Dua puluh dua

1.4K 61 0
                                    

"Raa"

Dengan perasaan was-was Nada menghampiri Ratu yang sedang memilih-milih baju, ada perasaan bimbang ketika Nada ingin memberi tahu sesuatu yang mungkin akan membuat Ratu tidak suka atau bahkan marah, tapi ini semua demi kebaikan sahabatnya, di sembunyikan sekali pun lama-lama juga akan terbongkar jadi untuk apa.

"Kenapa?"

"Liat deh.."

Nada menunjuk sebuah toko yang tepat berada di sebelah toko ini, hanya terhalang kaca bening dan beberapa gantungan baju di sana, Nada menggeser beberapa baju yang menghalangi kaca besar itu menuju luar toko.

"Ra? Lo ngga papa kan?"

Ratu mematung di tempatnya, meskipun ini bukan kali pertama Ratu melihat Iqbal dengan Talita, tapi untuk kali ini hati nya bahkan lebih sakit, rasa sesak bahkan sudah mendominasi dadanya, Menangis bukan jalan terbaik untuk mengobati perasaannya sekarang, tanpa banyak pikir Ratu keluar dari boutique berjalan menghampiri dua orang yang dengan mesranya bergandengan di depan mata Ratu.

"Ra Ra waitt Raa jangan disamperin" Nada dengan suara agak ditahan agar tidak terdengar, dan langsung mengikuti Ratu.

Ratu ga mau ngapa-ngapain ko, dia bukan tipe cewe yang liat doi jalan sama cewe lain langsung main gampar, ngga banget, kayak maluin diri sendiri di depan cewe barunya, Trus cewe barunya mikir kalo kita cinta banget sama doi, malu ngga?, kita koreksi yaa mantan doi maksudnya.

Sekarang Ratu jalan dengan shopping bag memenuhi tangannya, pasangan itu belum ngeliat Ratu, mereka masih fokus dengan topik pembicaraan mereka tanpa melihat kedepan siapa yang akan berpapasan dengannya kali ini.

Oke ini dia, Ratu udah pas di depan Iqbal, kalo ngga ditahan Talita mungkin Ratu udah ketabrak, Ratu ngga ngapa-ngapain dia cuma senyum terus bilang
"Eh.." seperti orang yang sok sok an nggaliat, lalu melenggang meninggalakan Iqbal dan Talita yang masih syok di tempat, jujur Ratu mengharapkan namanya akan di panggil oleh Iqbal dan menjelaskan apa yang terjadi tapi mungkin itu hanya harapan untuk hari ini.

"Ratuuuuu, lo gila ya!!..Lo ngga liat ekspresi mereka?"

Ratu diam pikirannya sudah teralihkan dengan ekspresi Talita yang meremehkannya, Ratu yakin perempuan itu sedang bersorak sorai dalam hati karna berpapasan dengan Ratu.

"Iqbal kaget liat lo".

"Ngga peduli ah mending kebawah yo, laper hehe"

**

"lepasin tangan gue"

Iqbal menghempas kasar tangan Talita yang sedari tadi di gandengnya, Iqbal bahkan menegurnya berkali-kali tapi perempuan ini tetap tidak mau melepaskannya, sampai mereka berpapasan dengan Ratu, membuat Iqbal berkali-kali merutuki kebodohannya, Iqbal yakin Ratu pasti akan menolak nya setelah pertemuan tadi.

"kamu kenapasih?!"

Talita merengut, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, dia benar-benar kesal dengan Iqbal sekarang.

"pulang, gue udah pesenin ojol, lo tunggu di pintu utama..gue ngga bisa antar" tungkas Iqbal lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dari dompetnya.

"langsung ke rumah jangan kemana-mana lagi" pesan Iqbal lalu meninggalkan Talita yang masih diam di tempat dengan sumpah serapah yang ia lontarkan untuk Iqbal.

**

Nada sama Ratu sudah berada di sebuah restoran bernuansa korea yang sempat Ratu datengin sama Dhirga dulu, sepertinya ini sudah tempat makan favorite Ratu sampai pegawai disini hapal dengan pesanannya yang tidak pernah berubah, setelah memesan Nada memulai obrolan.

"beberapa hari yang lalu gue ngobrol sama Talita"

"ngomongin apa?"

"dia nyuruh gue ngejauhin lo dari Iqbal"

Ratu diam, apa Talita sebegitu menginginkan Iqbal sampai menyeret teman-temannya masuk dalam masalah ini, ini bukan masalah yang seharusnya banyak melibatkan pihak-pihak yang tidak punya kepentingan di dalamnya.

"Talita ngga bilang kalo ini rahasia, jadi gue mau cerita sama lo"

Ratu membuang nafasnya berat, dari tadi sebenarnya Ratu hanya memikirkan Iqbal, bagaimana bisa setelah mengajak Ratu pacaran lalu jalan sama perempuan lain.

"gue bingung Nad, gue ngga tau gue punya rasa apa sama Iqbal, gue ngga bisa ngelepasin dia"

"omongin ini Ra, hubungan lo bertiga ngga sehat, kalian cuma sama-sama nyakitin diri masing-masing"

Setelah itu pesanan datang, pembicaraan sudah berganti topik.

"makasih" ucap Ratu di kasir setelah membayar makanan, mereka lalu berjalan menuju keparkiran untuk pulang karna jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Ratu"

Merasa di panggil Ratu berbalik menuju arah suara yang memanggilnya, padahal mereka belum keluar dari pintu keluar mall.

"Lo duluan aja ke parkiran, nih kuncinya" kata Ratu sambil memberikan kunci mobil ke Nada, lalu menghampiri Iqbal yang berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Nada langsung mengambil kunci di tangan Ratu dan menuju parkiran, sampai Nada sudah tidak terlihat lagi baru Ratu berani bicara sama Iqbal.

"Apa?" Ratu, membuang wajahnya, malas menatap laki laki di depannya ini ditambah perasaan kesalnya kembali lagi.

"Ikut gue"

Dan ternyata berakhir di balkon mall, tempat terbuka dan sepi, mungkin terlalu ribut jika bicara serius ditempat keramaian.

"Gue mau jelasin dulu"

"Gue sama Talita.." belum sempat Iqbal melajutkan kalimatnya, Ratu sudah memotongnya.

"Gue ngga peduli" kata Ratu acuh tanpa memandang lawan bicara di depannya.

"Dengerin dulu"
"Gue ngga sebrengsek pikiran lo Ra"

"Siapa yang bilang lo brengsek?"

Rumit, itu yang sekarang Ratu lihat dari cara gerak gerik dan ekspresi yang sangat jelas tergambar.

"Gini deh Bal.."
"Lo suka gue atau Talita?" tungkas Ratu, perasaan kesalnya masih mendominasi, Ratu sebenarnya tidak tega dengan ekspresi bersalah Iqbal, Ratu bahkan menahan kuat-kuat agar tidak melemah di depan laki-laki ini.

"gue ngga bisa jawab"

Jawaban Iqbal barusan hampir membuat Ratu jatuh saking terkejutnya, jadi apa maksud Iqbal mengajaknya pacaran kalau hati nya saja ternyata ada orang lain selain Ratu.

"Hati ngga bisa di bagi dua"

Iqbal diam, menatap Ratu sendu, tatapan yang tidak biasa, tatapan yang membuat Ratu merasakan kesalahan di sana.

"Ada sesuatu, yang lo gaseharusna tau Ra".

Nobody HurtWhere stories live. Discover now