Apa kau tau rasanya ketika sudah berusaha mati-matian melupakan, tapi tiba-tiba orang itu datang lagi dengan senyuman manis yang sialnya itu adalah kelemahan terbesarmu?
Ya, Seona sedang merasakannya malam ini-dirumahnya. Duduk berseberangan dengan keadaan yang sangat canggung. Mengusirnya pun percuma karena hati kecilnya berkata lain.
Padahal jelas ini salah. Dosa besar membiarkan lelaki sialan itu menginjakan kaki ke rumahnya sampai hampir merubuhkan separuh benteng pertahanannya yang telah ia bangun berbulan-bulan setelah mereka memutuskan untuk berpisah dan tak saling bertemu lagi. Kembali menjadi dua orang asing yang tak saling mengenal.
"Ekhm- apa kau masih suka mandi malam, Ona?" dan pertanyaan Yoongi sukses memecah kesunyian. Tapi Yoongi segera merutuki dirinya sendiri karena pertanyaan yang ia lontarkan benar-benar memalukan dan terdengar ambigu. Sialan sekali.
Seona pun memutar bola matanya malas. Berdecih pelan dan lalu menghembuskan napas beratnya.
"Ck, langsung saja, untuk apa kau datang lagi kesini? Apa kau belum puas menyakitiku?" tanya Seona dengan penuh penekanan disetiap kalimat. Mengabaikan pertanyaan tak bermutu Yoongi tentang kegiatan mandi malamnya.
Yoongi pun terlihat cukup terkejut, tapi ia dengan pintarnya langsung menutupi dengan senyuman manis penuh artinya. Mencoba membuat hati Seona luluh lagi seperti dulu.
"Baiklah, baiklah. Sebenarnya aku ingin menagih janjimu waktu itu."
Seona refleks mengerutkan keningnya. Memberanikan menatap manik mata Yoongi secara terang-terangan agar mendapat jawaban atas segala kebingungannya. Pasalnya sedari tadi Seona enggan menatap Yoongi, takut hatinya goyah lagi.
"Janji?"
"Ya, tentang bagaimana kau ingin membeli semua waktuku dengan uangmu."
Seona menyeringai sinis, "Wah, apa kau sudah tidak waras lagi Min Yoongi-ssi? Membeli semua waktu yang kau punya, katamu?" ia kemudian tertawa dibuat-buat.
Yoongi menganggukan kepalanya dengan yakin, "benar! tapi itu tidak lagi berlaku. Kalau kau mau, kau bisa memiliki semua waktuku tanpa harus mengumpulkan semua uangmu. Aku benar-benar akan memberikannya untukmu."
Seona mendengus pelan, gila, ini benar-benar gila. "Cih, bahkan sepeser pun aku tidak akan pernah menggunakan uangku untuk hal yang tidak berguna seperti itu," Seona mulai kehilangan kesabarannya. Napasnya naik turun dengan cepat karena amarah yang ia tahan sedari Yoongi datang kerumahnya, "dan sekarang lebih baik kau pulang, aku lelah, aku ingin tidur." Seona berdiri, melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumahnya agar Yoongi juga lekas pergi dari rumahnya.
Yoongi malah menyenderkan tubuhnya di punggung sofa, mengusap kasar wajahnya dan menghembuskan napas panjangnya. Tak pernah terpikirkan sedikitpun olehnya jika Seona bisa menjadi gadis yang sangat berbeda dari yang ia kenal dulu, karena Seona yang ia kenal adalah gadis baik, penurut dan manis. Bukan galak, sinis dan pemarah seperti itu.
"Hei, apa kau tidak mendengarkanku Min Yoongi?!" Seona meneriakinya, "Ok, baiklah, kalau kau tidak mau pulang biar aku saja yang pergi dari si-"
"Aku mencintaimu, Han Seona!"
Yoongi kemudian bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Seona yang berdiri mematung didepan pintu. Terdiam dengan tangan yang mengepal erat. Entah kenapa jantung Seona seperti disambar petir ketika Yoongi dengan tiba-tiba menyatakan kata cinta yang selama ini ingin ia dengar.
Yoongi meraih tangan Seona, lalu menggenggamnya dengan erat, "maaf, aku benar benar menyesal," ucapnya tulus penuh penyesalan.
Seona berusaha menepisnya, tapi gagal. Kesempatan itu pun langsung digunakan Yoongi untuk memeluk tubuh Seona. Membiarkan gadis itu memberontak- memukuli dada Yoongi dan menghentakkan kakinya, tapi tak bersuara untuk protes sedikitpun.
Seona terbungkam, wajahnya terasa memanas menahan tangis karena sebenarnya ia juga merindukan lelaki itu. Bohong jika ia mengatakan tak membutuhkan Yoongi lagi dihidupnya, bohong jika Seona tidak ingin bersamanya lagi.
Ia ingin, sangat ingin memulai hal baru dengan Min Yoongi. Tapi ia tak bisa lagi mempercayai sesuatu yang pernah membuatnya terluka begitu dalam. Ia tak ingin kecewa untuk beberapa kalinya bersama orang yang sama.
Setelah merasakan tak ada lagi pemberontakan dari Seona, Yoongi lalu melonggarkan pelukannya untuk melihat mata Seona yang berkaca-kaca, "aku tau kau terluka, dan aku tau semuanya karena aku. Tapi aku ingin mencoba mengobatinya, bertanggung jawab atas apa yang sudah aku perbuat, apa masih bisa?" tanya Yoongi dengan suara seraknya, matanya pun memerah seperti menahan sesuatu.
Seona menggeleng, "aku tidak lagi membutuhkanmu," tolaknya.
"Kau membutuhkanku, sama seperti aku yang selalu membutuhkanmu!" bantah Yoongi.
"T-tapi kau tak pernah mencintaiku. Kau hanya butuh karena kesepian, dan aku benar-benar membenci kenyataan itu, Yoon!"
Yoongi memeluk Seona lagi, mengelus kepala bagian belakangnya dengan dagu yang sudah nyaman ia letakkan di puncak kepala Seona.
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku benar-benar mencintaimu sayang," ucap Yoongi berulang-ulang untuk meyakinkan Seona dengan sepenuh hatinya.
Seona lalu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap wajah penuh penyesalan seorang laki-laki dingin seperti Min Yoongi yang rela menjatuhkan harga dirinya untuk masalah hati seperti itu.
"Sudah ada orang lain yang juga mencintaiku lebih dari dirinya sendiri- maafkan aku," pun Seona melepaskan pelukan itu, meraih tangan Yoongi dan memaksanya keluar dari rumahnya, kemudian menutup pintunya dengan segera sebelum Yoongi masuk lagi tanpa izin.
Dan di luar sana Yoongi sudah membeku seketika, tak bisa berpikir dengan jernih karena seakan separuh jiwanya masih tertinggal di dalam sana. Ia pun mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk mengetuk pintu rumah Seona dengan bar-bar. Dan pemilik rumah pun sudah tak kuasa lagi menahan tangisnya, ia terduduk dilantai dan bersandar pada dinding- memeluk kedua lututnya sendiri.
Sebenarnya aku tak memilih pergi, tapi kau sendiri yang membuatku pergi. Mendiamkanku saat mencintaimu, mengabaikanku saat merindukanmu - Han Seona.
[]
YOU ARE READING
✔️ IF ONLY.
Fanfiction[COMPLETED] [MIN YOONGI] "Apakah mencintaimu harus sesulit ini?" Re-pub: 08/02/2018 ©Nandd_
