merasakan segarnya air danau itu. Berkatnya semua kekesalan Vina pada Cella sirna entah kemana.

Malam pun tiba, mereka masih asyik mengobrol di dalam tenda. Suara lolongan anjing maupun berbagai suara serangga yang membuat malam itu semakin mencekam seakan-akan tak dirasakan Vina dan Cella.

"Besok kita pulang kan Cell?" tanya Vina sambil tidur dengan menjadikan punggung Cella sebagai bantal. Sedangkan Cella tengah tidur menelungkup sambil mendengarkan musik pada handphonenya dengan volume suara yang sengaja dikeraskan.

" Enak saja... ini kan baru 4 hari. Masih ada 1 hari lagi." Timpal Cella.

" Memangnya besok kau mau mengajakku kemana lagi?"

" Entahlah.. aku juga belum menentukannya."

" Haah.. kau ini bagaimana?"

" Loh bagus kan? Besok kita berpetualang saja." Suasana hening untuk sesaat hanya alunan musik yang masih meramaikan suasana dalam tenda itu.

" Cell... kau sudah kepikiran belum, lagu yang akan kita mainkan di perlombaan musik nanti?" tanya Vina antusias.

" Ya ampuuun.. itu kan masih lama. Masa kau sudah memikirkannya?"

" Bukankah bagus? kita jadi bisa berlatih dari sekarang jadi nanti kita bisa tampil dengan sempurna seperti kemarin."

" Ya.. ya.. kau benar, tapi aku tidak tertarik membicarakannya sekarang. Aku ngantuk, tidur yuuk.." kata Cella sambil mematikan musik pada handphonenya.

" Tapi aku belum ngantuk, temani aku ngobrol sebentar lagi Cell..!" Cella mengacuhkan permintaan Vina, dia pun telah mulai terlelap. Rasa kesal Vina kembali melanda hatinya, namun dia tahu tak ada yang dapat dia lakukan selain mencoba untuk tidur.

"Guuk... Guuk.. Auuuung... Auuung...!!" suara lolongan anjing itu semakin terdengar kencang dalam suasana tenda yang hening tanpa adanya lagi alunan musik.

"Wushh.. Wushhh.. wushhh.." suara angin yang menghantam tenda membuat Vina semakin kesulitan untuk tertidur. Angin yang terus berhembus tampaknya masuk ke celah-celah tenda membuat Vina mulai kedinginan. Dia ingin membangunkan Cella, tapi dia segera mengurungkan niatnya ketika melihat sahabatnya itu tertidur pulas. Dia pun mencoba memejamkan matanya berharap dia akan segera tertidur.

"Duk.. Duk.. Duk..!!" suara sesuatu menabrak dan mengetuk-ngetuk tenda membuat Vina semakin ketakutan. Setelah mendengar suara yang menyeramkan, mustahil rasanya dia mampu tertidur.

"Guuk.. Guuk.. Auung.. Auung..." lolongan anjing itu terdengar kembali. Suaranya semakin terdengar seram membuat bulu kuduk Vina merinding dan kali ini dia tak sanggup lagi menahan keinginannya untuk membangunkan Cella.

"Cell bangun... Bangun..!" Vina mencoba membangunkan Cella sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. Usahanya tidak berakhir sia-sia, secara perlahan Cella membuka kedua matanya yang sejak tadi asyik terpejam.

" Ada apa? Kenapa belum tidur?" gumam Cella dengan malas.

" Apa kau tidak dengar?"

" Dengar apa?"

" Su... Suara.. suara-suara aneh." Vina memegangi tangan Cella, terlihat jelas dia begitu ketakutan.

" Guuuk... Guuuk.. Auuung.. Auuung!!"

" Tu.. itu... barusan kau mendengarnya kan?"

"Ooh.. suara lolongan anjing maksudmu? Masa gara-gara itu saja takut. Ini kan tempat terpencil dan sepertinya di dekat sini ada hutan, jadi wajar saja kalau ada anjing. Sudahlah kau tidak usah pedulikan suara itu. Kau tidur saja." Cella mencoba menenangkan.

" Tapi tadi aku dengar suara sesuatu menabrak dan mengetuk-ngetuk tenda."

" Angin... itu pasti suara angin. Anginnya kan sedang kencang begini jadi wajar saja mengeluarkan suara. Sudahlah Vin.. jangan berpikir yang aneh-aneh."

" Aku tidak bisa tidur Cell."

" Ok.. begini saja, kau dengarkan musik dengan headset supaya kau tidak mendengar suara-suara itu lagi. Aku jamin kau pasti bisa tidur." Cella mengeluarkan Headset dari tasnya dan menyerahkannya pada Vina. Setelah itu dia melanjutkan tidurnya. Vina pun tak ingin mengganggu Cella lagi karena itu dia menuruti saran Cella.

Dipasangnya Headset itu pada handphone miliknya,setelah memutar musik yang disukainya, Vina pun mencoba memejamkan matanya.Seiring berjalannya waktu, musik-musik itu pun berhasil membuatnyatertidur.      

The Dangerous Village [COMPLETED]Where stories live. Discover now