CHAPTER 5 TEMPAT DI BALIK TEMBOK

4K 256 7
                                    

Vina dengan gontai melangkahkan kakinya mengikuti Cella memasuki pintu besi itu. Aroma aneh menusuk hidung Vina begitu mereka tiba di dalam tempat di balik pintu besi. Vina menatap ke arah Cella, melihatnya sedang menutup hidungnya dengan kedua tangannya, Vina pun menyadari bahwa bukan hanya dirinya seorang yang mencium bau aneh itu.

" Cell, bau apa ini? Tempat ini terlihat sangat menyeramkan?" Cella menjauhkan tangannya yang tadi menutup rapat hidungnya. Dia menatap lurus ke arah Vina yang sedang berdiri di sampingnya.

" Menyeramkan apanya? Seperti dugaanku ini memang sebuah desa." Vina mengedarkan tatapannya, dan sejauh matanya memandang tempat itu memanglah sebuah pedesaan. Ada beberapa rumah penduduk bergaya sederhana memenuhi tempat ini. Bahkan ada beberapa dari rumah itu terlihat seperti gubuk. Vina merasa heran di zaman yang sudah modern ini masih ada pedesaan seperti di tempat ini. Bahkan sekeliling pedesaan ini masih dipenuhi hutan belantara. Bukan hanya itu yang membuat Vina merasa tempat ini sangat aneh. Pedesaan ini kenapa harus dihalangi oleh tembok yang tinggi dan kokoh itu, bahkan ada sebuah pintu besi yang seolah-olah mengisolasi desa ini. Tembok tinggi itu dibangun di sekeliling desa ini. Ya ... desa ini terlihat terisolasi dari dunia luar.

" Tempat ini mencurigakan. Aku merasa tempat ini diisolasi Cell."

" Hahahaha ... kau itu memang terlalu banyak nonton film horor Vin, sudah jangan berpikiran negatif terus. Ayo kita cari penduduk desa ini dan meminta bantuan pada mereka."

Vina sama sekali tidak menyahuti ajakan Cella, dia masih berkutat dengan pemikirannya sendiri. Satu hal yang membuat Vina semakin heran dengan desa ini, sejauh mata Vina memandang ke sekeliling, dia tidak melihat satu pun penduduk yang berlalu-lalang.

Tanpa menunggu jawaban Vina, Cella melangkahkan kakinya menuju ke sebuah rumah penduduk. Vina sangat terkejut tapi sekali lagi dia berada dalam kondisi dimana dia tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti Cella.

" Permisi, apa ada orang di dalam?" Cella mencoba mengetuk pintu rumah penduduk yang kini ada di hadapannya. Tapi tidak ada tanda-tanda seseorang di dalam rumah yang akan membukakan pintu rumah itu. rumah yang cukup sederhana tanpa adanya pagar di depannya itu terlihat sangat sepi. Namun Cella tidak menyerah semudah itu, dia terus mencoba mengetuk pintu rumah-rumah penduduk itu. akan tetapi hasilnya nihil. Semua rumah itu sangat sepi seakan-akan tidak ada yang menempatinya.

" Cell lebih baik kita menyerah saja. Mungkin tidak ada orang yang tinggal di tempat ini."

" Jangan berpikiran bodoh begitu Vin, kalau disini tidak ada seorang pun yang tinggal lalu siapa yang tadi membukakan pintu besi di depan sana? Mana mungkin kan pintu itu terbuka sendiri? Atau kau berpikir hantu yang membukanya?" Vina hanya terdiam, dia tak mampu membalas ucapan Cella karena berdasarkan pemikiran Vina apa yang dikatakan Cella memang benar adanya. Di zaman yang sudah modern ini, benarkah masih ada hantu? Rasanya Vina tidak bisa mempercayai hal itu.

Mereka berdua melanjutkan langkah kaki mereka semakin dalam memasuki desa. Tetapi hingga sedalam itu mereka memasuki daerah pedesaan, belum seorang pun penduduk desa yang mereka temui.

