Pagi - pagi saat sinar matahari pun masih enggan menunjukan keelokan sinarnya Angga sudah duduk dipesisir pantai dengan tatapannya yang jauh menerawang kearah birunya lautan.
Seringkali hatinya bergetar saat mengingat replika - replika kehidupan yang terjadi dalam kisah hidupnya, dan terkadang dihadapan laut biru itu hatinya sering kali berteriak dalam bisu untuk mengunggkapkan sebuah rasa yang tak bisa dia unggkap untuk saat ini.
"Jangan jadikan perasaan yang ada dihatimu sebagai beban a , percayalah pada-Nya. Suatu saat jika kalian allah jodohkan maka kalian akan bersatu dalam ikatan halal yang di ridhoi-Nya"
Angga menoleh kala mendengar kalimat itu. Matanya menatap bayangan perempuan yang telah menghadirkannya kedunia. Dia tersenyum dengan begitu lembut kearah Angga.
"Mamah tau a , kapada siapa kini hati putra mamah berlabuh, mamah tau siapa perempuan yang berhasil membuat putra bunda galau setiap malam ,bunda juga tau siapa nama yang selalu terselip dalam do'a putra bunda saat sepertiga malam menyapa" Ujar sang mamah yang kini sudah duduk disampingnya dan menyenggol tubuh Angga dengan tubuhnya saat dia telah duduk bersebalahan dengan Angga .
Mamah Angga memang telah berusia lebih dari tiga puluh tahun mungkin jika diperkirakan sudah 37 tahun, tapi jiwa mudanya masih melekat dalam diri mamanya. Apalagi jika sang mamah tengah berada bersama putra - putranya maka sikapnya bukan seperti seirang bunda yang menasihati anaknya , tetapi akan bersikap seperti seorang sahabat perempuan yang memberikan saran.
Angga tersenyum saat sang mamah menyenggol tubuhnya. Mamah memang selalu begitu, tak pernah membiarkannya menyimpan rahasia sedikitpun , serapat apapun Angga menutupinya maka mamanya akan tetap mengetahuinya.
"mamah soktau , siapa memang ?" Tanya Angga sambil menoleh pada sang mamah dan kembali meluruskan pandangannya kembali.
"Harus mamah teriakin namanya sekarang biar sekalian orang tau" Ujar sang mamah sambil menatap wajah putranya .
Angga menggeleng, pertanda bahwa dia tidak memperbolehkan sang mamah mekakukan apa yang baru saja dia ucapkan.
"Bersabarlah untuk tetap mencintainya dalam diam, jagalah dia dalam do'a disepertiga malam sebelum ikatan halal mengikat kalian" Ujar Lina pada putra sulungnya. Yang dijawab anggukan oleh Angga.
"Sebelum si dia yang bersandar di bahu kamu biar mama dulu yang lakukan ya" Ujar Lina membuat Angga menoleh sambil tersenyum dan dilanjutkan sebuah Anggukan kepala.
Anak dan ibu itu hanya duduk di pinggir pantai sambil menikmati hembusan angin, Matahari yang mulai menunjukan cahaya eloknya membuat suasana sedikit menjadi lebih indah.
"Mamah jahat ,,, naha si Aangga aja yang di ajak , Rifqo heunte" Ujar sang Rifqo yang tengah duduk di atas kursi roda tak jauh dari sang mamah dan Angga berada, dan dibelakang kursi rodanya berdiri seorang wanita yang masih terlihat cantik walaupun dengan menggunakan bisana seadanya.
Lina dan Angga menoleh. Sesaat Angga menatap Risa lama hingga membuat gadis yang ditatapnya itu menunduk malu karena sadar Angga tengah memperhatikannya. Sedangkan Lina dia hanya mengulas senyuman mendengar penuturan putra bungsunya, kemudian dia beranjak dari duduknya menghampiri putra bungsunya itu dan mengambil alih kursi roda Rifqo yang sejak tadi di dorong Risa.
"Bibi mau ajak Rifqo jalan dulu , Risa bisakan temenin Angga sebentar kayanya dia sendang suntuk" Ujar Lina yang mendapatkan sebuah anggukan dari Risa.
Lina teranyum dan mengambil alih kursi roda yang diduduki Rifqo untuk segera didirongnya.
"Maaf ,,, tadi kamu masih tidur . Mau mamah nangunin gak tega liat kamu tidurnya pules banget" Ujar Lina sambil berlalu mendorong kursi roda Rifqo yang samar - samar terdengar oleh Risa.
