Part 27

179 14 0
                                    

Hari menjelang sore, Rachel sudah siap dengan pakaian olahraganya. Rencananya sore ini dirinya akan jogging di sekitaran komplek perumahannya. Karena Rachel sudah tidak memiliki waktu untuk jogging, mumpung di Jakarta pikirnya.

Rachel sudah mengikat tali sepatunya, dan langsung menyumpal telinganya menggunakan headset. Rachel pun mulai berlari di sekitaran komplek rumahnya.

***

Tak terasa sudah 5 putaran, Rachel jalani. Air keringat sudah mengucur dengan deras di sekitar tubuhnya. Sialnya Rachel tidak membawa sapu tangan untuk mengelap peluh keringatnya, alhasil dirinya hanya bisa mengelap wajahnya dengan telapak tangan.

Rachel memelankan langkah kakinya, ketika matanya melihat taman yang dulu sering ia kunjungi. Rachel berjalan menuju taman itu sambil sesekali mengelap keringatnya.

Ternyata taman kompleknya itu tidak jauh berubah, dari terakhir dirinya mendatangi taman itu. Rachel mencari tempat duduk yang dulu sering ia tempati.

Masih sama seperti dulu. Suasananya, pemandangannya, kesunyiannya. Hanya saja ada satu yang sudah berbeda. Yaitu sudah tidak ada lagi Devan yang berada di sampingnya.

Ketika nama itu terlintas di otaknya, Rachel dengan segera menghilangkan nama itu di dalam otaknya. Kenapa bisa dirinya memikirkan orang itu lagi?

"Ngapain sih gue harus mikirin dia?"

Rachel memandang ke arah depan dengan tatapan menerawang. Dirinya rindu sekali saat-saat masih SMA. Kenangannya itu yang tidak bisa Rachel lupakan.

Ketika sedang asyik dengan pikirannya, tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan sapu tangan di hadapannya. Rachel sangat terkejut, apalagi saat mengetahui bahwa orang itu adalah orang yang sangat enggan untuk ia temui.

"Nih." ujar orang itu, sambil memberikan sapu tangan itu kepada Rachel. Sedangkan Rachel masih menatap kosong sapu tangan yang orang itu berikan.

Melihat Rachel yang masih menatap sapu tangan itu, orang itu dengan segera menghapus keringat yang mengucur di kening Rachel. Sadar akan perbuatan orang itu, Rachel langsung menangkis tangan itu.

"Gak usah, gue gak butuh." Rachel beranjak dari duduknya, tetapi lengannya di tahan oleh orang itu.

"Chel, please dengerin gue."

"Gue udah gak mau dengerin apa-apa lagi Devan. Semuanya udah jelas." ujar Rachel tanpa menatap Devan, ya orang itu adalah Devan.

"Chel, dengerin penjelasan gue dulu. Kenapa lo sekarang berubah Chel? Lo bukan Rachel yang gue kenal dulu."

"Lo gak salah ngomong itu sama gue? Rachel yang lo kenal itu udah gak ada! Udah gak ada lagi Devan."

"Chel, please gue mohon."

"Stop ngomong itu Dev, gue harus pulang."

Rachel menghempaskan genggaman Devan. Rasanya Rachel ingin menghilang dari tempat itu. Bukan apa-apa dirinya takut kalau akan jatuh lagi ke lubang yang sama. Apalagi sekarang dirinya sudah memiliki seorang Rey, yang selalu mengerti dirinya.

"RACHEL." teriak Devan.

Rachel tidak peduli sama sekali dengan teriakan Devan. Rachel merasakan bahwa Devan mengejar dirinya. Dan benar saja tangan Rachel di tarik oleh Devan.

"Gue mohon Chel."

"Lo mau ngomong apa lagi Devan?"

"Gue mau ngomong tentang kita."

"Kita? Kita udah gak ada lagi Devan, yang ada cuman Devan dan Rachel sekarang." mendengar itu membuat hati Devan sesak.

"Oke, gue mau kita memperbaiki semuanya Chel. Gue mau kita ulang semuanya. Gue mau kita seperti dulu."

