SIMPUL HATI - DITINGGAL

54 6 1
                                    

Rasa sakit yang terburuk adalah ketika seseorang yang membuatmu merasa begitu istimewa kemarin, pada hari ini dia membuatmu merasa tak diinginkan.

-Pelita Putri Darma-

Setelah kejadian dimana Pelita memutuskan untuk pulang bersama Dafa setelah pertengkaran antara Dafa dan Niko semalam, Dafa bersikap dingin terhadap Pelita. Tak biasanya Dafa dengan tega mendiami Pelita, entah mungkin karena mood Dafa atau karena Dafa memang ingin memberi pelajaran kepada Pelita.

Pelita merasa ada yang aneh dengan Dafa, sejak semalam Dafa tak mau keluar rumah dan juga tak mau menghubunginya melalui telephone benang yang terjuntai dari balkon kamar rumah Pelita dan balkon kamar rumah Dafa. Biasanya mereka akan saling berbicara dari telephone yang digunakan orang jaman dahulu. Dafa berbeda, padahal Pelita sudah menuruti permintaanya untuk tidak pulang bersama Niko.

Paginya pun masih sama, Dafa pindah duduk bersama Revan dan Arin duduk bersama Pelita. Revan dan Arin adalah sahabat dari masing-masing mereka, jika didalam persahabatan ini Pelita memiliki satu perasaan lebih terhadap Dafa, dan Dafa hatinya masih untuk para kekasihnya. Berbeda halnya dengan Revan dan Arin, mereka memiliki perasaan yang sama satu sama lain namun enggan untuk saling memiliki.

Pelita tidak suka ini, dia memang pernah menghadapi Dafa yang seperti ini tapi itu sudah lama sekali. Kejadian disaat Pelita terjatuh dari sepeda karena tidak mau mendengarkan kata-kata Dafa yang menyebabkan Dafa mendiaminya selama dua hari. Pelita harus berbicara kepada Dafa, dia tak mau Dafa mendiaminya.

Saat Pelita datang mendekat kearah meja Dafa dan Revan, suara cewek yang dikenalnya terdengar nyaring menyebut nama Dafa, hal itu menyebabkan Pelita mengurungkan niatnya untuk mendatangin Dafa dan mengajaknya berbicara.

"Dafaaaaa." Teriak seorang wanita yang tak lain adalah Tania pacar Dafa. Tania melenggang masuk kedalam kelas dan langsung berlari menuju Dafa yang tengah duduk menikmati es teh manis seribuannya.

"Ada apa?" tanya Dafa memperhatikan Tania.

"Kita jalan ya hari ini, semalam kan gajadi. Please..." Tania memohon kepada Dafa berharap Dafa menyetujuinya.

"hm..." Dafa tampak berfikir dan tak lama terbit senyum dibibirnya.

"Hahaha iya tenang aja kita hari ini jalan, kita antar Pelita dulu ya abis itu kita jalan." Dafa mengelus kepala Tania, satu kelas terasa riuh saat melihat hal yang dilakukan Dafa.

Pelita bersyukur, walaupun Dafa terlihat sedang marah terhadapnya tapi Dafa masih peduli kepadanya. Pelita memperhatikan gerakan tangan Dafa, sedikit ada rasa perih dihati Pelita. Selama berpacaran, memang tak pernah sekalipun Dafa mau terlihat bermesraan didepan teman-temannya bahkan didepan Pelita, tapi hari ini Dafa menunjukan kemesraannya. Memang bukan menjadi hak seorang Pelita untuk merasakan perih dihati—nya mengingat Tania adalah pacarnya Dafa dan dia hanya seorang sahabat.

---

"Gua tunggu diparkiran. Jangan lama." Dafa berkata dengan nada dingin sambil melalui meja Pelita begitu saja. Pelita menghembuskan nafasnya pelan, lalu ia bersiap-siap memasukan segala alat tulis yang sehabis digunakannya kedalam tas lalu menyusul Dafa.

Saat Pelita sampai dikoridor kelas dua belas, seseorang menutup matanya. Ini bukan tangan Dafa, tangan Dafa dingin tidak hangat seperti tangan yang menutup matanya saat ini. dia berusaha menyingkirkan tangan yang menutupi matanya ini sampai akhirnya tangan itu terbuka dengan sendirinya. Pelita membalikan badannya kebelakang dan melihat Niko tersenyum kearahnya.

