duabelas

1.8K 247 9
                                    

Meskipun dengan berat hati aku merelakanmu Joohyun.....

Aku akan menggapai impian lainku yang sempat tertunda, setidaknya hidupku akan menjadi lebih berarti meski tanpamu seorang Irene Bae......

Aku tidak akan menghadiri pesta pertunangan Joohyun karena aku tidak ingin membuatnya meragukan keputusannya untuk bertunangan dengan Bogum apabila aku hadir disana, maka dari itu beberapa hari sebelum Joohyun bertunangan aku mengambil keputusan untuk ikut bersama Minho oppa berangkat mendaki gunung Everest yang merupakan impianku.

Irene tidak mengetahui rencanaku ini dan aku tidak akan berpamitan dengannya, biarlah ini menjadi pelarianku semata, setidaknya mungkin aku tidak akan terlalu memikirkan seorang Irene Bae.

Setelah berpamitan dengan kakakku Amber dan pacarnya Krystal, aku berangkat bersama Minho oppa dan teman-temannya yang berjumlah tiga orang untuk pergi ke airport Inchoen menuju Kathmandu ibukota Nepal untuk memulai petualanganku mendaki gunung Everest.

Sesampainya di kota Kathmandu aku dan teman-teman terpukau melihat suasana kotanya yang sangat berbeda dengan Seoul, banyaknya orang yang berlalu lalang dan kendaraan yang berseliweran tanpa aturan serta kondisi udara yang berdebu memaksa kami untuk memakai masker wajah. Kathmandu ini merupakan salah satu ibukota negara yang tidak mempunyai traffic light sehingga menyebabkan lalu lintas kota ini semrawut dan lebih memilih polisi untuk berjaga di perempatan untuk mengatur lalu lintas. Kami disambut oleh pemandu kita seorang laki-laki yang berasal dari suku Sherpa yang dikenal sebagai pemandu dan porter tangguh bagi pendaki gunung Everest.

Kami disuguhi makanan tradisional Nepal yaitu Dhido yang berupa puding terbuat dari gandum atau jagung. Kemudian kami diajak menuju Tharmel salah satu sentra backpacker paling tua di dunia. Di sanalah para turis yang datang dari berbagai negara berkumpul sebelum menuju destinasi impian masing-masing. Aku melihat-lihat stand yang menjual perhiasan khas Nepal dan seorang nenek tua yang menjaga stand itu tersenyum dengan ramah menawarkan dagangannya. Lalu nenek tersebut memberikan sebuah kalung berliontin bunga edelweis asli yang di dalamnya dan dengan bahasa inggris yang fasih menjelaskan maknanya bahwa bunga edelweis itu adalah bunga yang abadi sehingga melambangkan kisah cinta yang abadi.

Aku memegang kalung tersebut dan teringat akan Joohyun sehingga akupun ragu untuk membelinya, ingin rasanya membelikan Joohyun kalung ini sebagai pertanda cintaku yang abadi ini. Nenek penjual melihat keraguanku dan akhirnya tersenyum dan berkata "ambil saja kalung itu nak, nenek hadiahkan untukmu, semoga rasa cintamu berbalas dan abadi seperti bunga edelweis ini, janganlah bimbang dan ragu"

"Kejarlah dia apabila kamu sangat mencintainya"

"Janganlah lepaskan nak"

"Terima kasih banyak nek atas pemberiannya"

Perkataan sang nenek seakan menusuk ke dalam hati Seulgi, dia merasa apakah keputusannya untuk melepas Joohyun salah. Akhirnya Seulgi menerima kalung pemberian nenek penjual dan juga membeli beberapa souvenir lainnya untuk kakaknya Amber dan Krystal.

Akhirnya malam ini kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat karena besok pagi akan melanjutkan perjalanan menuju kota Lukha awal perjalanan kita.

Keesokan harinya perjalanan kamipun dimulai, untuk mencapai puncak gunung Everest diperlukan waktu yang lumayan lama yaitu 20-25 hari dengan berjalan kaki. Pertama-tama kita akan melewati desa-desa untuk menuju Everest Base Camp. Berhari-hari kita trekking dan terkadang memakai mobil untuk bisa sampai ke Everest Base Camp, setiap tempat yang kita singgahi semakin tinggi dan otomatis suhu juga semakin dingin. Sampai akhirnya kita sampai juga ke Everest Base Camp setelah menempuh waktu 3 jam dari Gorak Sheep.

Disana kami disambut bendera warna warni khas Himalaya, dari Everest Base Camp ini kami bisa melakukan perjalanan menuju Camp 1 (6.000 mdpl), Camp 2 dan Camp 3 (7.300 mdpl) dan terakhir sampai di puncak Everest (8.848 mdpl) yang merupakan tujuan impian para pendaki gunung.

