EMPAT

2K 141 32
                                    

Tidak terasa hari berlalu begitu cepat,hari ini merupakan hari pernikahan Alan dan Alena seminggu setelah merka saling mengenal satu sama lain.Ayah Alena memang sengaja mempercepat hari pernikahan mereka,karena sudah merasa tidak punya waktu banyak.Tidak peduli bahwa Putri yang akan menikah hari itu masih seorang remaja yang duduk di bangku SMA,tidak peduli bahwa pertemuannya dengan calon suaminya itu baru terjadi hanya sekali seumur hidupnya,yaitu saat Alan datang ke rumah Alena pertama kali.

Alena tidak tahu,apakah keputusan yang dia ambil adalahn hanya sebuah kesalahan atau langkah yang benar,pikirannya kacau,hari ini seharusnya dia sedang berada di sekolah dan mendengarkan penjelasan guru di depan kelas,atau bercanda bersama teman-temannya,lalu menghadiri rapat OSIS untuk membahas agenda sekolah selanjutnya.

Seharusnya dia melakukan semua itu sekarang,dia tidak mengerti kenapa sekarang dia justru berada di sebuah ruangan yang di penuhi oleh bunga-bunga dan ada gaun putih panjang yang melekat tubuhnya.Dia sedang terduduk lesu di depan cermin,meyakinkan dirinya sendiri bahwa seseorang yang berada di cermin itu benar-benar dirinya.Air mata mulai menetes di salah satu pipinya yang sudah bermake up.

**

-Flasback on-

"Jadi kau tahu mengenai penyakit ayahmu?" Tanya Alan dari telepon malam itu.

"Iya aku tahu."Alena mulai mengingat ."Aku tahu saat pagi hari hendak sarapan ayah selalu batuk,dan aku selalu mencemaskan hal itu,meskipun aku berada di dalam kamar,tapi aku masih mendengar batuknya yang keras,tidak peduli seberapa banyak aku mengecek,aku masih selalu meninggalkan kotak pensilku di meja belajar,karena sibuk mencemaskan ayah..."

"...Atau saat aku buru-buru makan saat sarapan,karena aku tahu ayahku selalu ingin menyembunyikan batuknya itu dariku,dia selalu berusaha menahan batuknya saat bersamaku." Tangisnya.

"Dan dia selalu mengeluarkan batuknya keras-keras begitu aku meninggalkan ruang makan,aku selalu mendengarnya dari ruang tamu,saat sedang mengambil kunci motorku.Selama ini dia menahannya dengan keras ketika bersamaku,aku tahu semua itu."

"Tapi hari itu,aku sangat senang,aku tidak meninggalkan kotak pensilku,aku tidak mendengar batuk ayahku lagi saat hendak mau sarapan,meskipun begitu aku tetap takut jika di berusaha keras manahannya,jadi aku masih makan dengan cepat,tapi hari itu aku sama sekali tidak mendengarnya batuk,bahkan saat aku buru2 menyambar kunci motorku,dia mengikutiku keluar dan mengingatkanku untuk makan siang di sekolah,jadi aku pikir ayah sudah sembuh,jadi aku sangat senang hari itu."Ucapnya panjang lebar dan Alan hanya diam dan berusaha memahami yang gadis itu katakan.

"Sampai akhirnya aku menemukan surat keterangan dokter di dalam jok motorku,yang berisi bahwa ayah terkena kanker paru-paru stadium akhir..." Alena tidak sanggup lagi melanjutkan ceritanya.

"Maaf,aku pikir selama ini kau tidak mengetahuinya?" Tanya Alan Hati-hati.

Alena hanya tersenyum kecil
"Anak macam apa yang tidak tau mengenai ayahnya sendiri?"

Alan hanya bisa menghembuskan nafas panjang mendengar semua cerita Alena,dia tahu apapun yang akan dia katakan tidak akan menghibur gadis itu,jika dia bisa dia ingin memeluk gadis itu dalam dekapannya,dan menghapus air matanya saat ini,tapi dia hanya bisa menunggu sampai gadis itu berhenti menangis.