Vin coba lihat gedung itu. ayo kita coba pergi kesana. Mungkin penduduk di desa ini sedang berada disana." Cella berlari menuju sebuah gedung yang menjulang tinggi. Sebuah gedung bergaya modern. Ada sebuah menara di gedung itu. Gedung itu sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan rumah penduduk yang sejak tadi dilihat sepasang sahabat itu. Sebenarnya gedung itu sama sekali tidak terlihat sebagai sebuah rumah penduduk, gedung itu lebih seperti sebuah perusahaan atau tempat penelitian.

Untuk kesekian kalinya Vina merasa curiga dengan desa itu terlebih setelah dia melihat gedung dengan menara itu.

Vina ikut berlari mengejar Cella, namun langkah kakinya terhenti ketika dia melihat Cella sedang berdiri mematung. Tatapan matanya terlihat tajam menatap ke arah depannya.

" Kenapa Cell?" tanya Vina penuh heran.

" I ... Itu ... me ... mereka, apa mereka sedang memakan daging mentah?" Vina mengikuti arah yang ditatap Cella. Kini Vina merasa tubuhnya gemetaran ketika dia menatap sekumpulan pria dewasa dengan tubuh mereka yang kekar sedang mengerumuni sesuatu. Tangan mereka berlumuran darah dan mulut mereka terlihat sedang mengunyah sesuatu. Sesuatu yang sedang dikerumuni oleh mereka, meskipun dari jarak yang cukup jauh Vina bisa menyadarinya dengan pasti. Itu ... seekor hewan yang jika melihat surai yang memenuhi kepalanya tidak diragukan lagi merupakan seekor singa. Orang-orang itu ... mereka sedang memakan daging singa itu. mereka memakannya secara langsung. Mereka menguliti kulit singa itu dan mengiris daging dari tubuh singa. Tanpa ragu orang-orang itu memakannya.

" Hueeeek ... Hueeeek ..." Vina tidak sanggup lagi menahan rasa mualnya. Orang-orang itu ... benarkah mereka manusia? Tubuh Vina terasa lemas ketika menyadari salahseorang dari pria itu menatap ke arahnya dan Cella. Sepertinya kini mereka menyadari kehadiran Vina dan cella.

" Hei lihat, ada dua wanita disana!! Kita bisa berpesta!!" teriak pria itu membuat perhatian dari semua orang yang sejak tadi tertuju pada seekor singa yang sudah tak bernyawa kini beralih menatap Vina dan Cella.

" Tangkap mereka!!!" secara serempak orang-orang itu berlarian menuju ke arah Cella dan Vina. Dengan berat Vina dan Cella mencoba menggerakkan kedua kaki mereka yang gemetaran. Mereka mencoba berlari sekencang yang mereka bisa. Pria-pria itu berlari dengan kecepatan yang dua kali lipat melebihi kecepatan Vina dan Cella. Jarak mereka yang terpaut cukup jauh kini semakin menyempit. Tampaknya Vina dan Cella menyadari bahwa mereka tidak akan berhasil melarikan diri dari kejaran pria-pria itu. Namun ... mereka tidak menyerah. Mereka tetap berlari dengan sekuat tenaga mereka.

" Dorr ... Dorr ..." sebuah tembakan terdengar dan sedetik kemudian Cella tumbang. Peluru itu bersarang tepat di betisnya. Vina yang menyadari hal itu mencoba memapah Cella untuk tetap berlari. Tapi percuma ... kini mereka telah dikelilingi oleh pria-pria bertubuh kekar itu.

Tiga orang pria itu mendekati Vina dan Cella dengan seringaian di wajah mereka. Tubuh Vina dan Cella semakin bergetar karena mereka tak sanggup lagi menahan ketakutan mereka.

Ketiga pria itu pun menangkap mereka dan dengan paksa membawa mereka dengan cara menyeret tubuh mereka. Pria-pria itu seolah-olah tak mendengar teriakan Cella dan Vina yang memohon untuk dilepaskan.

Kulit mulus Cella dan Vina terkoyak karena gesekan pada tanah berbatu. Ya ... dengan kejamnya pria-pria itu menyeret tubuh Vina dan Cella. Entah kemana mereka akan membawa Vina dan Cella?  

The Dangerous Village [COMPLETED]Where stories live. Discover now