Oleh pemandu kami dikenalkan ke sesama pendaki gunung lainnya yang sudah duluan tiba di Everest Base Camp ini, terdapat sekitar 30 orang dari berbagai negara.  Kamipun beristirahat sambil mengobrol bersama para pendaki gunung lainnya dan berencana untuk mulai melanjutkan perjalanan menuju Camp 2 esok hari apabila cuaca memungkinkan.

Sementara itu di Seoul, Irene gelisah karena sudah beberapa hari ini dia kesusahan menghubungi handphone Seulgi. Seulgi bagai hilang di telan bumi. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk datang ke rumah Seulgi dan menghadapi kenyataan bahwa rumah Seulgi tidak ada siapa-siapa karena Amber belum pulang. Irene memutuskan untuk menunggu di depan rumah Seulgi. Setelah penantian selama 1 jam terlihat mobil Amber datang.

"Irene-shi ada apakah kamu datang kesini?"

"Maaf tapi aku mencoba mencari Seulgi dan dia tidak bisa dihubungi sudah beberapa hari ini, aku khawatir Amber-shii"

"Silakan masuk dulu Irene-shii dan mari kita mengobrol di dalam saja"

"Baiklah"

Merekapun masuk ke dalam rumah dan Irene pun duduk di sofa sedangkan Amber mengambilkan teh hangat untuk Irene.

"Bukankah lusa kamu akan bertunangan dengan Bogum, untuk apa kamu mencari Seulgi lagi Irene-shii? Bagaimana kalau Bogum dan kedua orangtuamu mengetahui hal ini."

"Aku tahu tapi hatiku tidak tenang dan aku sangat merindukan Seulgi, aku tidak tahu harus bagaimana lagi"

"Aku ingin menemuinya meskipun hanya sebentar"

"Maaf tapi Seulgi sedang tidak ada disini dan aku tidak tahu kapan dia akan kembali"

"Apa maksudmu Amber-shii, kemana Seulgi pergi? Kapan dia pergi?" jerit Irene

"Aku tahu dia tidak ingin mengatakannya kepadamu Irene-shii, tapi akan aku katakan kepadamu bahwa Seulgi pergi untuk mendaki gunung Everest dan dia sudah berangkat beberapa hari yang lalu. Maka dari itu dia tidak akan bisa menghadiri pesta pertunanganmu."

"Apaaaaaaaa!!!!! Tidakkkk...kenapa Seulgi berani melanggar janjinya kepadaku....pergi mendaki gunung Everest itu sangatlah berbahaya, aku takut terjadi apa-apa dengannya Amber-shii" isak Irene.

"Maafkan adikku yang bodoh dan gegabah ini Irene-shii karena aku sendiripun tidak begitu setuju dia mengadakan perjalanan ini, akan tetapi melihatnya begitu tersiksa semenjak kalian berpisah membuatku mengijinkan dia pergi karena setidaknya pikiran Seulgi bisa teralihkan dan bisa melupakanmu, maka dari itu aku mengijinkannya Irene-shii"

Dan tangis Irene pun meledak, dia merasa sangat bersalah karena sudah memutuskan untuk menuruti permintaan orangtuanya sehingga Seulgi pergi mendaki gunung Everest. Ya karena Irene tahu bahwa mendaki gunung tersebut memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi sehingga nyawa bisa menjadi taruhannya, belum lagi sewaktu-waktu gunung tersebut bisa saja mengalami badai dan longsor. Sudah banyak pendaki yang tewas menghadapi tangguhnya gunung Everest.

"Tolong Amber-shii aku ingin berbicara dengan Seulgi, apakah dia menghubungimu?"

"Apakah kau bisa menghubungkanku dengannya?" tangis Irene

"Terakhir Seulgi menghubungiku tiga hari yang lalu untuk memberitahukan bahwa dia akan berangkat menuju Everest Base Camp dan keadaannya baik dan sehat"

"Aku tidak bisa menghubunginya karena sinyal telepon disana jelek tapi Seulgi berjanji akan menghubungiku apabila dia mempunyai kesempatan untuk meneleponku, aku akan berbicara kepadanya untuk menghubungimu"

"Jadi untuk sementara ini bersabarlah dahulu dan jangan berpikiran negatif karena kita tahu bahwa Seulgi itu kuat" Amber menenangkan Irene sambil menepuk-nepuk bahunya dan tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dahulu ya Amber-shii dan tolong kabari mengenai berita tentang Seulgi, aku akan menunggu meskipun tengah malam kau meneleponku dan maaf apabila kedatanganku ini mengganggu waktu istirahatmu. Terima kasih banyak atas waktumu Amber-shii."

Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Irene berpikir tentang segala permasalahan yang dia hadapi. Dia merasa berlaku tidak adil terhadap beruang kesayangannya meskipun di sisi lain dia pun tidak ingin membuat orangtuanya kecewa. Irene hanya bisa berdoa semoga Seulgi bisa kembali dengan selamat untuk saat ini.

To Be Continue.......

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now