"Maaf karena telah mengataimu sebagai paman tadi." Ucap Alena menyesal setelah beberapa saat tangisannya berhenti.
'Gadis itu dia benar-benar luar biasa' pikir Alan 'dia bisa menahan semua pahit hidupnya sendiri,dia bahkan selalu berusaha menengkan dirinya dengan baik setiap kali menangis,dan sekarang dia meminta maaf padaku karena memanggilku paman?Apa ini?Apa aku mulai menyukainya?'
'Aku ingin mengenalnya lebih jauh.' Ucapnya dalam hati
"Aku mengerti,karena itu aku meneloponmu,ayo kita kencan besok?" Tanya Alan memberanikan diri.
"Kencan?" Tanya Alena terkejut.

Meskipun hari itu Alan mengajak Alena berkencan,namun pada kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi hingga hari ini,hari pernikahan mereka.Keeseokan harinya Alan tiba2 mengirim pesan.

Keeseokan harinya Alan tiba2 mengirim pesan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Flashback off-

Hari ini pernikahan Alena dan Alan di lakukan di Bandung.Alena tisak ingin pernikahannya dilakukan di Jakarta.Dia menerima pernikahan ini dengan catatan pernikahannya akan dilaksanakan di Bandung,dia tidak ingin teman-temannya mengetahui bahwa tentang status pernikahan dirinya dengan Alan.

Ayah Alena dan Alan mengabulkan permintaan Alena. "Lagipula Alena juga akan tinggal bersama Alan di Bandung jika sudah menikah nanti" Pikir ayahnya.

Seperti yang dikatakan Andre jika Alan menemukan pasangan hidupnya dan menikah,Alan tidak perlu mengkhawatirkan tentang semua masalah mengenai pernikahannya seperti gedung,gaun pengantin,setelas jas pengantin,tamu undangan dan sebagainya.Andre telah mengurus semua itu tanpa merepotkan Alan sedikitpun,Bahkan Alan hampir tidak ikut andil dalam persiapan pernikahan ini.

Semua tamu undangan telah berkumpul di ruang disekeliling altar pernikahan dimana Alan dan Alena akan mengatakan janji suci.Beberapa tamu sebagaian terdiri dari teman dan dosen universitas yang mengenal Alan dan ayah Alena.Tidak ada satu teman Alena yang datang dalam pernikahan itu.

"Apa semua sudah siap?" Tanya Alan pada Andre di balik pintu jalan menuju altar pernikahan.
"Iya,semua sesuai rencana." Jawab Andre memandang para tamu dari kejauhan.

Meskipun Andre mengatakan tidak ada masalah sama sekali,tapi Alan merasa masih ada yang mengganggunya.Pikirannya sedang tidak bersamanya saat ini.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan,tapi kau harus tenang.Kau dan Alena tokoh utama sekarang di tempat ini."Ucap Andre menepuk bahu sahabatnya.

Alan tahu jika sahabatnya itu memberinya saran,tentang setiap pengantin yang selalu merasa tegang di hari pernikahan mereka.Tapi bukan itu yang Alan rasakan.Dia merasa ada yang mengganjal di hatinya.

"Tunggu sebentar,aku akan ke kamar mandi sebentar." Ucap Alan dan hanya di balas dengan anggukan oleh Andre.

Namun saat dalam perjalanan Alan tidak menuju ke kamar mandi,melainkan ke ruang rias pengantin Alena.Gadis yang terakhir kali dia temui di rumahnya di Jakarta seminggu yang lalu.Alan berdiri cukup lama di depan pintu itu.

Alan tidak ingin mengetahui seberapa cantiknya gadis itu di balik gaun pengantin,dia hanya ingin tau apa yang gadis itu lakukan sekarang?Apa yang sedang dipikirkannya sekarang?Apakah dia sedih?Bahagia?Atau justru menangis?Dia sangat ingin mengetahuinya.

My Sweety BrideWhere stories live. Discover now