"Noona...." panggil Jungkook dengan suara lirihnya, mengetuk pintu kamar Seona berulang kali agar wanita itu mau membuka pintu kamarnya yang terkunci rapat.
Di dalam kamarnya, Seona terus menerus menangis tanpa suara— matanya bengkak dan memerah. Ia tidak bisa berhenti untuk menangis, ia sangat merasakan kecewa yang berlebih pada lelaki yang sudah bertahun-tahun menemaninya menjalani hidup yang terasa berat ini.
Pun akhirnya tangisannya tertahan, Seona lebih ingin menggigiti bibir bawahnya sendiri sampai berdarah kalau perlu, agar suaranya tak sampai terdengar oleh Jungkook. Ia tidak ingin Jungkook mencemaskannya, ia tidak ingin membuat Jungkook kerepotan lagi. Sudah cukup kemarin-kemarin saja.
"Noona aku mohon, buka pintunya untukku. Aku sangat mengkhawatirkanmu... " Jungkook memohon dengan tulus, tapi tetap harus berusaha berbicara dengan tenang agar Seona luluh.
"J-jungkookie... " panggil Seona lirih, tapi Jungkook masih bisa mendengarnya.
"Iya noona aku disini, akan selalu disini sampai noona mau keluar dan menemuiku."jawab Jungkook begitu berharap.
"Jungkookie, kau pulanglah. Aku hanya ingin sendiri saja malam ini."
Jungkook menghela napasnya kasar, rasanya mendengar suara Seona yang bergetar seperti itu membangunkan sisi liarnya yang tertidur lama.
"NOONA JANGAN SEPERTI ITU, KELUARLAH! ATAU PINTU INI AKU DOBRAK SAJA SAMPAI RUSAK JIKA NOONA TETAP TIDAK MAU KELUAR DARI KAMAR?!" teriakan Jungkook sukses membuat Seona ketakutan— pun akhirnya Seona berdiri meskipun terlampau lemas, membuka pintunya dengan ragu karena ia takut jika ternyata Jungkook masih bersama si brengsek Yoongi.
Ceklek,
Sedetik setelah Seona membuka pintu kamarnya, Jungkook dengan gusar langsung menarik tubuh Seona— membawanya kedalam dekapan hangatnya, membuat air mata Seona luruh seketika karena dadanya terasa semakin sesak akibat perlakuan Jungkook yang tak terkira.
"Ssstttt— aku disini noona, biarkan aku menjadi sandaran ternyamanmu untuk malam ini. Menangislah sepuasnya sampai noona merasa baik-baik saja, aku akan berusaha tidak bertanya apa-apa." kata Jungkook sembari mengusap punggung Seona dengan penuh rasa sayang.
Seona mengeratkan pelukannya, menganggukan kepalanya dengan pelan dan kemudian memperkencang tangisannya.
Hyung-nya itu memang kelewat brengsek. Harusnya yang ada diposisi Jungkook sekarang adalah Yoongi, bukannya dia. Tapi pada kenyataannya, Jungkook lah yang selalu ada disaat Seona terluka karena perbuatan hyung-nya— membereskan kekacauan yang ada.
"Hiks hiksss— kenapa ia sangat jahat Jungkookie, kenapa ia harus memilih wanita itu lagi hiksss— aku mencintainya, aku sangat mencinta—"
"Sudah cukup noona, terlalu berharap kepada manusia itu menyakitkan! Kau harus siap menerima kenyataannya jika Yoongi hyung memang seperti itu!"
Batin Seona menjerit, harusnya Jungkook tidak boleh berucap seperti itu. Tidak boleh... Itu sama saja menambah luka di hatinya lagi.
"J-jungkookie... "
"Ya noona?"
Seona lalu melepas pelukannya sepihak, mendongakkan wajahnya sedikit ke atas karena pria yang ada dihadapannya ini cukup tinggi, ia lalu menatap mata Jungkook dalam-dalam.
"Apa aku ini memang tidak pantas untuk bahagia? Apa aku sekarang terlihat sangat menyedihkan? Kenapa orang-orang yang aku sayang selalu pergi— selalu meninggalkanku sendirian, hiks—" Seona mengepalkan tangannya kuat, kembali merasakan betapa tidak adilnya dunia ini.
Orang tuanya bercerai dan menikah lagi dengan masing-masing pilihan hidupnya. Seona anak tunggal, hak asuhnya ada di ibunya— tapi semenjak ibunya memiliki anak dari ayah tirinya, ia ditinggalkan, diasingkan di rumah bekas keluarga kecilnya dulu.
Hanya sesekali selama 2 bulan ayah dan ibunya berkunjung secara terpisah, tak mengucapkan rindu kepada anaknya— hanya bertanya kapan Seona akan lulus dan bekerja agar mereka bisa hidup tenang tak lagi mengkhawatirkan keadaan Seona.
Hanya kakek dan nenek dari pihak ayahnya lah yang sampai sekarang masih sangat mencintai Seona, berkunjung setiap saat— memberikan beberapa lembar uang saku sampai membawakan banyak makanan agar Seona tak sampai kelaparan. Hanya mereka lah yang peduli.
Sampai akhirnya 3 tahun lalu Yoongi datang dihidupnya, memberi warna baru yang tak lagi abu-abu dan tak memiliki tujuan hidup. Butuh kurang lebih 1 tahun Yoongi bisa mendapatkan perhatian Seona, baru kemudian menjadikannya kekasih hidupnya— yang pernah berjanji tak akan meninggalkannya.
"Sttttt—" Jungkook menangkup pipi Seona, mengelusnya sedikit sambil sesekali mengusap air matanya yang masih turun begitu saja, "kau masih mempunyai aku, noona. Aku tidak akan berjanji untuk tidak meninggalkanmu, tapi ingat, aku akan selalu ada untukmu, setiap detik jika kau membutuhkanku, kapanpun itu, aku akan selalu siap." kemudian Jungkook tersenyum haru, matanya memerah karena ikut merasakan pedih yang amat sangat.
"Ta-tapi sakit sekali Jungkookie, hiks hikss—"
"Percayalah, noona. Nanti yang sakit juga akan pulih lagi. Juga baik dan utuh lagi. Semua yang sakit butuh proses sembuh, semua yang jatuh butuh proses bangkit. Tak perlu dipaksakan jika belum merasakan bahagianya. Semoga, esok selalu lebih baik, noona. Percayalah padaku." tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulut Jungkook, sampai ia pun juga heran kenapa ia bisa sedewasa ini sekarang?
Ah memang benar rupanya, seseorang akan menjadi bijak ketika orang yang ada didekatnya merasakan patah hati. Padahal jika dipikir, dirinya sendiri pun hanya bisa mencintai dalam diam.
Dan diluar sana, ada seorang pria yang nampaknya sedang terbakar api cemburu setelah melihat dan mendengarkan adegan manis seperti layaknya sepasang kekasih itu. Ia— Min Yoongi hanya bisa menggeram tertahan karena tidak bisa lagi berbuat apa-apa untuk kekasihnya.
[]
ВЫ ЧИТАЕТЕ
✔️ IF ONLY.
Фанфикшн[COMPLETED] [MIN YOONGI] "Apakah mencintaimu harus sesulit ini?" Re-pub: 08/02/2018 ©Nandd_
