Step 2

90 10 0
                                    




Jihoon POV


Kuletakan baki makanan miliknya didepan guanlin dan berlari kembali membawa baki makananku dan duduk didepannya.

"Selamat makan." Ucapku semangat dan memakan makananku, diapun memakan makanannya dengan tenang.

"Kau disini?" tanya hyungseob, diapun meletakan bakinya disampingku dan duduk disampingku.

"Apa yang pria ini lakukan padamu?" tanyanya, akupun menggeleng.

"Tak ada, aku hanya membayar hutangku tadi pagi."

"Jadi dia?" tanya hyungseob, akupun mengangguk.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menjadi asistennya." Ucapku.

"Kau yakin dia tak akan menyusahkanmu?" tanyanya, akupun mengangguk.

"Dia baik."

"Jangan terlalu polos seperti ini jihoon-ah..."

"Jika kau cemas kau bisa menggantikannya." Ucap guanlin, akupun memandang guanlin.

"Apa katamu?"

"Sudahlah seobie, lagipula aku bisa jauh dari anak-anak itu jika aku dekat dengannya. Dia menjaminkan itu." Ucapku, hyungseobpun hanya memicing curiga.

"Aku akan mengawasimu." Ucapnya, diapun mulai makan dan akupun memakan makananku.

"Ya!" ucap hyungseob, akupun memandangnya yang mengambil sesuatu dari bakiku.

"Kau memasukan lagi udang dimakananmu, maka dari itulah kau harus aku awasi." Ucapnya.

"Oh aku tak sadar, terimakasih seobie." ucapku, akupum tersenyum kearahnya.

"Kau memang penyelamatku, hehe." ucapku, diapun tersenyum kecil.

"Ngomong-ngomong guanlin, kudengar kau kenal dekat dengan presdir pemilik sekolah ini. Memangnya kau sedekat itu?" tanya hyungseob, guanlinpun memandang kami.

"Kenapa? Aku anaknya."

"Anaknya?" pekik kami bersamaan, diapun memandang kami heran.

"Kenapa? Kalian terdengar terkejut sekali." ucapnya heran.

"J-jadi kau... pewaris tunggal lai itu?" tanya hyungseob, diapun berdecih.

"Aku tak suka dipanggil seperti itu." ucapnya, diapun meminum airnya dan meletakkan alat makannya.

"Ayo pergi."

"Apa? oh iyah." ucapku, akupun memandang hyungseob.

"Aku pergi dulu."

"Oh iyah." ucapnya, akupun dengan segera menyusul perginya guanlin.

Guanlin POV

kulihat kedepan dan menghela nafas ketika kami sedang diam didekat pohon taman sekolah ini, akupun memandang jihoon yang terus melakukan pergerakan tak penting dan sekarang memainkan rerumputan. Akupun memandang kedepan kembali dan menahan tangannya ketika dia akan memainkan sesuatu lagi.

"Diamlah." ucapku, diapun terdiam.

"Baiklah." ucapnya, diapun duduk dengan tenang dan memandangku.

"Kau ada masalah?" tanyanya.

"Apa terlihat jelas?"

"Tidak, aku hanya asal menebak." ucapnya, akupun hanya tertawa kecil.

"Kau amat peka."

For Life / PanwinkWhere stories live. Discover now