"Haha, lo mau kita kayak dulu lagi? Lo gak salah? Ngomong kayak gitu?" tanya Rachel memandang Devan rendah.

"Chel." lirih Devan. Devan sudah tidak peduli lagi, terserah Rachel mau menganggap dirinya apa, intinya Devan mau Rachel seperti dulu lagi.

"Oke, gue kasih waktu 5 menit." ujar Rachel pada akhirnya.

"Intinya, gue mau minta maaf sama lo atas perbuatan gue 6 tahun yang lalu. Ternyata selama ini gue salah. Seharusnya waktu itu gue pilih lo bukan Bella. Gue nyesel. Penyesalan itu semakin memuncak pas gue tau lo pergi Chel."

Rachel menahan tangisnya agar tidak tumpah, karena melihat sisi lemah seorang Devan.

"Gue mohon sama lo Chel, kita ulang semuanya dari awal." lirih Devan dan menatap Rachel, dengan segera Rachel memalingkan tatapannya.

"Chel, liat gue." perintah Devan. Rachel mendengar perintah itu, tapi entah mengapa dirinya enggan untuk melakukan itu. Karena Rachel sadar, kalau dirinya menatap manik mata Devan, maka apa semuanya benteng yang Rachel bangun akan runtuh seketika.

Rachel merasakan tangan Devan menyentuh wajahnya, tangan Devan mengarahkan kepala Rachel agar mau bertatapan dengan Devan.

"Maaf Van, gue gak bisa." ujar Rachel dan langsung menunduk. Rachel berusaha keras untuk tidak menatap manik mata Devan.

"Gue harus pulang." Rachel meninggalkan Devan untuk ke dua kalinya. Ketika Rachel sudah berjalan meninggalkan taman, untuk ke dua kalinya lengan Rachel di tarik. Kemudian badan Rachel di peluk dengan erat, siapa lagi pelakunya kalau bukan Devan.

Devan memeluk Rachel dengan sangat erat, seakan-akan hanya dengan cara memeluk Rachel dirinya bisa bertahan.

Rachel merasakan bajunya agak sedikit basah, bukan karena bekas keringatnya yang abis olahraga. Sepertinya itu berasal dari Devan. Apa Devan menangis?

"Gue tau ini semua terlambat, tapi lo harus tau, perasaan gue ke lo. Sejak lo tinggalin gue enam tahun yang lalu, gue ngerasain ada yang berbeda di dalam diri gue. Gue merasa hampa Chel, apalagi hati gue."

"Gue rasa sejak saat itu gue jatuh cinta sama lo Chel."

Tubuh Rachel mendadak menengang, otaknya serasa kosong, apalagi hatinya.

"Ini salah. Ini salah." lirih Rachel pelan. Rachel melepaskan pelukan Devan sambil menatap Devan dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Maksud lo apa hah?!?" entah kenapa emosi Rachel menjadi meluap.

"Chel, dengerin gue dulu." ujar Devan menenagkan.

"Stop, gue gak mau denger apapun lagi Devan."

"Asal lo tau Chel, selama enam tahun ini perasaan gue juga berubah. Gue cinta sama lo Chel." ucap Devan frustasi.

Rachel menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ini yang Rachel takutkan. Inilah alasan Rachel tidak mau kembali lagi ke Jakarta, Rachel takut apa yang telah ia putuskan malah nanti akan menjadi bomerang bagi dirinya sendiri.

"Listen Devan, now I can not love you anymore."

Devan terkejut mendengar pernyataan itu yang keluar dari mulut Rachel.

"Why?"

"Because now I have to keep someone feelings."

"Are you kidding me?"

"I am seriously."

"Siapa Chel?"

"Sorry i can't tell you."

Rachel bergegas pergi meninggalkan tempat itu, ia tidak mau menumpahkan air matanya di depan Devan. Sedangkan Devan menatap kepergian Rachel dengan tatapan kosong, sudah tidak ada lagi semangat di dalam matanya, yang tertinggal hanyalah keputus asaan.

***

JANGAN LUPA VOTE YAA.

Ready For It?Where stories live. Discover now