2. Tidak jodoh, mau gimana?

56 15 0
                                    

~《 بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ》~
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
~~~~~

"Witing tresno jalaran soko kulino."


##

Ada banyak hal yang bisa aku lakukan dirumah jika saat cuti mingguan tiba, aku adalah perempuan yang super sibuk atau sok sibuk? entahlah, aku tidak bisa menilai diriku sendiri. Karena saat hari ahad seperti ini tubuhku tidak akan bisa diajak kompromi dengan ranjang, selalu begitu. Pasti ada saja yang akan aku kerjakan mulai dari membersihkan halaman, ruangan keluarga yang dipenuhi oleh mainan Altair yang berceceran kesana kemari membuatku memeras keringat lebih banyak dari pada biasanya.

Semenjak kelahiran Altair, keponakan pertamaku. Anak dari abangku yang pertama, Aku selalu rutin mendatangi ruangan keluarga dan membersihkan sampah yang berserakan bekas mainannya semalam.
Dia adalah baby yang paling aku dan keluargaku sayangi, dia adalah keponakan sekaligus cucu satu-satunya untuk saat ini. Karna itulah, di rumah dialah sebagai penguasa besar, semua daulatnya pasti dipenuhi. Apapun yang di lihatnya, kami tidak akan menggeleng.

Rumah yang biasanya sepi, sekarang sudah sangat bising oleh suara dia sendiri yang tak hentinya memperbudak kami.
Ah, tapi aku sangat senang membuatnya menangis. Menurutku, dia terlihat sangat lucu saat memasang wajah tak senang padaku.

Aku memasukan semua mainannya kedalam keranjang besar bergambar Frozen, kemudian menentengnya kedalam gudang. Jangan bertanya, keranjang bergambar Frozen itu dibelikan oleh Abinya karna ia merengek. Aneh bukan? kenapa Altair memilih Frozen, aku pun merasa bingung, kenapa tidak captain amerika saja? atau power ranger? ah,kita tidak tau isi otak seorang bocah.

Dan benar saja, keringatku sudah membanjir saat masih sebagian kecil rumah yang aku bersihkan. Aku ingat-ingat, masih kamarku, ruang tamu, lantai dua dan ruang keluarga. Masih ada, halaman depan dan halaman belakang yang harus aku bersihkan. Berkenaan hanya bunga aku yang di tanam di halaman depan, aku tidak akan membiarkan satu tanganpun menyentuh peliharaanku karna akan beresiko besar, dirumah ini tidak ada yang jago merawat bunga selain Ummi dan pak Asep, tukang kebun yang bekerja paruh waktu di rumah kami. Maka, tau akibatnya sendiri jika tetap bersih keras. Tanamanku akan is dead.

Aku melangkah ke pintu belakang rumah, yang melewati ruangan makan dan dapur. Di ruang makan ada Bang Azraq yang sedang menyuapi Altair, anaknya, dan Abi yang tak hentinya menggoda cucu kesayangannya itu.

"Syaa, makan dulu." Panggil Abi padaku, aku pura-pura tidak mendengar agar di teriakinya sekali lagi. Apa aku lebih penting dari pada Altair? Ah lucu sekali, dengan keponakan saja aku cemburu.

"Syaa." Yey! Aku senang.

"Iya Bi?" Aku bersungut lalu membalikan badan menghadap Abi.

"Makan dulu, kamu masih pagi sudah bekerja. Kan gak ada yang nyuruh kamu to?"Abi menatapku dengan tatapan aneh bin ajaib. Padahal memang benar, tidak ada yang menyuruhku membereskan pekerjaan rumah, toh dirumah sudah ada pak Asep yang tiga hari sekali datang.

Aku hanya membalasnya dengan cengir kuda. "Iya Bi,"Aku mengangguk meng-iyakan dan segera mendaratkan bokongku pada kursi di samping Abi. "Bagaimana mau gemuk? toh kerjaannya tidak pakai jedah." Kata Abi sambil mengambilkan nasi goreng buatan tiga bidadari yang tengah sibuk bergelut dengan perkakas dapur.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta di negri timurWhere stories live. Discover now