CBCG 21

1.2K 79 1
                                    


🔰🔰🔰

Mondar-mandir bak setrikaan adalah hal yang Ghaby lakukan sekarang. Makin ga elit karna mondar-mandir nya di toilet.
Gigi-giginya terus menggigiti jari-jari lentiknya, hal yang menjadi kebiasaanya jika sedang tegang dan bingung.

Tangannya yang bebas memutar-mutar hp nya.

Ia berfikir sekali lagi, lalu tangannya langsung menyalakan hp nya. Jari-jarinya bergerak bebas.

GhabyandraP
Sa, lo lgi dmana?

Sent.

Ghaby balik mondar-mandir lagi. Menunggu pesan balasan dari Aksa.
Jika bukan karna terpaksa, ia takan membuang-buang waktunya hanya untuk mengirimi pesan pada laki-laki itu. Karna memang hanya Aksa yang bisa ia andalkan di saat seperti ini.

Ting!

Ghaby buru-buru melihat ponselnya ketika sebuah pesan masuk.

AksaraS
Di hatimu😍

Ghaby menggeram kesal. Inilah hal yang membuat Ghaby harus berpikir ulang kali ketika ingin mengirimi Aksa pesan. Pasti jawabannya selalu seperti itu, gombal.

GhabyandraP
Seiusn anjir. Lu dmna? Di kntin bkan?

Tak sampai lima detik, line balasan Aksa masuk.

AksaraS
Iya. Knapa emang? Udah kngen aja lo, bru jg ga ktemu bebrapa jam yg lalu udah kgen 😄

GhabyandraP
Gue lagi ga ada wktu buat brcanda.
Tlongin gue please.

AksaraS
Nolongin apaan? Lo knapa emang? Skit apa gmna?

GhabyandraP
Beliin gue pembalut di warung depan sekolah.

Ghaby harus menelan malunya ketika mengetikan pesan itu. Ah.. Rasanya Ghaby ingin mati saja.

Hari ini sebenarnya bukan jadwan datang bulannya. Tamu bulanannya datang lebih cepat. Dan dia lupa membawa kelengkapannya itu. Ia bisa saja meminta Reta untuk membelikannya, tapi temannya yang satu itu sedang izin hari ini.

AksaraS
Tunggu bentar. Lo di toilet kan? Lima menit lagi gue sampe.

Ghaby menghela nafas lega. Aksa jadi penolongnya hari ini.

Tak berselang lama, ia merasakan pintu toilet di ketuk. Ia yakin itu pasti Aksa. Dengan gerakan cepat ia membuka pintu dan tampaklah wajah Aksa dengan nafas ngos-ngosannya.
Ghaby yakin, kalau Aksa berlari tadi saat membelikannya barang yang ia butuhkan, ia jadi tidak tega terhadap Aksa.

"Ini. Udah sana pake cepetan. Gue harus nyogok pa Dodit buat bukain gerbangnya" Aksa terkekeh saat mengucapkannya.

Ghaby mengambil dengan cepat pesananya, lalu dengan cepat ia kembali masuk ke dalam.

Beberapa menit berlalu, Ghaby keluar. Ia berjengit ketika masih mendapati Aksa beridiri di depan toilet.

"Udah?" tanyanya.
Meskipun bingung, Ghaby tetap mengangguk.
"Ini di minum. Nyokap gue kalo kedatangan tamu suka minta di beliin ini. Minum biar ga sakit-sakit amat perutnya"

Ghaby menatap sebotol kiranti yang Aksa sodorkan. Padahal kalo ia pikir-pikir lagi, tadi dia tidak minta di belikan kiranti sekalian.
Meskipun begitu, perempuan itu tetap mengambilnya juga.

"Makasih" ujar Ghaby.
"Makasih doang ga cukup. Gue harus lari-larian dari kantin ke depan sekolah. Pas nyampe, ternyata di sana ga ada pembalut. Gue harus lari-larian lagi seratus meter ke warung lainnya. Pas pulangnya gue harus lari lagi. Terus juga gue harus nyogok seratus ribu ke pa Dodit buat di bukain gerbang. Nah kebayang gak gimana capenya gue cuman buat beliin lo pembalut"

Entahlah Ghaby menyebut Aksa dengan sebutan apa sekarang. Jadi maksudnya laki-laki itu tidak ikhlas membantunya. Padahal tadi ia sudah memuji-muji Aksa.

"Jadi maksud lo, lo gak ikhlas bantuin gue. Lo minta ganti uang lo. Ya udah berapa uang lo yang lo pake barusan, biar gue gantiin." Ghaby merogoh sakunya dengan kesal.

"Gue ga minta ganti uang gue. Gue juga ikhlas bantuin lo. Tapi, kalo dengan makasih aja kayanya kurang." ujar Aksa.

Ghaby mengernyit. Lalu?

"Temenin gue besok malam ke acara ultah temen gue jam tujuh"

Ghaby membelakak. Besok malam? Ia tidak bisa. Ia sudah terlanjur mengiyakan ajakan Angkara untuk menemani laki-laki itu ke acara temannya.

"Gue gak bisa. Gue udah ada janji duluan sama orang lain.". ucap Ghaby.

Aksa menghela nafas.

"Ya udah deh. Kalo gitu lusanya kita date. Kali ini gak ada penolakan. Gue tunggu. Bye" aku mengatakan itu, Aksa langsung bergegas pergi meninggalkan Ghaby.

Ghaby ingin menolak, tentu saja. Tapi, Aksa tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.

Kali ini saja. Tidak apa-apa. Hitung-hitung ucapan terimakasihnya pada Aksa.

🔰🔰🔰

Aksa membanting dirinya ke atas kasur empuknya. Laki-laki itu mengacak-acak rambutnya yang masih sedikit basah, karna ia baru saja selesai membersihkan dirinya.

Laki-laki itu tersenyum kala mengingat raut wajah Ghaby tadi yang tidak ia beri kesempatan berbicara.

Lalu membayangkan bagaimana tadi susahnya dirinya harus berlari kesana-kemari untuk membelikan Ghaby pembalut. Lalu, juga saat ia harus memasang muka tembok, ketika beberapa orang ia dapati sedang menahan tawa ketika ia membayar pembalut serta sebotol kiranti di kasir.

Ia tertawa pelan.

Lamunannya terbuyarkan ketika bunyi notifikasi dari ponselnya. Ia mengambil lalu mengernyitkan dahinya.

Ghaniapermata added you as a friend.

Saat itu juga, Aksa membetulkan ucapan Irfan, kalau Ghania itu sudah tak memiliki urat malu.

"Emang bener udah ga punya urat malu" gumam Aksa.

TBC

A/N: Singkat? Emang iya. Author kesel soalnya banyak sider😢😢

Vote dan comen lah. Ga usah pelit-pelit jempolah

Feb:*

Cewek Belagu VS Cowok Gesrek Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt