ENAM

2K 117 30
                                    

-Alena point of view-

Aku melihat pantulan diriku sendiri di depan cermin menggunakan gaun putih panjang itu yang membuat tubuhku semakin terlihat mungil.

"Kamu sangat cantik sayang." Puji ayah yang entah sudah berapa lama di belakangku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ayah Alena mau ke kamar mandi sebentar." Ucapku pada ayah. Sebenarnya aku tidak ingin melihat ayah, bukan karena membencinya telah memaksaku melakukan pernikahan ini, hanya saja setiap kali aku melihatnya, aku ingin membatalkan pernikahan ini dan berlari memeluk ayahku.

Aku tahu, ayah tidak pernah mengatakan langsung jika dia sakit, tapi jika memang benar panyakitnya itu, bukankah lebih baik jika aku menemani saat terakhirnya, tidak... aku ingin dia sembuh, akan kulalukan apapun agar penyakitnya sembuh, tapi tuhan berkata lain.

Aku hanya berusaha percaya bahwa apa keputusan ayah adalah yang terbaik untukku.

"Baiklah, hati-hati nak." Kata ayah mengingatkan, karena gaun itu tampak sedikit longgar untuk tubuhku.

"Alena,ayah punya sesuatu untuk kamu dan suamimu." Kata ayah tiba-tiba saat mulai melangkah melewati ayah.

"Ini." Katanya sambil menyerahkan sebuah kotak besar dibungkus kain sutra dengan rapi.

"Berjanjilah kamu akan membukanya bersama suamimu." Ucap ayah sambil menepuk bahuku, sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu.

Pikiranku yang hendak ke kamar mandi seketika hilang, karena alasanku ke kamar mandi adalah menghindar dari ayah, tapi dia baru saja meninggalkan ruangan itu.

Aku duduk kembali di sofa berwarna peach yang ada di ruangan itu, di atasnya ada buchet bunga yang akan ku bawa di altar pelaminan nanti.

Kini pikiranku terahlihkan di kotak yang telah di berikan ayah, astaga aku harus bilang apa Mas Alan nanti,jika ayah ingin kita membukanya bersama. Lagipula apa isi kotak ini, kenapa begitu besar.

Pikiranku menerawang kotak itu, mungkinkah baju couple untukku dan dia? Atau sepatu couple? Atau peralatan dapur? Tidak mungkin bukan jika isinya ranjang untuk bayi, ayah tidak mungkinkan menginginkan cucu secepat itu. Aku pasti akan sangat malu jika isinya benar itu.

Aku akan membukanya agar aku bisa mengatakan dengan benar kepadanya jika ayah ingin kita membukanya bersama.

Setelah bersusah payah membuka bungkusan yang menggunakan tali mati itu, aku sedikit terkejut melihat isi kotak itu, album foto?

Aku sangat familiar dengan album foto itu, merupakan sejarah keluarga kami, banyak foto berharga didalamnya, bahkan ada foto sejak pernikahan ayah dengan bunda, dan foto saat bunda mengandungku, lalu foto saat bunda pertama kali menggendongku setelah melahirkan, dan foto2 masa kecilku hingga aku dewasa bersama ayah dan teman-temanku.

Tapi kenapa ayah memberikanny sebagai hadiah pernikahan kami?
Apakah maksudnya agar aku tidak melupakannya? Oh, ayolah aku bukan putri durhaka seperti itu.

"Kak 10 menit lagi menuju altar." Suara seorang perempuan yang tiba2 masuk ke ruangan itu sebelum akhirnya keluar lagi membuyarkan lamunanku, yang ku tahu adalah pegawai kantor di perusaahan Mas Alan,Entahlah dia tadi memperkenalkan diri sebagai sekretarisnya.Dia yang sedari tadi mengurus segala sesuatu kebutuhanku,dari gaun,buchet,sepatu dan masih banyak lagi.

"Baiklah."Jawabku meletakkan album foto itu dan mempersiapka diri,merapikan gaunku,dan mengambil buchet bungaku.Satu lagi sepatu pengantin,sejak tadi aku merasa tidak nyaman menggunakan sepatu highless tinggi itu sangat membuat tumitku tersiksa.

Saat aku hendak mengambil sepatuku,aku melihat secarik kertas di samping sepatu,aku hanya membukanya sebentar dan meletakkan kembali di sofa,tunggu dulu.Itu tulisan ayah. Lalu memeriksa kertas itu lagi,benar ini tulisan ayah,surat ini jatuh dari bingkisan itu tadi.

Aku membuka surat itu dan membacanya kata demi kata,hingga tanpa aku sadari tetes demi tetes air mata keluar tanpa perintah dari kedua mataku.Tuhan aku tidak bisa menghentikan tangisanku,bagaimana ini?

Dalam surat itu ayah mengatakan ..
'Alena,putri ayah tercinta,ayah tahu.Kamu tidak pernah bisa bilang tidak untuk setiap permintaan ayah,maaf sayang jika ayah terlalu memaksamu.Tapi percayalah kepada ayahmu ini,karena telah memilihkan seseorang yang tepat untuk menjagamu.
Maafkan ayah karena lebih menyerahkan hidup kamu bersama orang lain karena penyakit ayah nak. Maaf karena ayah tidak pernah mengatakan tentang penyakit ayah,ayah tidak ingin menjadi beban kamu.

Nak Alan,ayah tahu.Sebenarnya kamu keberatan untuk menerima perjodohan yang ayah lakukan dengan putri ayah.Karena itu ayah sangat berterima kasih kepada nak Alan bisa menerima pernikahan ini dengan baik.

Ayah cuma mau minta tolong sama nak Alan,tolong jaga Alena.Dia satu2nya harta paling berharga milik ayah.Dia gadis yang baik,yang tidak pernah mengecewakan orang lain,selalu tersenyum kepada setiap orang,dia juga pintar,selalu mendapat juara di sekolahnya,cita-citanya sejak dulu adalah menjadi seorang penulis film,jika dia ingin menulis maka ijinkanlah,biarkan dia menulis sesuka hatinya.Biarkan dia menulis sebanyak yang dia inginkan.

Meskipun dia terlihat kuat dan tegar,tapu hatinya sangat mudah rapuh.Jika dia mulai menangis..jika tangisannya sulit untuk dihentikan maka genggamlh tangannya,jika dia membuatmu kesal,lalu kau membuatnya menangis,maka jangan kau tinggalkan dia sendiri,genggalah tangan mungilnya,dan katakan bahwa kau siap menangis bersamanya.'
Dari ayah

***

Pria itu tiba2 muncul dan mengetahui jika aku sembunyi di lemari yang ukurannya cukup besar,aku hanya tidak ingin melakukan pernikahan ini dan pulang bersama ayah.

"Apa kamu takut?" Tanyanya,pria itu merendahkan tubuhnya menyamai tubuhku yang berada di dalam lemari.
Aku hanya terdiam sambil sesekali menyeka air mataku.

Tiba2 dia berjalan mendekati sofa dan berdiri cukup lama,aku yakin dia membaca surat dari ayah,dia bahkan membuka album foto itu juga,lalu dia kembali sambil membawa buchet bunga dan sepatuku highless ku.

"Maaf karena telah membatalkan kencan kita hari itu." Ucapnya sambil memakaikan sepatu di kakiku.

Ingin sekali aku memakinya,jika saja aku sedang tidak dalam keadaan menangis dasar pria jahat,aku menunggumu sangat lama hari itu,tapi kau hanya mengirimkan pesan singkat padaku.Apa dia tahu jika di luar sana banyak pria disekolah yang mengantri mengajakku untuk berkencan,tapi dia justru membatalkannya.Bahkan setelah hari itu kamu juga tidak mengirim pesan atau menelpon lagi hingga hari pernikahan ini.

"Haruskah kita pergi ke altar bersama?" Ini sudah ketiga kalinya dia menanyakan hal yang sama sambil menawarkan tangannya.

Ingin rasanya aku menepis tangan itu,lalu berlari memeluk ayah,tapi pikiranku bersikeras menolak,dia memutar kembali semua kenanganku bersama ayah,lalu surat itu..

Tapi pria ini tidak marah,dia masih dengan tersenyum manis dan tatapannya yang meneduhkan meskipun sudah mengulangi pertanyaannya untuk yang ketiga kalinya.Hingga tanpa sadar aku menerima tangan itu,dan mengangguk pelan.

Hingga kami berjalan bersama di altar pernikahan sambil bergandengan tangan,aku melihat ayah tersenyum ke arah kami dari sisi jauh jalan menuju altar.Dan aku membalasnya dengan senyuman.

Aku tidak begitu yakin apa aku bahagia atau tidak untuk pernikahan ini,tapi aku bahagia melihat senyum ayah itu.Apapun akan kulakukan demi ayah asal dia bahagia.

"Aku tidak akan melepaskan tangan ini,aku janji." Bisik Pria itu dengan tatapan dan senyum yang teduhnya sambil menggengam tanganku erat.

Ayah,sekarang aku tahu kenapa kau memilih pria ini untuk menjadi suamiku.Terima kasih ayah.


My Sweety BrideWhere stories live. Discover now