"K-kak Niko?." Sapa Pelita gugup.

"Hey. Kamu mau pulang?" tanya Niko mengusap kepala Pelita.

"I-iya kak." Balas Pelita.

"Pulang bareng mau?"

"Aku pulang sama Dafa kak, dia udah nunggu di parkiran. A-aku duluan ya kak... permisi." Pelita berlalu dari hadapan Niko. Dia tidak mau Dafa menunggunya terlalu lama.

Tak Pelita sadari, Dafa sedari tadi masih berada disekitaran koridor menunggunya. Dafa menggeram ketika melihat Niko mengusap kepala Pelita, sehingga dia memutuskan pergi dari situ dan pulang bersama Tania tanpa menunggu Pelita.

Saat Pelita sampai diparkiran, dia tak melihat mobil milik Dafa. 'mungkin Dafa isi bensin sebentar didepan.' Pikirnya berusaha menenangkan pikirannya yang berfikir bahwa Dafa meninggalkannya adalah salah.

Suasana sekolah semakin sepi, langit sudah mulai menandakan akan turun hujan namun Dafa tak kunjung datang. Pelita mencoba menghubungi Dafa namun Dafa tak kunjung menjawabnya. Pelita bukan tidak mau pulang menggunakan taksi online ataupun ojek, dia hanya tak ingin Dafa marah lagi karena dia pulang bersama orang lain.

"Neng Pelita nggak pulang?." Tanya Satpam sekolah yang melihat Pelita masih setia berdiri dipos satpam.

"Nunggu Dafa pak. Pelita numpang dulu ya pak, bentar lagi pasti Dafa jemput." Jawab Pelita mengusap tangannya karena hujan sudah turun.

"yaampun neng, gaperlu izin gitu. Mas Dafa kemana emangnya neng?." Tanya satpam lagi.

"Ngga tau pak, kayanya lagi anterin pacarnya pulang." Jawab Pelita lagi.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah enam sore, Dafa tak juga datang sedangkan satpam sekolah juga sudah mau bersiap pulang. Pelita masih setia menunggu Dafa, tak berfikir tentang kondisi fisiknya yang tergolong lemah karena dia memiliki anemia sejak kecil Pelita tetap menunggu Dafa.

"Neng, bapak mau pulang. Neng Pelita mau bapak anter? Kayanya mas Dafa ga kesini, tadi bapak juga hubungi nggak diangkat."

"Bapak mau ngga nemenin Pelita sebentar lagi, hp Pelita habis batrainya. Atau pelita bisa pinjem hp bapak buat hubungi mama?" tanya Pelita sudah mulai putus asa menunggu Dafa.

"Oh monggo neng, ini hp bapak." Satpam tersebut menyerahkan hp nya kepada Pelita.

"Terima kasih ya pak. Pelita pinjem dulu." Pelita mengambil hp milik satpam itu dan mencoba menghubungi Mamanya.

'Hallo ma... ini Pelita, mama bisa suruh pak Panji jemput Pelita disekolah?'

'.........'

'iya ma, Pelita tunggu ya.'

'..........'

'dah maa..'

Tut tut...

"Ini pak, terima kasih ya. Pelita nunggu supir saja. Bapak pulang duluan gapapa." Ucap Pelita menyerahkan kembali hp kepada satpam itu.

"Oalah, yaudah neng bapak duluan ya. Maaf bapak gabisa nemenin, anak bapak sedang sakit juga."

"Iya pak, hati-hati ya pak. Titip salam sama anaknya." Pelita tersenyum hangat.

Pelita mengusapkan kedua telapak tangannya untuk mengurangi hawa dingin akibat hujan. Dalam diam Pelita menangis, tak pernah Dafa sampai setega ini meninggalkannya. Dulu Dafa hanya mendiamkannya tanpa harus menyakiti hatinya, kali ini Dafa berhasil membuat Pelita sadar bahwa Rasa sakit yang terburuk adalah ketika seseorang yang membuatmu merasa begitu istimewa kemarin, pada hari ini dia membuatmu merasa tak diinginkan.

---

#TBC

#TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Simpul HatiWhere stories live. Discover now