23 April 2018, 08:00.
(Namakamu) membuka matanya saat sinar matahari mulai mengusiknya, ia mengerjapkannya beberapa kali, lalu mulai membukanya secara perlahan-lahan. Menguap kecil kemudian mulai tersadar dengan keadaan sekitar. Ia merasakan kehangatan menyelimutinya, dan (Namakamu) suka kehangatan ini.
Membalikkan badannya yang entah sejak kapan membelakangi suaminya yang masih tertidur nyenyak, Iqbaal terlihat polos jika masih tidur seperti itu. (Namakamu) mengusap mata Iqbaal bagian bawah kemudian mengecup bibir suaminya sekilas. Iqbaal semakin mengeratkan pelukannya kepada (Namakamu).
"Good morning, suamiku," bisik (Namakamu) tepat di hadapan Iqbaal.
Iqbaal membuka kedua matanya secara sekilas kemudian tersenyum melihat (Namakamu) tersenyum, ia semakin menyembunyikan kepalanya di bawah dagu (Namakamu). " Usapin rambut, Iqbaal," ucap Iqbaal sembari menarik salah satu tangan (Namakamu) untuk dapat mengusapi kepalanya.
(Namakamu) berdecak kecil, tetapi tetap juga ia mengusap rambut suaminya. "Nanti kamu makin nyenyak boboknya, Baal," gumam (Namakamu) dengan sayangnya mengusap rambut suaminya.
Iqbaal sepertinya semakin terlelap saat (Namakamu) mengusap rambutnya. (Namakamu) mendengar dengkuran halus dari Iqbaal, (Namakamu) akan membiarkannya dulu tidur setengah jam lagi saja, selagi Iqbaal tidur, (Namakamu) akan membuat sarapan dahulu.
Dengan perlahan-lahan, (Namakamu) melepaskan pelukan Iqbaal yang erat ini, kebiasaan Iqbaal yang akan selalu memeluknya.
"Mau ke mana?" tanya Iqbaal seketika dengan suara seraknya.
Yah! Ketahuan. " Kamu tidur aja lagi, aku mau buat sarapan dulu di bawah. Ya?" jawab (Namakamu) yang kembali mengusap rambut Iqbaal.
Iqbaal menggelengkan kepalanya dengan pelan," sini aja dulu. Sarapan bisa nanti, kalau meluk kamu itu yang nggak bisa nanti-nanti," tolak Iqbaal dengan suara berat bangun tidurnya.
(Namakamu) tersenyum dengan sayangnya kepada suaminya yang masih tidur di bawah dagunya. " Iya, Sayang, iya," balas (Namakamu) dengan lembut.
Iqbaal mengeratkan pelukannya.
**
02 Oktober 2010, 09:00.
(Namakamu) menatap bekal sarapan pagi yang berisi beberapa potongan sandwich dan telur mata sapi. Dengan penuh semangat, (Namakamu) turun dari tangga, ia akan memberikan bekal ini untuk Alrka.
Tak butuh waktu yang lama, (Namakamu) sudah sampai di bawah, ia akan ke ruangan osis untuk bertemu dengan Alrka. Senyum manisnya tak pernah hilang begitu saja, ia begitu bahagia jika sudah bersangkut paut dengan Alrka.
(Namakamu) bahkan melompat kecil saat ia berjalan dengan bekal yang ia genggam erat.
"(Namakamu), berhenti!"
(Namakamu) yang belum terlalu jauh melewati kelas 12 IPA 3 membuatnya terhenti, ia menghentikan lompatan kecilnya ketika namanya terpanggil dengan lantang. (Namakamu) yang membawa bekal itu pun membalikkan badannya dengan senyuman manis itu.
Tak lama, senyuman itu luntur saat melihat siapa yang memanggil namanya. Gia Alviska, seseorang yang membenci dirinya entah sejak kapan, ia benci sekali dengan (Namakamu). Gia memilik kedudukan di sekolah ini, orangtua-nya menanam saham di dalam sekolah ini, tidak ada yang berani menyepelekan dirinya.
Gina dengan salah satu temannya menatap (Namakamu) yang tidak jauh darinya, ia melihat (Namakamu) menatapnya dengan kernyitan dahi.
"Mau ke mana lo?" tanya Gina dengan suaranya yang sedikit bergema.
