Step 6

103 6 1
                                    


Guanlin POV

"Apa yang kau lakukan? Cepat kejar dia." ucap hyungseob, akupun tersadar dan dengan segera mengejarnya. Kutahan tangannya dan memeluknya ketika dia terus berontak.

"Jihoon, kumohon."

"Lepaskan aku!" ucapnya, akupun menggeleng dan memegang pundaknya.

"Katakan ada apa? Kenapa kau seperti ini?" ucapku, namun dia terus berontak.

"Jihoon!"

"Kenapa kalian harus hadir didalam hidupku hah?" ucapnya, akupun perlahan terdiam dan melepaskan pundaknya.

"Apa katamu?"

"Hidupku sudah cukup menderita ketika kalian belum ada, kini hidupku semakin sulit. Kumohon..." ucapnya, diapun menutup wajahnya.

"Aku hanya ingin hidupku bebas, kumohon."

"Apa kau tak mencintaiku sama sekali?" tanyaku, diapun perlahan menjauhkan tangannya dan memandangku.

"Apa kau... tak sedikitpun memiliki perasaan cinta padaku?" tanyaku ulang, namun dia hanya diam.

"Kenapa? Padahal aku mencintaimu." ucapku, diapun nampak terbelalak.

"Apa katamu?" ucapnya, akupun perlahan mundur dan menggeleng.

"Ternyata aku salah, lalu untuk apa selama ini kau mendekatiku jika kau membenciku." ucapku, namun dia hanya diam.

"Aku tahu, jika kau ingin aku menjauh maka aku akan melakukannya." ucapku, akupun tersenyum miris dan perlahan meninggalkan dia.


Jihoon POV

Akupun hanya diam ketika guanlin mengatakan itu, akupun memegang dadaku dan perlahan terjatuh lemas.

"K-kenapa? Kenapa ketika guanlin mengatakan itu hatiku terasa sakit dan senang dalam sekaligus?" ucapku, akupun menggeleng.

"Tidak, tidak mungkin aku menyukainya juga kan?" ucapku, akupun menangis dan memandang kearah guanlin pergi.

"Guanlin..." ucapku pelan, akupun berusaha berdiri namun kembali terjatuh ketika akan berlari.

"Kumohon tunggu, aku ingin mengatakan sesuatu. Guan... GUANLIN!" Teriakku, akupun terisak dan meremas tanah.

.

.

.


"Apalagi sekarang?" ucap sanjangnim ketika aku membuat coffee, akupun memandangnya.

"Apa?" ucapku heran, diapun menghela nafas dan memegang tanganku yang tanpa sengaja memegang panci panas tadi.

"Kau lupa atau kau melamun?" tanyanya, akupun tersenyum.

"Aku hanya ceroboh sanjangnim, jangan cemas."

"Kau tak akan ceroboh jika kau tak memikirkan suatu hal, katakan siapa diantara dua pria itu." ucapnya.

"Bukan siapa-siapa sanjangnim, sungguh." ucapku, diapun menekan kedua pipiku sampai bibirku membulat.

"Kau selalu menyembunyikan perasaanmu, itulah yang membuatku kesal." ucapnya, akupun tersenyum dan melepaskan tangannya.

"Sungguh! Lagipula aku masih manusia dan melakukan kesalahan itu wajar." ucapku dengan memberikan krimer pada coffee, akupun memandangnya ketika selesai.

"Aku akan memberikan coffee ini dulu." ucapku, diapun mengangguk dan dengan segera aku mengantarkan coffeenya.

"O bukankah kau..." ucap pria itu, akupun hanya membungkuk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 01, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

For Life / PanwinkWhere stories live. Discover now