Risa masih berdiri di tempatnya,tidak maju ataupun mundur. Dia ragu untuk maju menghampiri Angga sekedar hanya untuk duduk bercengkrama dikala pagi mulai menyapa, dia juga tidak berani pergi meninggalkan Angga karena tadi mamahnya Angga sendiri yang memintanya menemani Angga.
"Sa ngapain masih berdiri di situ, sini kamu gak mau nemenin teman mu yang ganteng ini" Teriak Angga. Sesaat Risa tersentak dari lamunanya kemudian kakinya mulai melangkah mendekati Angga hingga akhirnya kaki itu berhenti tepat disamping Angga.
Risa menatap kearah sahabatnya itu hingga tanpa sengaja tatapan matanya bertemu dengan mata coklat terang yang selalu menyiratkan kategasan namun tetap memancarkan aura kelembutan. Angga tersenyum dengan sedikit manunjukan gigi depannya , itulah ciri khasnya . Tersenyum dengan menujukan gigi depannya.
Risa langsung memutuskan kontak mata yang terjadi diantara mereka berbeda dengan Angga yang masih tetap bertahan manatap Risa yang kini tengah duduk disampingnya dengan kecantikan yang selalu terpancar dari wajahnya.
"Bahkan dia masih terlihat cantik hanya dengan menggunakan pakaian yang warnanya gak nyambung sekalipun" Batin Angga saat matanya masih menatap lekat kearah Risa. Memamg saat itu Risa menggunakan rok berwarna oren di padukan dengan baju atasan berwarna merah ditambah kerudung putih yang melekat di kepalanya . Tetapi meskipun begitu tetap saja tak mengurangi sedikitpun kadar kecantikan yang Risa miliki.
Bukan Risa tak mampu menggunakan pakaian yang lebih bagus , tetapi semua barangnya sudah ludes terlahap oleh kajadian tsunami itu hingga kini Risa hanya bisa memanfaatkan pakaian yang diberikan dari panitia pengungsian.
"Sa besok aku udah harus berangkat lagi ke pesantren. Kamu yakin mau tetap disini aja ? " Tanya Angga yang hanya dijawab Anggukan kepala oleh Risa.
"Aku dengar sekolah akan kembali dibangun, untuk sementara agar tidak tertinggal pemerintah akan menyediakan tempat sementara untuk kami belajar baik dari tingkat TK , SD , SMP, SMA" Ujar Risa tanpa mau menoleh ke arah Angga.
"Aku pasti bakal kangen masa -masa kita bersama,, Selama aku gak ada kamu jangan rindu ya sama sahabat kamu yang ganteng ini" Ujar Angga membuat Risa menoleh dengan tatapan tajam yang membuat Angga tertawa.
"kamu aja yang bakal kangen sama aku kali ?" ujar Risa balas menatap Angga .
"Kamu yakin gak akan kengen, atau jangan jangan sebenarnya kamu idah jatuh cinta sama aku dan gak mau pisah sama aku kan" Ujar Angga dengan tatapannya yang tetap bertahan fokus pada Risa.
Mata Risa membualat sempurna, tanpa dapat dicegah tangannya yang sudah gatal sejak tadi ingin mencubit Angga akhirnya terjadi juga. Setelah dicubit Risa Angga langsung berlari sambil tertawa puas karena telah berhasil membuat Risa kesal.
Angga berlari , sesekali tangannya mangambil pasir dan menghamburkan keudara sehingga terlihat seperti hujan pasir yang berjatuhan dari udara dan menimpa Risa yang ikut berlari mengejar Angga .
Risa terdiam mematung ditempat tangannya terangkat membiarkan pasir pasir berjatuhan dan berkumpul di telapak tanganya , sedagkan Angga dia terus berlari sambil mengulang - ngulang membuat hujan pasir.
"Risa ayo kamu kejar aku kalau berani " Ujar Angga sambil berlari kearah laut.
Risa yang kenyataanya takut jika disuruh berjalan kelaut hanya mampu menggerutu kesal.
"Awas kamu Angga " Teriak Risa saat melihat Angga yang tengah kegirangan bermain air.
"seengganya dengan kenangan ini akan bisa mengobati setiap rasa kerinduan ku nanti sa "
batin Angga .#R22R05

ŞİMDİ OKUDUĞUN
Waktu Senja
SpiritüelWaktu senja itu adalah waktu dimana semua orang dapat menikmati keindahan yang tuhan ciptakan melalui hamparan awan yang terlihat istimewa . Waktu dimana semua orang dapat melihat keajaiban yang tercipta saat hari menjelang malam .Saat terang beruba...